AWA Family Gathering Road To Jogjakarta

Assalamualaikum para sahabat-sahibit blogger se-dunia di sudut dunia manapun kalian berada.

Jelang Maghrib cuaca Kota Jakarta sangat tidak bersahabat, curah hujan yang lebat membasahi setiap sudut, dan juga membuat say beserta, Bu Sasi, Pak Agus dan Bu Neng berbasah-basah saat hendak mencari Taxi untuk mengantar kami ke Stasiun Gambir. Taxi-taxi pun enggan berhenti untuk mengambil penumpang walau taxinya dalam keadaan kosong, seakan-akan mereka menunjukkan betapa kejamnya Ibu Kota yang sering dilanda banjir ini.

Dan ketika ada taxi kuning yang kosong hendak melintas di depan kami, bu Sasi langsung memberanikan diri untuk memasang badannya di tengah jalan, membuat sopir taxi itu menginjak rem mobilnya dan berhenti. Namun mengetahui kami hendak ke Stasiun Gambir, sopir itu enggan mengangkut kami, sampai akhirnya kami sepakat untuk membayar secara borongan, dan sopir taxi itupun setuju dengan jumlah borongan senilai Rp. 50.000,-. . Akhirnya taxi-pun menerobos kemacetan kota Jakarta membawa kami menuju Stasiun Gambir.

Di Stasiun Gambir kami bertemu dengan anggota rombongan yang lebih dahulu tiba. Rabu malam ini (13 Februari 2013), saya dan rombongan akan melakukan perjalanan ke Jogjakarta, dengan menumpang Kereta Api Eksekutif Taksaka Malam.

Tepat pukul 20.45 waktu Jakarta masinis meniup peluit tanda Kereta Api Eksekutif Taksaka Malam segera diberangkatkan. Dari 8 gerbong yang berkapasitas 416 penumpang, dua gerbongnya di isi oleh anggota rombongan kami. Dan saya sendiri menempati gerbong nomor 5, dan duduk dikursi reclining dan revolving seat nomor 7A.

Kami semua adalah rombongan Keluarga Besar Atra Widiya Agung atau disingkat AWA, yang baru saja selesai mengikuti Annual Meeting di Jakarta selama tiga hari ( 11-13 Februari 2013), ada yang datang dari Kantor Cabang Pakanbaru, Tangerang, Kalimantan, Papua, Solo, Semarang, Surabaya, Jakarta dan Makassar,  kemudian selanjutnya  melakukan Road to Jogyakarta untuk mengikuti Atra Widiya Agung Family Gathering sebagai kelanjutan dari Annual Meeting, yang berlangsung dari tanggal 13 Februari sampai dengan 15 Februari 2013, dan kemudian dilanjutkan lagi dengan Paket Extend hinggga tanggal 17 Februari 2013.

Dengan harga karcis Rp.230.000 perorang, menempuh perjalanan sejauh 517 kilometer menuju Jogjakarta tidaklah terasa, karena sepanjang perjalanan suasana dalam gerbong yang kami tumpangi ramai dengan guyonan dan nyanyian, karena salah seorang anggota rombongan kami yang bernama Pak AMIN dari kantor pusat Jakarta membawa gitarnya sebagai perlengkapan hiburan kami. Hingga akhirnya sekitar pukul dua dinihari semua-nya pun terlelap dalam mimpinya masing-masing, menikmati liukan kereta api laksana Liukan Naga Perkasa Yang Baik Hati dan Pengayyom, seperti nama sang naga dalam pewayangan, TAKSAKA, yang diambil menjadi nama Kereta Api Eksekutif Taksaka Malam.

Lelap Dalam Mimpi di Atas Kereta Api Taksaka

Sekitar 8 jam lamanya perjalanan kami ini, hingga akhirnya kereta-pun berhenti di Stasiun Tugu Jogjakarta di Subuh hari, tepat pukul lima lewat delapan menit. Di Stasiun Tugu, rombongan kami telah dijemput oleh Team dan Crew dari Cakrawala Tours dan Outbond Organizer, yang akan mengfasilitasi semua kegiatan kami selama berada di Jogjakarta. Sebagai media transportasi , kami disediakan dua bus besar untuk kami gunakan pergi kemana saja mengikuti jadwal dan program acara yang telah diatur dan dikemas oleh Team Cakrawala.

Yang bertugas sebagai Guide Tours atau Pemandu Wisata di Bus Satu, bus yang saya tumpangi, adalah Pak Eko Adi Tjahjono, ydan drivernya adalah Pak Kelik. Pak Eko ini orangnya humoris juga, segala istilah segar dan lucu meluncur dari mulutnya, membuat kami tak hentinya tertawa terpingkal-pingkal mendengarnya. Salah satunya adalah ketika ia mengatakan bahwa Jogjakarta sekarang menjadi kota percontohan untuk PUSKESMAS secara nasional. Yang ada dalam pikiran kami, PUSKESMAS adalah singkatan dari Pusat Kesehatan Masyarakat, sehingga kami spontan bertepuk tangan. Namun ternyata, kata Pak Eko, PUSKESMAS itu adalah singkatan dari Pusat Kesenangan Masyarakat, tentu saja guyonan itu membuat kami jadi terbahak-bahak.

Pagi ini rombongan besar kami dari Stasiun Tugu di bawa ke Paradise Resto, untuk membersihkan diri sekaligus untuk sarapan pagi. Lagi-lagi kami terkesima saat Pak Eko menyampaikan informasi bahwa Paradise Resto memiliki fasilitas 80 kamar mandi. Namun masih ada lanjutan informasinya, ternyata dari 80 kamar mandi, itu, 20 kamar mandi sedang dalam perencanaan. 20 lagi baru akan dibangun, jadi yang ada hanya 40 kamar mandi. Benar-benar kocak pak Eko ini.

Dan yang real memang hanya 40-an kamar mandi yang tersedia di Paradise Resto, salah satu Resto atau Rumah Makan yang menjadi mitra agen-agen wisata. Dengan kapasitas 700 orang, dan buka 24 jam, serta fasiltas yang cukup lengkap, termasuk Mushollah juga ada, membuat Paradise Resto ini sangat laris manis.

Stasiun Kereta Api Tugu Jogjakarta

Suasana Dalam Bus Satu Dengan Pak Eko Sebagai Guide Tours-nya

Pose Narsis Bersama Setelah Mandi

Sarapan Pagi Bersama Di Paradise Resto

Begitu banyak tempat wisata yang kami kunjungi selama berada di Jogjakarta, dan hampir semuanya beraroma outbond, yang tentunya sarat dengan segala tantangannya sangat memacu adrenalin , seperti keliling kawasan Gunung Merapi ber advebture ria menggunakan Jeep Willys, lalu menelusuri sungai dalam Goa Pindul. Tentunya tak lupa juga rombongan kami disuguhi keindahan Pantai Indrayanti, Dan juga menikmati kemegahan dan kebesaran warisan budaya para leluhur seperti Candi Prambanan dan Candi Borobudur.

Malam hari, kami menikmati sajian menu Nasi Kucing, Ronde, Gudeg dan banyak lagi kuliner khas Jogja di Rumah Makan Royal yang lengkap dengan sajian Live Entertainment-nya. Dalam kesempatan ini, ada beberapa anggota rombongan kami yang menyempatkan diri untuk melampiaskan bakat nyanyinya, dengan menyumbangkan suara dan lagu di panggung Rumah Makan Royal. Selain Rumah Makan Royal, kami juga menyempatkan diri menikmati sajian di Rumah Makan Grafika di Kalasan dan merasakan nikmatnya sajian Nasi Beras Merah serta Sayur Lombok Ijo di Rumah Makan Nielasari - Wonosari. Ada juga House of  Raminten di Kotabaru dengan menunya yang serba unik.

Untuk penginapan, oleh Team Cakrawala, kami ditempatkan di Hotel Pop Jogjakarta yang letaknya hanya lima menit dari Tugu Pal Putih kota Jogjakarta. Hotel Pop ini benar-benar Pop, aroma dan suasananya sangat nge-pop, sungguh jauh berbeda dengan hotel-hotel lainnya. Warna-warni ceria menghiasi semua sudut Hotel Pop, sehingga suasana Hotel nya tidak nampak dan tidak terasa, malahan saya menggangap Hotel Pop ini seperti Taman Kanak Kanak yang selalu ceria riang gembira.

Pose Aksi Narsis Adventure Tour Ke Kawasan Gunung Merapi

Group Dugem alias Duo Gembrot (Gaby-Pakanbaru dan Penyanyi Lokal ) Asyik Bernyanyi dan Yang Lainnya Mengiringi dengan Berjoget Ria

Pengendara Sepeda Yang Dimodifikasi Melintas Di Depan Tugu Pal Putih

Kota Jogjakarta adalah kota tua yang sarat dengan nostalgia sejarah peradaban Indonesia, kota yang unik dan kental dengan budayanya. Menelusuri Kota Jogjakarta seakan menggali memory beberapa abad silam dan masih terkait dengan rantai kenangan yang ada di zaman kini. Apalagi saat menelusuri salah satu pusat keramaian yang ada di Jogjakarta, yaitu Jalan Malioboro.

Semua jenis budaya dan hiburan serta keunikan yang tiada tara bisa di dapatkan di Malioboro, yang setiap malamnya sangat ramai dikunjungi oleh para wisatawan maupun penduduk lokal Jogjakarta. Arus lalulintas di Malioboro yang satu arah, sangat padat, merayap melambat namun tidak macet, seakan para pengemudinya juga ingin pelan-pelan menikmati suasana yang ada di Malioboro, demikian juga para pengemudi Andong yang banyak parkir di Malioboro. Apalagi saat mendengarkan musik dari para pengamen Calunk Fungky atau Malioboro Street Angklung, yang banyak ditemukan di sepanjang jalan Malioboro, maka benarlah apa yang dikatakan Pak Eko dari Cakrawala, Jogja kini menjadi Pusat Kesenangan Masyarakat.

Di Malioboro kita juga bisa menikmati pertunjukan Kabaret Kelas Dunia yang dikemas ala Jogja, di lantai 3 Mirota Batik. Saat menuju Malioboro, kita kan menemui beberapa tembok yang dihiasi mural. Mural-mural yang ada di tembok-tembok itu penuh dengan lukisan dan kata-kata unik, menyindiri namun menghibur. Baju-baju kaos yang ditawarkan juga demikian, bahkan hampir semua produk baju kaos yang dijajakan sepanjang Malioboro selalu mengaku Paling Keren Yang Membuat Pemakainya Tamba Pede dan Gaul. Ya nggak Mas Bro…… !!!???

Ini Mural Sebenarnya Menyindir Siapa Yaaa ???

Keramaian Jalan Malioboro Di Malam Hari

Andong Lagi Parkir Di Malioboro

Salah Satu Design Baju Kaos Ala Malioboro Jogja

Pengamen Angklung Calunk Funky Di Depan Pasar Beringharjo

Tak lengkap rasanya bila tak mengunjungi Pasar Beringharjo saat berada di Jogjakarta. Pasar yang telah menjadi pusat kegiatan ekonomi selama ratusan tahun. Terletak di kawasan paling ramai di Malioboro, Beringharjo yang mulai menjadi tempat aktifitas ekonomi sejak 1758, sudah menjadi salah satu ikon budaya dan sejarah yang menjadi saksi bisu historis Kota Jogjakarta. Beringharjo sendiri berarti Wilayah Yang Semula Pohon Beringin, dimana nama ini diberikan oleh Sultan Hamengku Buwono IX. Dan Pasar Beringharjo merupakan salah satu pilar CATUR TUNGGGAL yang terdiri dari Kraton, Alun-Alun Utara, Masjid Agung, dan Pasar Beringharjo sendiri, yang melambangkan fungsi ekonomi.

Tetap seperti biasanya, kalau semua tempat wisata dan budaya itu diulas sekarang, maka postingan ini akan menjadi sangat panjang dan sangat membosankan. Jadi saya akan menceritakan kisah-kisah petualangan wisata selama di Jogjakarta yang sangat seru, tentunya pada postingan selanjutnya. Karena sebenarnya psotingan ini saya rasa juga sudah terlalu panjang dan mungkin cenderung membosankan bagi para sahabat-sahibit blogger se-dunia. Maka cukuplah sampai di sini postingan ini kuakhiri…salam.