Jalanan Menjadi Sungai Di Makassar

Assalamualaikum sahabat-sahibit blogger se-dunia dimanapun kalian beraktifitas. Hujan deras mulai mengguyur seluruh Negara Indonesia di Bulan Desember ini, tidak terkecuali di Kota Makassar, ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan. Apalagi mejelang akhir tahun dua ribu tiga belas, guyuran hujan seakan tiada henti selama dua puluh empat jam terus menerus menerus tertumpah dari langit membasahi bumi dan seluruh isinya. Turunnya hujan adalah hal yang patut disyukuri oleh kita semua, karena hujan adalah salah satu rahmat-NYA yang dianugrahkan untuk bumi dan seisinya.

Jalanan Menjadi Sungai Di Makassar
Jalanan Jenderal Hertasning Berubah Menjadi Sungai

Saat ini pembangunan sedang giat-giatnya dilaksakan di Kota Makassar demi mewujudkan impian ambisius Makassar Menjadi Kota Dunia. Namun konon kabarnya pembangunan itu ternyata mengabaikan akan keseimbangan harmonisasi antara alam modern dengan alam warisan leluhur yang asri nan hijau. Salah satu contoh adalah pembuatan drainase yang tidak diperhitungkan dengan baik, sehingga berakibat daya tampung drainase tak mampu lagi menampung debit air yang diakibatkan oleh hujan, ditambah lagi dengan tumpukan sampah yang memenuhi selokan-selokan, sehingga akhirnya airpun mengalir sampai jauh mencari tempat untuk berlabuh, tak mengherankan bila kemudian banjirpun melanda di hampir semua sudut kota Makassar.

Kekuatan alam memang sungguh maha dahsyat, namun ternyata hal itu disepelekan oleh orang-orang yang merasa dirinya teramat pintar menata kota Makassar. Sehingga akhirnya ketika alam menunjukkan kemarahannya dan hujan deras nan lebat pun mengguyur kota Makassar tiada henti saat adzan Subuh mulai berkumandang hingga ketika adzan Zhuhur membahana membelah langit kota Makassar. Akibatnya sungguh luarbiasa, air hujan itu ternyata mampu merubah Jalanan Menjadi Sungai di Makassar.

Kalau pada tahun-tahun sebelumnya seperti yang pernah saya tulis dalam artikel berjudul Wet and Floods December Rain in Makassar City, hanya jalan di sudut kota tertentu yang tertimpa banjir, maka kali ini, jalan-jalan di  hampir semua pusat kota yang terkena banjir, seperti yang saya lihat saat berhujan-hujanan wara-wiri di Kota Makassar pada hari Selasa 24/12/1203. Seperti jalan Jendral Hertasning, Jalan Andi Pangerang Pettarani yang merupakan jalan terbesar di Kota Makassar, Jalan Sungai Saddang Baru, dan Jalan Pelita Raya. Bahkan Jalan Yusuf Daeng Ngawing, tempat di mana rumah jabatan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan berada pun tak luput dari serbuan banjir ini. Nah yang satu ini membuat saya jadi heran, kalau banjir terjadi di depan rumah seorang pejabat pemerintahan yang notabene pastilah akan terlihat olehnya, tapi kok pejabatnya bersikap pasif dan diam saja ya..benar-benar mengherankan..please dech ach ;-)
Nah yang satu ini membuat saya jadi heran, kalau banjir terjadi di depan rumah seorang pejabat pemerintahan yang notabene pastilah akan terlihat olehnya, tapi kok pejabatnya bersikap pasif dan diam saja ya..benar-benar mengherankan..please dech ach ;-)
Jalanan Menjadi Sungai Di Makassar
Jalanan Sungai Saddang Baru Benar-Benar Berubah Menjadi Sungai

Jalanan Menjadi Sungai Di Makassar
Jalanan Pelita Raya Berubah Menjadi Sungai

Jalanan Menjadi Sungai Di Makassar
Jalanan Andi Pangerang Pettarani (jalan terbesar di Makassar) Berubah Menjadi Sungai

Jalanan Menjadi Sungai Di Makassar
Jalanan Yusuf Daeng Ngawing Berubah Menjadi Sungai

Melihat bahwa Jalanan Menjadi Sungai Di Makassar, semua pihak akhirnya saling menyalahkan satu sama lain. Pihak pemerintah kota menyalahkan warga kota yang selalu membuang sampah di selokan-selokan kota, sedangkan masyarakat menyalahkan pemerintah kota yang dianggap membangun kota tanpa memperhatikan dan membangun drainase kota dengan baik benar. Ketika adu argumentasi dimulai demi mempertahankan pendapat siapa yang paling benar, maka yakinlah semua solusi tak akan pernah menemukan titik temu untuk mengatasi masalah banjir ini. Adalah benar bahwa hujan adalah salah satu rahmat dari Sang Khaliq, namun rahmat itu bisa berubah menjadi bencana karena ulah polah sikap manusia itu sendiri.

hujan adalah salah satu rahmat dari Sang Khaliq, namun rahmat itu bisa berubah menjadi bencana karena ulah polah sikap manusia itu sendiri [hw25122013]
Ada yang terlupakan oleh kita semua, bahwa kita manusia hanyalah salah satu bahagian terkecil dari alam maha luas di jagat raya ini. Akan tetapi keserakahan dan kerakusan yang menguasai jiwa manusia telah membuat manusia menjadi angkuh, somboh dan pongah, bersikap seakan-akan memiliki hak untuk menguasai dan mengeksploitasi seluruh alam tanpa pernah peduli kepada penghuni serta segala unsure-unsur alam lainnya, yang tentunya juga memilki hak untuk hidup dan eksist di atas pemukaan Bumi ALLAH Yang Maha Luas ini.

Hujan adalah salah satu bahagian dari alam, dan untuk mengatasinya manusia sudah tak mampu. Lalu bagaimana bila seluruh alam bersatu melawan keinginan manusia, apakah manusia akan sanggup melawan kekuatan alam yang maha dahsyat. Sadarkan kita, bahwa mungkin saja luapan air hujan yang menyebabkan banjir saat ini adalah sebuah ungkapan halus dari alam, bahwa air merindukan sungai-sungai kecil yang alamiah asri nan hijau tempat ia bisa mengalir sampai jauh mengelilingi seluruh kota Makassar hingga akhirnya bermuara ke Pantai Losari.

Tabe’ Salam’ Ki.
Keep Happy Blogging Always, Mari’ Ki’ Di’ .. salam :-)

28 comments:

Gupitan said...

Sepertinya saya yang dapat pertamax :)

hima-rain said...

barusanku liat pettarani banjir begitu pak. yang sering kuliat banjir dekat pintu 1 unhas wih makin banjir di mana2.

Imamboll said...

dimana mana memang sedang banjir pak, sekarang memang drainase hampir semua jalan buruk, seperti tidakterkonsep dengan baik sesuai aturannya

daerah resapan juga terbatas serta sungai sungai sudaha mulai mendangkal. memang harus dilakukan upaya upaya perbaikan pak

Gupitan said...

Kalo sudah begini siapa yang patut disalahkan? jawabannya ada padi diri masing-masing. Manusia membutuhkan air untuk dapat bertahan hidup tetapi tidak sebaliknya. Gunung dipereteli, sungai berubah fungsi jadi tempat sampah, rawa-rawa menjadi gedung gedung mewah..Wajar lah kalo banjir mah sudah biasa :)

Anonymous said...

Wuiiih, banjiiiir.
Di Riau kemarin ketika saya menghadiri sebuah acara juga banjir, mas.
Perlu membuat tata kota yang baik nih :)

belalang cerewet said...

Nggak di Jawa nggak di luar Jawa banjir rasanya akrab di sekitar kita. Paling enak memang saling menyalahkan, padahal jelas-jelas kita semua yang salah. Kita sudah rakus dan tamak dalam mengelola alam. Seolah kita ini penguasa tunggal akibat menyandang titel khalifah jadi semena-mena. Semoga perbaikan bisa kita mulai dari diri kita sendiri. Selamat berlibur Mas Hari :)

RiskiRingan said...

pembangunan memang harus mempertimbangkan alam, ya kalau bukan alam yang memberikan semua ke kita (pemberian dari Allah lewat alam) siapa lagi coba?
Pada sama2 berterimakasih pada alam yuk.. :D

Unknown said...

Inget pabrik tempat saya kerja pernah kebanjiran. Mati produksi selama satu minggu. Repotnya memulihkan kembali kondisi mesin agar bisa run produksi lagi.
Sekarang sudah dibangun tembok tinggi di belakang pabrik. Di belakang pabrik mengalir kali Cikeas. Moga banjir gak masuk pabrik lagi. Capek banget buat pekerja seperti saya ini Mas...

Titis Ayuningsih said...

Semoga banjirnya cepat surut dan bisa beraktivitas lagi ^^

Seperti Jakarta tahun lalu ini banjirnya hehe

Mugniar said...

Mudah2an walikota yang baru sering2 browsing di internet dan menemukan tulisan ta' dan tulisan2 blogger Makassar lain ttg ini :|

Claresta said...

ngeri ya mas, jalan raya bisa berubah menjadi sungai seperti itu :( semoga warga aman2 aja n gak terserang wabah penyakit

Mizz Aiza said...

di malaysia juga sekarang musim hujan.. seringkali berlaku flood di beberapa daerah.. semoga semuanya selamat..

Wahyu Eka Prasetiyarini said...

wah gedhe juga ya pak banjir nya. pasti ujan nya lebat banget tuh. ataua mungkin saluran drainase nya nggak lancar karena tersumbat sehingga jadi banjir deh :)

wewengkon sumedang said...

wooow hampir sama dengan ditempat saya pak :(

"Titik Asa" said...

Met malam Mas, apa kabar?
Duh, bisa banjir juga ya Makassar. Sejak musim penghujan ini sudah berapa sering disana banjirnya Mas?
Dulu waktu rumah saya di Bekasi, kalau hujan sudah siap-siap deh. Kalau banjir, air bisa masuk ke dalam rumah.
Sekarang keluarga sudah tinggal di Sukabumi, jadi sudah good bye dengan derita banjir...
Semoga banjirnya cepat surut ya Mas.
Salam,

Unknown said...

Banjir juga ya mas...kok merata ya...doanya moga cepat surut dan normal kembali agar aktifitas kembali lancar

Anonymous said...

tes tes koment, anttamaji anjo komentarku sumpadeng?

anngapa nalannyak?

agusbg said...

semoga ada hikmahnya dengan adanya banjir ya mas hari, supaya segera diperbaiki masalah saluran air dan kelak menjadi lancar tidak ada banjir lagi...

Mezi Aris Apronny said...

Wah banjir tu pak

Cetak murah said...

Itu mungkin karena saluran airnya kurang bagus ya.. Hampir semua kota di Indonesia belum memiliki system drainase yang bagus.

Admin said...

bisa merenang bebas tuh mas..

Siska Dwyta said...

waaahh ternyata parah juga yah banjirnya.. udah dua hari ini gak keluar-keluar kos jadi gak tahu gimana kondisi di luar sana.. padahal kos saya dekat dengan jalan pettarani.

Mei Wulandari said...

aaa... di Makassar ternyata banjir juga? aku kira hanya di daerah Jawa, sampai tinggi gitu ya curah hujannya
padahal aku sangat menginginkan liburan ke sana (maklum efek kena iklan di tv ttg kekayaan alam di SUMSEL"hehhe)

kang haris said...

Kalau saluran air tidak terawat, jalanan menjadi sungai.
Hal ini juga terjadi di daerah saya bang.

duniaely said...

kebayang kalau hrs naik sepeda lewat sana mas

Mang Lembu said...

waallaikumsalam....kenapa ya hampir diseluruh kota besar mesti azh kebanjiran, solusi dan upaya pasti udah dilakuin seluruh warga...tapi tetep azh tiap musim hujan kebanjiran.....
#nikmat banget emang hidup di Cilembu

Unknown said...

pasti ada hikmahnya..
buat kita juga perlu menjaga lingkungan biar gak banjir, biar gak merusak alam. repot sendiri kan jadinya .

tapi ehh saya ngeri lihat air deras gitu .

Intan Sudibjo said...

wah di rumah saya juga sempat kebanjiran setinggi mata kaki pak :D