Pesantren menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia online, adalah asrama tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji dsb. Dan sebagainya disini berarti segala hal yang terkait dengan ilmu dan pengetahuan mengenai ke-Islam-an. Saat ini menurut informasi yang saya kutip dari media online Radar Banjarmasin, jumlah pesantren yang ada di Indonesia sudah mencapai sekitar 28.000 pesantren dengan santri murid berkisar empat juta orang, dan jumlah ini bakalan bertambah lagi, mengingat hampir di semua wilayah di Indonesia banyak dibangun pesantren baru, dan tentunya juga akan meningkatkan jumlah para santri yang belajar di pesantren.
Berbicara mengenai pesantren, saya memiliki romantika kenangan sebagai sesuatu hal paling tak terlupakan dari pesantren. Peristiwanya sendiri sudah sangat lama, namun setiap saya mendengar kata pesantren, memory otak-ku langsung bekerja secara otomatis, membuka kembali romatika kenangan tersebut. Suatu kenangan indah yang tak terlupakan, saat saya berada di Sorowako, Sulawesi Selatan, yang berjarak kurang lebih 591 kilometer dari Kota Makassar, sekitar tahun 90-an, demi memperbaiki nasib, mencari sesuap nasi dan sepiring berlian.
Di sorowako saya tinggal dikediaman kakak, dekat danau Matano yang sangat terkenal. Dan di rumah kakak saya jugalah, saya berkenalan dengan ustadz Sumadiono, salah seorang aktifis dakwah yang sederhana, ramah, bersahabat dan murah senyum. Beliau adalah salah seorang perintis berdirinya Pesantren Hidayatullah di Sorowako, tepatnya di Wowondula, Sorowako-Sulawesi Selatan. Yang saya ingat dari apa yang dikatakan olehnya adalah “Ia akan selalu berusaha menghadiri undangan ceramah dari masyarakat, walaupun hanya satu orang yang mendengarkan ceramah yang akan ia bawakan, insya Allah”.
Dari perkataan itulah, saya menangkap kesan kesungguhan yang ada dalam diri ustadz Sumadiono dalam menegakkan syiar Islam. Lalu saya-pun mengungkapkan keinginan untuk memperdalam ilmu ngaji saya dan belajar lebih jauh tentang ke-Islaman kepada beliau, dan pucuk dicinta ulam tiba, beliau menyanggupi, dan bersedia membimbing saya secara langsung, Alhamdulillah. Akhirnya disepakatilah, bahwa jadwal saya adalah setiap hari, sebelum sholat Dzuhur atau sebelum sholat Ashar, mana saja dari kedua waktu itu saya ada waktu.
Saya memang tidak memilih untuk ikutan mondok di pesantren Hidayatullah seperti para santri lainnya, karena ada beberapa kegiatan yang saya harus lakukan terkait dengan itu tadi, mencari sesuap nasi dan sepiring berlian. Demikianlah, akhirnya saya setiap hari wajib melintasi jalan dari Sorowako menuju Wowondula yang berjarak sekitar 18 km, pergi dan pulang, jadinya jarak yang kutempuh sekitar 36 km setiap hari, demi menimba ilmu agama Islam di Pesantren Hidayatullah, Sorowako.
Di Pesantren Hidayatullah Sorowako, saya melihat bahwa selain mempelajari ilmu dan pengetahuan tentang agama Islam, sikap kemandirian juga diajarkan kepada setiap santri, dan dengan contoh langsung dari para ustadz pengajar yang ada di Pesantren Hidayatullah. Seperti yang dilakukan oleh Ustadz Sumadiono, saya pernah mendapatkan beliau sedang berendam dalam sebuah tambak untuk membersihkan hama dan rumputnya, agar tambak tersebut bisa menghasilkan ikan seperti yang diharapkan. Demikian juga para pengajar lainnya, ada yang menanam sayur-sayuran, membuat batako untuk membangun masjid di halaman pesantren Hidayatullah dan berbagai kegiatan lainnya, dan semua itu diajarkan langsung kepada para santri, hingga para santripun ikut terlibat dan belajar menjadi orang yang mandiri.
Santri pria dan santri wanita tempatnya dipisahkan, untuk santri wanita lokasinya agak lebih tinggi lokasi tempat belajar dan pondokannya daripada santri pria. Kalau santri pria, setiap hari saya bisa bertemu, tapi santri wanita, jarang yang saya temui. Dari beberapa kali pertemuan dan percakapan yang saya lakukan dengan Ustadz Sumadiono, ternyata beliau itu sebelum bergabung dengan pesantren Hidayatullah, pernah tinggal di Kecamatan Mariso, Kota Makassar, dekat dengan rumah kakak iparku, suami dari kakakku yang di Sorowako. Dan saya juga memilki sebuah rumah keluarga di Kecamtan Mariso, ternyata memang dunia benar-benar kecil ya.
Setiap hari Jum’at, para ustadz yang ada di Pesantren Hidayatullah itu semuanya bertebaran menuju masjid-masjid yang ada di Sorowako dan sekitarnya, untuk menjadi khatib, membawakan ceramah Jum’at, bahkan ada yang merangkap jadi imam Sholat Jumat. Para ustadz yang berasal dari Pesantren Hidayatullah itu tidak pernah meminta fasilitas maupun meminta bayaran, karena dari awal niat mereka memang untuk menegakkan syiar Islam dan mengibarkan panji-panji Islam jadi bukan menjadikan kemampuan dan kefasihan mereka akan pengetahuan dan ilmu ke-Islam-an untuk menghasilkan uang dan fulus, seperti yang kita temui dari orang-orang yang mengaku-ngaku sebagai ustadz dan kiyai di saman yang serba modern ini.
Akhirnya setelah dua bulan lebih jadi santri walau tanpa mondok di Pesantren Hidayatullah Sorowako, meskipun ilmu yang saya dapat belum seberapa, namun saya harus kembali ke Kota Makassar, memenuhi panggilan keluarga, demi mencari sesuap nasi dan sepiring berlian. Kini saya benar-benar putus kontak dengan ustadz Sumadiono dan sahabat-sahabat Ustadz lainya yang ada di Pesantren Hidayatullah,. Waktu itu belum ada handphone dan smartphone seperti saat ini, jadi begitu saya kembali ke Makassar, maka hilanglah, tak tahu di mana kabar beritanya Ustadz Sumadiono hingga saat ini, menjadikan ini semua sebagai Sebait Kenangan Tak Terlupakan di Pesantren Hidayatullah Sorowako.
Meskpun demikian, ilmu dan pengetahuan mengenai ke-Islam-an yang saya peroleh dari beliau, semoga menjadi amalan yang bisa saya amalkan dalam aktifitas keseharianku, dan semoga menjadi amal ibadah bagi beliau yang telah mengajarkan dan menurunkan ilmu dan pengetahuan tersebut kepada diriku. Satu lagi yang pasti, bahwa kehadiran pesantren memiliki peranan besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sebab tanpa peran nyata dari pesantren, maka wajah mayoritas umat Islam Indonesia bisa jadi akan sangat berbeda, tidak tawasuth dan tasamuh, toleran seperti saat ini.
Tabe salama ki'
Keep Happy Blogging Always, mari ki' di', salam :-)
Tabe salama ki'
Keep Happy Blogging Always, mari ki' di', salam :-)
52 comments:
Setiap hari menempuh jarak 32 km untuk bisa belajar di Pesantren Hidayatullah, Sorowako? Wow... salut utk semangatnya pak... :)
kenangan yg tak terlupakan ya kang,bagian dari perjalanan hidup yg harus di lalui
kenangan yang indah sekaligus mendapatkan ilmu yang sangat berharga yaa mas, beruntung sekali mas Hari ini mempunyai sweet memory dengan para Ulama
:)
Mempertebal Iman itu yang penting :)
Salut banget mendengar cerita seorang pendakwah yang berdakwah di jalan Allah dan karena Allah.. Bukan untuk mencari uang atau menuai sensasi layaknya ustadz di zaman sekarang..
Semoga makin banyak pendakwah yang mengikuti jejak beliau ya, Bang. Terkadang rindu denger ceramah yang bener-bener dari hati, tanpa selalu menggurui..
kenangan dari pesantren bisa juga jadi ilmu yang bermanfaat di masa depan. hehe
salut untuk semangatnya pak hariyanto...
semoga saya juga bisa mencontoh dan banyak berkaca darinya
Aku juga pernah pondok di pesantren selama dua tahun.Salut untuk ustadz Sumadiono.
Tinggal dan belajar di pondok pesantren selalu dapat ketenangan yang sulit untuk di gambar kan
smg Allah selalu menjaga ust. Sumandiono.., aamiin3x...
Subhanallah kisahnya, afwan nama ustadny yang benere Sumadiono ato Sumandiono ato Sumardiono? Kalo yg sy pernah ktemu ust. Sumardiono....
saya yakin tiap langkah yang ustadz tempuh dinilai ibadah oleh Alloh Swt. Aamiin :)
Kenangan masa lalu terkadang tak mudah di lupakan yah Mas Hari
Setelah saya baca semua artikel Mas Hariyanto ini, saya sangat
Terkesan, banyak moment yang menarik dan indah di cerita tentang
Pesantren yang Mas Hari posting ini. terima kasih atas kisah nya Mas :)
Duh maaf yah Mas jika penyampaian komentar saya kurang pas
Dengan topik artikel yang Mas Hari publish ini, salam silaturrahmi :)
saya juga pengen ... memiliki kenangan di pesantren :D
punya basic pesantren juga bang, luar biasa meski sedang mencari sepiring berlian bisa sambil nyantri :)
ustadznya nampak sederhana ya...dan bisa jadi panutan
beda banget yg hanya ngejar fuluz...dan gaya hidup mewah
jarak jauh ( 32 km ) bukan masalah yah Mas yang tepenting dapet ilmu untuk menunjang kehidupan dimasa yang akan datang,,,
salam kunjung balas...berpengalaman berpsantren juga ya...tahniah banyak ilmu agama di dada...
kenangan yang berharga walaupun hanya sebentar
kadersasi remaja islami yg boleh mulai dibanggakan,,, walau 4 juta itu jumplahnya masih relatif minim dari jumplah penduduk kita yg mayoritas muslin
kunjungan malam mas....
Wah.. Sudah ikutan juga ya pak..
Saya baru besok mau publish..
Salam..
Kunjungan perdana
Subhanallah...jarak segitu ditempuh setiap hari, jk bkn niat yg kuat pastilah tdk pasti sanggup... sukses GA-nya Om ( panggil Om sj ya....spt sy memanggil semua tmn2 suami sy...hehe)
Wah salam buat sobat semua di Makasar... Iya yang benar ust. Sumadiono saya yang salah bukan Sumardiono. Maklum sekedar dengar tanpa kroscek langsung ke beliau. Saya beberapa kali ketemu kalo tidak salah ingat pernah ketemu beliau di Surabaya, Cipinang, Depok dan terakhir di Batam.
Islam itu indah ya ... hanya saja seringkali umatnya yang berlebihan ... suka sama tulisannya yang menginspirasi islam yang indah
Pak ustad jangan sampai patah semangat walau cuma 1 makmum pendengar harus tetap semangat. Dan ternyata dsana byk juga ya ponpes..
wahh jumlah pesantren di indonesia ternyata banyak banget ya Mas.
empat juta santrinya pula. wahh, ini aset banget buat bangsa ini. kebayang kalo 4 juta ini bisa menghanifkan kaum2 yang perlu diberi suntikan agama, bakalan efektif banget ya Mas
kenangan jangan di hilangkan, itu semua udah menjadi bagian cerita kehidupan kita. semoga ilmu yang di dapat akan bisa di amalkan untuk masyarakat.
saya malah belum pernah ikut pondok pesantren...
jadi ingnat say apunya teman di sorowako, tapi sudahkehilangan jejaknya pak saat ini
pesantren,,,disinilah tempat mencari ilmu yg lengkap,,selain ilmu dunia kita juga mendapat ilmu akhirat,,,benar nggak Om???
moga salah deh.. kadang dari pihak orang tua yg beranggapan untuk memasukan anak2 nya..ke pesantren..cuma di jadiin buat pelarian..
hampir semua pesantren sama ya mas, disamping memperlajari berbagai ilmu, juga bisa belajar mandiri...keep spirit dan happy blogging mas...
Salam Takzim
dari namanya saya pikir pondok pesantren ini ada di tanah Jawa eh ternyata ada di tanah celebes tho, sukses daeng dengan GA nya
Salam Takzmi Batavusqu
pengalaman di pesantren lumayan berkesan juga mas, karena disana kita mendapatkan ilmu keagamaan yang lebih kental.
Asalamualaikum
Mendapat ilmu banyak kala berkunjung ke pesantren Hidayatulah
Jadi pingin kesana pak
Tapi kabarnya hidup di pesantren itu asyik loh mas. Tiada waktu untuk kita menjauh dari ALLAH setiap waktu selalu mendekatkan diri kepada sang pencipta.
Dan yang lucu,makan di pesantren itu lebih enak rasanya walaupun lauknya alakadarnya. Hehehe
selama ilmunya diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dalam mencari sepiring berlian, kenangan belajar nyantri walau tidak mondok takkan pernah terlupakan.
sukses di GA-nya.
hadir kembali
meskipun jauh namun tetap semangat ya mas,demi ilmu yang bisa membuat kehidupan kita bisa lebih bermanfaat lagi kelak....
Sahabat yang pernah dekat dengan kita walaupun jauh
Tapi tetap ingat dan moment saat kebersamaanya sangat
Jadi kenangan bersejarah ya Mas Hariyanto
Terkadang jarak tempuh yang sangat jauh bukan halangan untuk
Tetap menuntut Ilmu yah Mas Hariyanto, subbhanallah sebuah perjuangan
Yang bisa jadi kenangan sejarah dan bisa di ceritakan pada anak cucu kelak yah Mas
demi menuntut ilmu, 38km pun ditempuh setiap hari. Wah, salut saya :)
Walau tidak mondok, kenangan belajar di pesantren pasti luar biasa. Salut dengan semangatnya :)
kenangan di pesantren meskipun cuma 2 bulan pasti akan ingat terus selamanya ya mas, dan tentunya akan senantiasa mengingatkan keimanan kita sampai kapanpun :)
kenapa tidak ikut mondok sekalian bang
sehari dua hari juga tak apalah
Sistem pendidikan di pesantren (mungkin juga di madrasah) akan menjadi pilihan bagi orang tua untuk pendidikan anaknya, mas Hary... Ini sangat berbeda dengan pendidikan umum yang lebih mengutamakan nilai akademis...So, menarik sekali membaca pengalaman mas Hary selama di Pesantren Hidayatullah ini...Salam...
artikel yang menarik, rame banget sobat blogger yang nongol salam blogwalking , ditunggu kunjungan baliknya .. :)
Assalamu 'Alaikum Bapak Hariyanto, kami dari redaksi website PP Hidayatullah turut senang dan bangga membaca ulasan dari pengalaman Bapak bersama lembaga dakwah Pesantren Hidayatullah. Kami sampaikan bahwa Ustadz Sumadiono yang Bapak maksud, Alhamdulillah, sampai hari ini masih sehat walafiat. Beliau saat ini tinggal dan mengabdi di Ponpes Hidayatullah Makassar, Tamalanrea. Berita berita ormas dan Pesantren Hidayatullah juga dapat diikuti di website resmi kami di www.hidayatullah.or.id.
Demikian dari kami, semoga Bapak Hari dan keluarga senantiasa dalam keadaan sehat walafiat dan senantiasa dalam keridhaaan Allah Subhanahu Wata'ala. Kami dari dari keluarga besar Hidayatullah menyampaikan salam takzim.
Terima kasih telah berpartisipasi dalam Trilogi Giveaway "Action for Pesantren".
Salam damai dari Bandung, :)
Wah saya dulu santri hidayatullah juga pak.
tapi di batam. sejak smp sampai sma.
kenangan indah memang tak mudah dilupakan, apalagi kenangan saat menimba ilmu dipondok pesantren, tentu lika likunya lebih indah dari kenangan dimanapun...betul tidaak?
New comments are not allowed.