Tok tok tok, suara ketukan di pintu kamar kost mengusik tidurku yang belum lama terlelap akibat begadang semalaman membuat laporan proyek. Sambil menguap menahan ngantuk aku bangkit dari tempat tidurku, mataku masih setengah tertutup saat aku membuka pintu kamar, dan melihat Sang Ibu Kos sudah berdiri dengan senyum manis sembari mengulurkan telapak tangan terbuka kearahku. Jari-jari tangannya di goyang-goyangkan sambil berkata, ayolah mas Har, aku nagih pembayaran untuk enam bulan. Jangan ditunggak lagi, sudah dua bulan lebih Mas Har belum lunasi uang kos.
Akupun merogoh kantong celanaku, mengeluarkan lembaran seratus ribuan dari dalam dompetku, satu, dua, tiga…kuhitung satu persatu sambil menyerahkannya kepada ibu Kost yang dengan sigap segera menghitung ulang. 11, 12, 13 lembar, loh kok pas banget jumlahnya, semua satu juta tiga ratus, untuk membayar kamar kost selama enam bulan. Padahal seingatku, ada sekitar dua juta uang dalam dompetku, sebagian uang kiriman dari orang tuaku ditambah sisa hasil dari bantu-bantu dipercetakan. Aku periksa isi dompet serta kantong celanaku, hasilnya nihil. Ibu kos berlalu dengan senyum kemenangan meninggalkanku yang pusing memikirkan bagaimana aku harus membeli makanan dan bayar angkot selama sebulan nanti.
Akupun merogoh kantong celanaku, mengeluarkan lembaran seratus ribuan dari dalam dompetku, satu, dua, tiga…kuhitung satu persatu sambil menyerahkannya kepada ibu Kost yang dengan sigap segera menghitung ulang. 11, 12, 13 lembar, loh kok pas banget jumlahnya, semua satu juta tiga ratus, untuk membayar kamar kost selama enam bulan. Padahal seingatku, ada sekitar dua juta uang dalam dompetku, sebagian uang kiriman dari orang tuaku ditambah sisa hasil dari bantu-bantu dipercetakan. Aku periksa isi dompet serta kantong celanaku, hasilnya nihil. Ibu kos berlalu dengan senyum kemenangan meninggalkanku yang pusing memikirkan bagaimana aku harus membeli makanan dan bayar angkot selama sebulan nanti.
Kulirik arlojiku yang masih melekat dipergelangan tangan karena tak sempat kubuka sebelum tidur. Astaga sudah jam 11:12:13, padahal aku janji akan membawa laporan proyek pagi ini ke salah satu klientku yang baru. Sontak akupun segera mencuci muka, menyikat gigi dan memakai pakaian kerja, karena untuk mandi tak ada waktu lagi. Sebotol parfum Aqua Bulgary imitasi kusemprotkan ke seluruh tubuhku, dan seusai memakai sepatu pantofel hitam akupun bergegas keluar kamarku hendak berangkat menuju kantor tempat klientku berada. Tas ransel bututku yang kuselempangkan pada bahuku bergoyang kiri kanan saat aku menyusuri boulevard hendak ke pangkalan taxi dekat rumah kostku, karena kalau naik angkot, pasti akan lebih lama lagi baru tiba di kantor klientku. Aduh, kupukul kepalaku dengan telapak tanganku, akupun seketika berhenti melangkah, setelah menyadari bahwa tak ada satu peserpun uang yang tersisa dalam dompetku. Lalu bagaimana caranya aku harus membayar taxi.
Sebuah Taxi melintas di depanku, namun setelah melewatiku Taxi itu tiba-tiba berhenti, sekilas aku melihat plat nomornya, 111213. Taxi itu lalu berjalan mundur mendekatiku, jendelanya terbuka dan wajah ramah sang sopir sambil tersenyum menyapaku, mau kemana Pak???. Aku menggoyangkan telapak tanganku kea rah sopir itu pertanda menolak. “Maaf Pak, saya bermaksud Gedung Menunjuk Langit, di Jalan Tak Beraspal, namun aku tak punya uang untuk membayar ongkos taxi.” kataku. Namun sopir taxi itu malah membuka pintu depannya dan berkata, ayolah Pak, silahkan naik, alamat itu jauh dari sini, kalau jalan kaki takkan sampai, soal ongkos tak usah dipikirkan. Semula aku ragu dengan tawaran sopir taxi itu, maklum di kota besar ini sering terjadi peristiwa perampokan penumpang oleh supir taxi. Namun sopir itu tetap memaksa, hingga akhirnya akupun naik dan taxipun melaju menuju kantor klientku, yang terletak di Gedung Menunjuk Langit, di Jalan Tak Beraspal.
Dalam perjalanan, aku bertanya kepada kepada sopir taxi itu, apa yang menyebabkan dia mau membawa penumpang tanpa harus menerima pembayaran. Dengan gembira sopir taxi itu menjawab, bahwa istrinya baru saja melahirkan sepasang anak kembar, laki-laki dan perempuan. Jadi sebagai rasa syukur, maka sopir taxi itu brjanji pada dirinya sendiri akan memberikan tumpangan gratis kepada penumpang pertama yang ditemuinya. Dan ternyata penumpang yang beruntung itu adalah aku. Akupun tersenyum senang mendengar cerita sopir taxi itu dan memberikan ucapan selamat berbahagia kepadanya.
Dalam perjalanan, aku bertanya kepada kepada sopir taxi itu, apa yang menyebabkan dia mau membawa penumpang tanpa harus menerima pembayaran. Dengan gembira sopir taxi itu menjawab, bahwa istrinya baru saja melahirkan sepasang anak kembar, laki-laki dan perempuan. Jadi sebagai rasa syukur, maka sopir taxi itu brjanji pada dirinya sendiri akan memberikan tumpangan gratis kepada penumpang pertama yang ditemuinya. Dan ternyata penumpang yang beruntung itu adalah aku. Akupun tersenyum senang mendengar cerita sopir taxi itu dan memberikan ucapan selamat berbahagia kepadanya.
Setelah melewati beberapa ruas jalan yang macet karena ada demontrasi oleh mahasiswa, akhirnya aku sampai juga ke Gedung Menunjuk Langit, di Jalan Tak Beraspal, sebuah gedung pencakar langit, tempat kantor klientku berada. Aku melirik ke meteran argo taxi itu, nampak yang tertera berjumlah 111213, aku tersenyum kecut membayangkan seandainya supir taxi itu tidak memberikan tumpangan gratis kepadaku. Setelah mengucapkan beribu terimakasih kepada sopir taxi itu, akupun berjalan memasuki loby utama Gedung Menunjuk Langit. Di loby itu aku bertanya kepada bagian informasi di lantai berapa kantor klientku berada. Setelah memberikan kartu bertuliskan Visitor, petugas yang berjaga dibagian informasi mengatakan bahwa kantor klientku berada di 111213, yang artinya lantai 11, blok 12 ruang 13. Akupun diantar kesebuah lift yang akan membawaku menuju kesana.
Di depan sebuah pintu yang bertuliskan 111213 aku berdiri, jariku sedari tadi menekan bel, namun pintu itu belum terbuka. Beberapa saat kemudian pintunya terbuka, dan sebuah wajah milik seorang gadis berambut pirang keemasan muncul dari balik pintu itu sambil tersenyum. “Silahkan masuk Pak Har, sejak tadi bapak ditunggu oleh Bos.” Kata gadis itu sambil tersenyum dan mempersilahkanku masuk. Aku masuk dan mataku segera saja terpesona oleh design interior yang menghiasi ruangan kantor yang cukup luas itu. Seorang lelaki separuh baya berkepala plontos menghampiriku sambil tertawa lebar. “Halo Pak Har, aku sudah lama menunggu anda, ayo mari silahkan duduk.” Kata lelaki itu sambil menunjuk kearah sebuah sofa set yang rupanya sudah disediakan untuk tamu.
Aku duduk diatas sofa yang berbalut kulit asli berwarna kehitaman. Sambil meminta maaf atas keterlambatanku, aku menyerahkan laporan proyek yang kubuat kepada lelaki plontos itu yang kemudian memperkenal dirinya dengan nama “Plontos”. Pak Plontos nampak serius mempelajari laporan proyek tersebut, sesekali ia menggangguk sambil tersenyum, dan sesekali ia nampak mengernyitkan dahinya. “Bagus-bagus, laporan proyek yang ada buat sungguh bagus.” Kata Pak Plontos, setelah membaca laporan proyek itu. Sambil menepukkan tangannya Pak Plontos melanjutkan kalimatnya, Realistis, spesifik dan juga prospektif, sungguh hebat. Saya benar-benar suka dengan laporan seperti ini, tidak mengada-ada dan tidak terkesan dibuat-buat, namun semua ada solusinya. Kemudian Pak Plontos mengulurkan tangannya mengajak aku berjabat tangan, akupun membalasnya, lalu Pak Plontos berkata lagi, mulai hari ini, Rabu, Tanggal 11 Bulan 12 Tahun 2013, Pak Har resmi saya terima menjadi konsultan proyek perusahaanku.
Aku sungguh girang bukan kepalang mendengar hal itu, tidak sia-sia pekerjaan membuat laporan proyek ini kutuntaskan hingga begadang berhari-hari. Kedua orang tuaku pasti turut gembira mendengar kabar bahagia ini, demikian juga adik-adikku. Semua doa mereka dikabulkan Tuhan untuku yang dari jauh disebrang pulau aku merantau menyeberangi lautan menuju Kota Jakarta demi mencari rejeki. Selama 11 bulan 12 minggu 13 hari lamanya aku merasakan getirnya hidup di Kota Jakarta bermodalkan ijazah sarjana teknik yang fresh graduate. Beragam pekerjaan kujalani demi menyambung hidup, dari menjadi loper Koran, pedagang asongan, kerja serabutan dipercetakan hingga akhirnya, aku bisa diterima di kantor Pak Plontos. Kuraih dan kujabat tangan Pak Plontos sambil tak henti mengucapkan terimakasih.
Kubuka tas ranselku, mencari handphone untuk menelepon keluargaku, kedua orang tuaku dan adik-adikku di kampung asalku. Kubayangkan wajah bahagia ayah ibuku, senyum sumringah adik-adikku saat menerima telepon dan mendengar suaraku yang menyampaikan berita baik ini. Setelah mengobrak-abrik isi tas ranselku, akupun menemukan handphoneku terselip di buku-buku yang ada dalam tas ranselku itu. Kulihat di layar ada panggilan tak terjawab beberapa kali, panggilan dari nomor Ayahku 11 kali, dari nomor Ibuku 12 kali, dan dari adikku 12 kali. Ada apa ya, kenapa mereka menghubungiku berulang kali, tanyaku pada diri sendiri. Sebuah pesan singkat nampak dari adikku, pesan singkat yang terkirim pada pukul 11:12:13, berarti bersamaan saat aku hendak meninggalkan rumah menuju kantor Pak Plontos. Memang beberapa hari yang lalu, aku menyampaikan kepada keluargaku, bahwa aku sedang membuat laporan proyek sebagai persyaratan melamar kerja di kantor pak Plontos, dan pada hari ini aku akan ke kantor pak Plontos untuk menyerahkannya. Dan akhirnya sekarang aku diterima sebagai konsultan proyek di kantor pak Plontos.
Aku duduk diatas sofa yang berbalut kulit asli berwarna kehitaman. Sambil meminta maaf atas keterlambatanku, aku menyerahkan laporan proyek yang kubuat kepada lelaki plontos itu yang kemudian memperkenal dirinya dengan nama “Plontos”. Pak Plontos nampak serius mempelajari laporan proyek tersebut, sesekali ia menggangguk sambil tersenyum, dan sesekali ia nampak mengernyitkan dahinya. “Bagus-bagus, laporan proyek yang ada buat sungguh bagus.” Kata Pak Plontos, setelah membaca laporan proyek itu. Sambil menepukkan tangannya Pak Plontos melanjutkan kalimatnya, Realistis, spesifik dan juga prospektif, sungguh hebat. Saya benar-benar suka dengan laporan seperti ini, tidak mengada-ada dan tidak terkesan dibuat-buat, namun semua ada solusinya. Kemudian Pak Plontos mengulurkan tangannya mengajak aku berjabat tangan, akupun membalasnya, lalu Pak Plontos berkata lagi, mulai hari ini, Rabu, Tanggal 11 Bulan 12 Tahun 2013, Pak Har resmi saya terima menjadi konsultan proyek perusahaanku.
Aku sungguh girang bukan kepalang mendengar hal itu, tidak sia-sia pekerjaan membuat laporan proyek ini kutuntaskan hingga begadang berhari-hari. Kedua orang tuaku pasti turut gembira mendengar kabar bahagia ini, demikian juga adik-adikku. Semua doa mereka dikabulkan Tuhan untuku yang dari jauh disebrang pulau aku merantau menyeberangi lautan menuju Kota Jakarta demi mencari rejeki. Selama 11 bulan 12 minggu 13 hari lamanya aku merasakan getirnya hidup di Kota Jakarta bermodalkan ijazah sarjana teknik yang fresh graduate. Beragam pekerjaan kujalani demi menyambung hidup, dari menjadi loper Koran, pedagang asongan, kerja serabutan dipercetakan hingga akhirnya, aku bisa diterima di kantor Pak Plontos. Kuraih dan kujabat tangan Pak Plontos sambil tak henti mengucapkan terimakasih.
Kubuka tas ranselku, mencari handphone untuk menelepon keluargaku, kedua orang tuaku dan adik-adikku di kampung asalku. Kubayangkan wajah bahagia ayah ibuku, senyum sumringah adik-adikku saat menerima telepon dan mendengar suaraku yang menyampaikan berita baik ini. Setelah mengobrak-abrik isi tas ranselku, akupun menemukan handphoneku terselip di buku-buku yang ada dalam tas ranselku itu. Kulihat di layar ada panggilan tak terjawab beberapa kali, panggilan dari nomor Ayahku 11 kali, dari nomor Ibuku 12 kali, dan dari adikku 12 kali. Ada apa ya, kenapa mereka menghubungiku berulang kali, tanyaku pada diri sendiri. Sebuah pesan singkat nampak dari adikku, pesan singkat yang terkirim pada pukul 11:12:13, berarti bersamaan saat aku hendak meninggalkan rumah menuju kantor Pak Plontos. Memang beberapa hari yang lalu, aku menyampaikan kepada keluargaku, bahwa aku sedang membuat laporan proyek sebagai persyaratan melamar kerja di kantor pak Plontos, dan pada hari ini aku akan ke kantor pak Plontos untuk menyerahkannya. Dan akhirnya sekarang aku diterima sebagai konsultan proyek di kantor pak Plontos.
Aku belum sempat membaca pesan singkat itu, ketika kurasakan tiba-tiba ruangan kantor pak Plontos ini berguncang hebat diiringi suara ledakan yang sangat keras. Aku dan Pak Plontos bersama gadis pirang itu beserta seluruh karyawan yang ada berlari menuju jendela yang terbuat dari kaca untuk melihat apa yang terjadi. Dari jendela kaca itu nampak api berkobar dari lantai bawah, dan asap tebal membumbung tinggi. Api dan asap tebal itu membumbung tinggi membakar lantai demi lantai, meluluh lantakkan semua yang dilaluinya, serentak karyawan yang melihat hal tersebut berteriak seketika, kebakaran, kebakaran kebakaran.
Kurasakan lantai kantor yang kupijak mulai oleng kekiri, tak lama lagi kobaran api dan asap tebal itu akan mencapai lantai tempat kantor pak Plontos berada. Kulihat Pak Plontos panik dan wajahnya pucat pasi, begitu juga gadis pirang itu yang sudah histeris menjeri-jerit. Tak tahu aku harus berbuat apa, saat itu aku ingat akan pesan pendek dari adikku yang belum kubaca. Dalam kepekatan asap tebal yang sudah memenuhi ruangan, kuangkat handphoneku, kubaca perlahan-lahan pesan singkat dari adikku, “Mas Har, jangan pergi ke Gedung Menunjuk Langit, di Jalan Tak Beraspal. Sebab ada kabar pada hari ini, 11-12-13, teroris akan meledakkan gedung itu.”
Kurasakan lantai kantor yang kupijak mulai oleng kekiri, tak lama lagi kobaran api dan asap tebal itu akan mencapai lantai tempat kantor pak Plontos berada. Kulihat Pak Plontos panik dan wajahnya pucat pasi, begitu juga gadis pirang itu yang sudah histeris menjeri-jerit. Tak tahu aku harus berbuat apa, saat itu aku ingat akan pesan pendek dari adikku yang belum kubaca. Dalam kepekatan asap tebal yang sudah memenuhi ruangan, kuangkat handphoneku, kubaca perlahan-lahan pesan singkat dari adikku, “Mas Har, jangan pergi ke Gedung Menunjuk Langit, di Jalan Tak Beraspal. Sebab ada kabar pada hari ini, 11-12-13, teroris akan meledakkan gedung itu.”
49 comments:
kalau bukan karena membaca status teman2 saya tidak begitu ngeh kalau tgl 11-12-13:)
11-12-13 dan ta lama lagi 14 sudah di depan mata sedang menanti, bagus temanya gan karena angka tersebut sedang banyak di perbincangkan sekarang ini.
urutan angka yang bagus
bikin rencana jadi lurus
mantab ceritanya :)
kalau 12-11-13? tanggal cantik juga bukan?
angka cantik ini, bisa urut
Ceritanya kreatif, memanfaatkan momen tanggal unik dan menarik dibaca. Salut!
Mahal ya kosnya. 1,3 juta sebulan? Wow.
sepertinya hari ini artikel dengan judul 11 12 13 sedang booming, tapi saya kesampingkan judul itu, yang saya beri jempol adalah untuk artikel diatas, soalnya saya bacanya sampai serius.
Nyimak saja sambil bersilaturahmi ya pak... :)
11-12-13, menurut orang Banyumas itu artinya nggak jauh beda bang? Seperti hari ini jalan2 ke beberapa blog judulnya nggak jauh beda..hehe...apakabar bang Har?
bisa serba 11-12-13 gitu ya Pak :)
diterima sebagai konsultan proyek di kantor pak Plontos. selamat yah. semoga aja 14 nya masih berjalan normal... hehe
Congrat ya bang
Angka yg mengikuti awal kesuksesan...
Salam untuk pak plontos :)
banyak kisahnya juga ya angka 11. 12. 13.
apakah para togel mania juga marak dengan tanggal ini..hehehe
11, 12, 13,,,,,,,,, selalu ada di setiap bulan berjalan ke tiga angka tersebut dalam kalender.
Salam,
barusan di daerah Pasuruan Jawa Timur ( berita TV ) 11 12 13 dijadikan acara Nikah masal,dan masih banyak lagi yang memanfaatkan 11 12 13 untuk kepentingan pribadi dan juga untuk umum,,,,,Luarbiasa,,,,,
hahahaha, sungguh aku baca asmpai habis dari awal sampai akhir tulisan ini,, berarti buka kakaknya yang harus diterima sebagai kunsultan, tapi adiknya yang waji di terima jadi anggota BAKIN, hahahaha
ya nambah lagim di tanggal 11 12 13 ini blog ini juga tambah ringan loadnya sangat bersahabat dengan pengunjung
kemarin tanggal cantik, banyak yang lahir dan nikah
angka keberuntungan rupanya :)
Nope cantik 081321111213 XIXI...
pak har sudah nyampe gedung menunjuk langit,,,,jlan tak beraspal? bagaimanakah kisah selanjutnya? hehehe,,,
kreatiff
bisa satu jiwa banget sama kang cilembu nih Mas
Bener Bener Unik tanggal nya , mantap
hehe, ini kisah fiksi kan sob?
mantep bgt deh kisahnya, klop ama 111213nya...
aku sendiri baru nyadar kalo tgl itu istimewa, saat melirik note di hapeku yg tulisannya..."ingat, hari ini kamu musti byr utangmu kalo tidak..."
waaaah, aku langsung inget sesuatu, trs pas liat tanggalnya kok istimewa
keren 'n kreatip bgt crita 11-12-13 nya.. bisaa aja ngepas2in angkanya.. hihihi
kreatifff, dari judul hingga isi ;)
11-12-13...menarik ceritanya Mas Har. Itu gedungnya jadi diledakan gak ya...hehehe
Tgl ini menginspirasi salah satu keponakan saya untuk menikah. Malah ia tambah pula dengan angka 10. Itu adalah jam mereka akad nikah...ah ada-ada saja anak muda zaman sekarang ini Mas Har...
Salam,
hmmm kotak katik angka yang cantik dan waktu akan berlalu meninggalkan kita dengan seribu makna
cerpen nya panjang bener pak..
lebih baik kalau pemenggalan paragraf nya lebih banyak lagi, sehingga saya sebagai pembaca yg malas baca tidak terlalu kecapean membacanya..
nice try..
Artikel yang amat menarik dengan peristiwa-peristiwa yang dihubungkan dengan nomor cantik 11-12-13. Tentu tidak ada sesuatu di dunia ini yang terjadi secara kebetulan. Banyak hal yang aneh dan mencengangkan di dunia ini. Beberapa hari lalu tanggal 11-12-2013 dipilih sebagai tanggal yang cantik seperti juga 12-12-2012. Ada apakah pada hari dan jam itu? Adakah peristiwa penting dan istimewa pada saat itu? Ada yang memilih sebagai hari pernikahan? Dunia memang menarik dan penuh 'warna-warni'. Terima kasih sharing dan motivasinya. Salam cemerlang!
kompakan sama pakdhe Cilembu nih yee
ini kisah nyata ya sobat...
Angka cantik bisa tembus 6 angka langsung kaya... hehehehe
11-12-13 jam 14:15 :D
berderet, taun depan susah nih nemu tanggsl2 berdert lagi :D
baca dari awal sampai akhir kok bisa pas banget ceritanya... oya mas. kalo bisa ditambah acara nonton film soekarno yang tayang pada tgl 11-12-2013.. hihi..
kita emang beda-beda tipis ya bang...11 12 banget kan.
kecup basah di balik handuk ah....
Assalaamu'alaikum wr.wb, mas Hariyanto....
Kisah fiksi yang menarik apabila dihubungkan dengan tanggal 111213. Saya baru tahu akan tanggal tersebut kerana sedang sibuk berwisata hujung tahun. Salut mas, 2 jempol untuk seluruh plot cerita yang saling bersambung dari awal hingga berakhir dengan tragedi. Ada untung rugi ya dalam cerita ini. Apa kisah akhir cerita Mas Har itu ya. Masih hidup ?
Salam hormat takzim dari Sarikei, Sarawak. :D
walaah kirain aq baca awalnya pengalaman beneran , tengah2 wah ini sepertinya guyonan.. eh endingan beneran... beneran guyonan hehe
Tapi sekarang 11,12,13 sudah lewat mas...hee
postingan menarik yg penuh dengan makna kehidupan
terima kasih sudah berbagi
postingan penuh makna ;)
Saya ingat tanggal 11-12-13 jam 14:15:16. saya lagi bikin artikel mas he..
wah 6 bulan nunggak ya bang, pasti ada jalan
asalamualaikum
bikin penasaran bacanya karena judul 11,12,13
Sip kisahnya
unik banget... huwaa baru keinget saya, eh udah telat deh
ngomong-ngomong kok kembaran sama kang ubi .
Saya selalu gak ngeh dengan hal - hal seperti ini PAK #kudet abis ! :D
Delamat siang buat konsultanya pak plontos..
Aku pikir 11-12-13 adalah hari keberuntungan sekaligus kesialan buat konsultannya pak plontos.
jarang-jarang saya baca tulisan di blog ini sampe kelar *jujur banget*
eh tadi udah komen ya :3 .
Congrats ya Pak, semoga di kantor Pak Plontos rejekinya bisa nambah, aminnn...:)
unik banget yah mas angka 11-12-13, kemaren pas tanggal itu saya ngapain aja yah hehe...
11-12-13 tanggal yang kelam yah, malah terjadi bencana....
pada tanggal itu ngga ada yang istimewa yang saya kerjakan
New comments are not allowed.