Lelaki itu mengayuh penuh semangat sepeda-nya dengan kakinya yang beralaskan sandal karet, melaju dari masjid Al Markaz Al Islami, menelusuri lorong-lorong sempit kota Makassar yang padat dengan hunian penduduk. Sebuah tas hitam lusuh terbuat dari kanvas, tersampir dibahunya, berayun-ayun seirama kecepatan sepeda.
Kopiah warna hitam menghiasi kepalanya, dan wajahnya riang berhias senyuman di bibirnya menikmati perjalanannya, tak dihiraukannya peluh yang mengalir di sekujur tubuhnya, membasahi baju koko berwarna putih yang dikenakannya saat itu, yang penting tujuannya bisa tercapai, dimana ia akan menebar dakwah dan menegakkan syiar Islam di bulan suci Ramadhan.
Lelaki pengendara sepeda itu bernama Ahmad Sudirman, ia telah melakukan rutinitas ini sejak tahun 90-an lalu. Saya memanggilnya dengan sebutan Ustadz Sudirman, usianya sekitar empat puluh tahunan lebih, perawakannya tinggi, tidak kurus dan tidak gemuk, kulitnya putih, hidung mancung. dan sangat murah senyum.
Keseharianya dipenuhi dengan jadwal yang teramat padat, dari subuh hingga subuh keesokan harinya. Semua kegiatanya terkait dengan dakwah dan syiar Islam. Selain menjadi protokol di Masjid Al Markaz Al Islami, siapa saja yang berkenan mengundangnya, maka beliau akan menyempatkan diri untuk datang memenuhi undangan tersebut, meskipun jadwalnya sudah cukup padat. Namun baginya bukanlah masalah. Beliau berusaha meluangkan waktu, di dalam atau di luar kota, yang penting ia bisa menolong umat dan menyebarkan dakwah serta syiar Islam.
Dari sekian banyak kegiatannya, yang pernah saya ikuti dua bulan terakhir ini, diantaranya adalah, melaksanakan syiar dan dakwah Islam di Pulau Lakkang, lalu ceramah akbar untuk masyarakat binaan di Rumah Tahanan Negara Gunung Sari, setiap pekan mengunjungi beberapa panti asuhan binaannya, dan menghadiri beberapa majelis taklim binaannya.
Ceramah Akbar di Rumah Tahanan Negara - Gunung Sari Kota Makassar
Saya dan Ustadz Sudirman dalam perjalanan ke Pulau Lakkang untuk melakukan dakwah dan syiar Islam
Namun ternyata bukan hanya itu, setiap Jumat, beliau membawakan khotbah Jum’at, keliling dari masjid ke masjid, dari pulau ke pulau sekitaran kota Makassar, hingga lintas kota, kabupaten dan provinsi. Terkadang apabila ada kapal milik pelni yang berlabuh di pelabuhan Sukarno-Hatta kota Makassar, beliau naik ke kapal tersebut untuk ber-tausiyah, mengikuti kemana kapal berlayar hingga ke propinsi Papua, lalu balik lagi ke kota Makassar.
Ada seraut kenangan, saat kami berdua, tengah malam, berboncengan, mengendarai sepeda motor menuju Kabupaten Maros agar bisa melakukan proses ajar mengajar di Pondok Pesantren Mambaululum Kabupaten Maros sesudah sholat subuh. Udara dingin yang menusuk, membuat saya merapatkan jaketku, mencoba menepis dinginnya malam. Namun rupanya, ustadz Sudirman yang kubonceng, tidak memiliki jaket, sehingga ia menggunakan sarung untuk menghangatkan dirinya dari terpaan dinginnya udara malam.
Akibatnya, sepanjang perjalanan, orang-orang melihatnya dengan tatapan aneh dan geli, melihat kain sarung berkibar, mirip jubah terbang superman. Meskipun kedinginan, namun beliau tidak mengeluh, hingga akhirnya kejadian itu baru saya ketahui, setelah kami tiba di ponpes Mambaululum Kabupaten Maros.
Aktifitas lain beliau adalah sebagai direktur lembaga kursus bahasa asing di Masjid Al Markaz Al Islami . Semua bahasa asing yang diajarkan di lembaga tersebut dikuasainya. Bukan hanya satu, atau dua bahasa asing, melainkan sembilan bahasa asing yang dikuasainya. Yaitu, bahasa Inggris, Arab, Jepang, Jerman, China, Perancis, Belanda, Korea dan Spanyol.
Kemampuan menguasai bahasa asing itu tidak membuatnya jadi sombong dan takabur, malahan beliau semakin rendah hati, bahkan semakin gencar mengajak orang-orang yang ingin belajar bahasa asing, dengan biaya berdasarkan dari sedekah, infak dan ke-sukarelaan belaka. Entah sudah berapa banyak lulusan lembaga bahasa asing yang dibinanya, terakhir saya melihatnya menandatangani surat pengantar untuk alumninya, yang dipanggil untuk bekerja di Batam.
Meskipun beliau tidak memiliki motor ataupun mobil, namun semangatnya berdakwah menyebarkan syiar Islam sungguh luarbiasa. Apabila tak ada yang memboncengnya, maka kemana-mana beliau menggunakan kereta angin alias sepeda. Namun tak jarang ia juga hanya berjalan kaki, demi memenuhi undangan syiar dan dakwah Islamiah.
Pada suatu waktu beliau berjalan kaki dari Masjid Al Markaz Al Islami menuju Benteng Fort Rotterdam Makassar, untuk membawakah khotbah Jum’at. Saat itu kota Makassar sedang terik-teriknya mentari menyinari bumi, dan jarak yang ditempuh tergolong jarak yang lumayan melelahkan bagi pejalan kaki, namun ia melakukannya dengan kesungguhan hati, ikhlas semata hanya karena ALLAH SWT dan sambil tetap menebar senyum kepada dunia.
Sebagai seorang muslim yang taat, beliau selalu berusaha untuk melaksanakan sholat lima waktu tepat pada waktunya. Suatu ketika, saya bersama beliau sedang mengikuti acara yang diselenggarakan oleh salah organisasi Islam, kala waktu sudah menjelang waktu dhuhur, belum ada tanda-tanda acara tersebut akan break atau berhenti. Akhirnya beliau mengajak saya untuk keluar mencari masjid terdekat, guna mendirikan sholat dhuhur yang sudah masuk waktu.
Selain itu, beliau senantiasa mendirikan sholat-sholat sunnah, seperti sholat tahajud dan sholat dhuha. Dan beliau selalu berusaha dalam keadaan terjaga wudhu-nya, apabila wudhu-nya batal, maka beliau pasti akan segera ber-wudhu lagi, baik itu dalam keadaan hendak mendirikan sholat atau ketika tidak melakukan sholat. Dan selalu menjaga wudhu inilah, yang sering ia lontarkan di majelis-majelis taklim, agar senantiasa diamalkan.
Sepertinya tak ada kata lelah dan capek dalam aktifitasnya menyebarkan dakwah dan syiar Islam. Sebab beliau selalu menjaga kondisi fisiknya dengan berolahraga futsal sekali dalam sepekan. Katanya, fisik haruslah tetap fit dan seimbang dengan jiwa. Paling penting, bahwa semua dilakukan ikhlas Lillahi Ta'ala, maka insya ALLAH tak kan ada kata capek dan lelah, melainkan rasa bahagialah senantiasa hadir saat menyebarkan dakwah dan syiar Islam.
Menurut pandangan saya, selama mengenal beliau, profil ustads Sudirman adalah sosok manusia sederhana nan memukau. Beliau tak pernah menetapkan tarif atau honor bila diundang. Berapapun jumlah honor, diberikan atau tidak diberikan sama sekali, beliau tetap bersyukur, dan tetap menjalankan tugasnya secara profesional. Karena baginya, bukanlah bayaran dunia tujuan utamanya, melainkan bayaran di akhirat-lah yang menjadi impiannya.
Honor yang diterima itu, kelak dihabiskannya untuk beribadah di jalan ALLAH , seperti saat kami sedang wara-wiri berkendara, kemudian melihat ada penggemis, maka beliau langsung memberikan sedekah kepada penggemis tersebut, itu berlaku bagi setiap penggemis dan fakir miskin yang dilihatnya.
Beruntung sekali saya bisa mengenal sosok ustadz Sudirman, bagiku beliau adalah guru. Darinya saya bisa belajar mengenai banyak hal, terutama dalam menegakkan syiar dan dakwah Islamiah. Juga belajar mengenai kesederhanaan, keikhlasan, serta beragam makna kehidupan, yang tujuannya hanya satu, berusaha lebih mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, dan berusaha menjadi yang terbaik dalam pandangan ALLAH SWT.
Semoga ALLAH SWT senantiasa melimpahkan rahmat, ridho dan lindungan-NYA serta kasih sayang-NYA untuk-mu wahai ustadz Sudirman, mewangilah hingga ke surga-NYA.
Tabe, salama' ki'
Keep Happy Blogging Always, Mari ki' di' :-)
51 comments:
Kisahnya inspiratif sekali...
Super sekali
Subhanallah.. Kisah tentang hidupnya sangat hebat sekali, dan slalu berskyukur :)
Kisah inspiratif, semoga bisa menjadikan sebuah contoh dan nasehat kebaikan untuk kita semua.
Salam
Subhanallah,,makasih atas cerita inspiratifnya,,semoga kita menjadi manusia yg selalu bersyukur,,
amiinnnn...
semoga ini tak sekedar menjadi bacaan atau tontonan semata ya om, semoga juga bisa jadi tuntunan buat kita semua . :)
Jujur saya samapai terenyuh membaca kisah hisah hidup seorang ustad ini mas.
subhanallah...jaman seperti sekarang ini sosok seperti Ustad sangatlah sudah langka...semoga mewangi hingga kesurga untuk pak ustad dan semoga setelah baca tulisan ini saya jadi lebih mendingan dari sebelumnya...do'ain saya ya bang...aaamiiin
jarang ada manusia sesederhana seperti ustads Sudirman, sepertinya kegiatan dakwah dijalani dengan kesungguhan hati yang ikhlas :)
Wah subhanaullah :) inspiratif sekali kisahnya :D
Subhanallah... patut dijadikan pelajaran hidup itu mas :)
wah ada permainan futsal juga
kegemaranku bang
wow! menguasai sembilan bahasa asing.. wuih ga kebayang gmn cara mempelajarinya.. keren bgt!
Subhanallah. semoga bisa jadi teladan bagi kita semua
Subhanallah, semoga cerita ini bisa menginsfirasi kita semua.
Amiin.
Ustadz Sudirman termasuk manusia langka ya Bang. Sekarang sudah jarang ditemui orang yang ikhlas, istiqomah, gigih, dan sederhana seperti Beliau.
alhamdulillah banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini
salam takdim buat beliu para ustad teman pak har ya. syukron
Penuh hkmah,
salam juga dari Makassar (aku di Makassar juga)
Mampir ke rumah Kata(K)ku juga ya :)
http://nahlatulazhar-penuliscinta.blogspot.com/2014/07/berbagi-dengan-ilmu.html
Aamiin
mengesankan, nampak orangnya sederhana dan penuh keikhlasan mengabdi untuk agama, selayaknya menjadi panutan ustad pada umumnya dlm hal gaya hidup terutama
Subhanallah. Alhamdulillah saya mendapatkan pelajaran yang berharga dari sobat.
kayak nya semangat amat yaa gan :)
dengan membaca sekilas kisah hidupnya, saya belajar banyak hal :)
Banyak hikmah dalam tulisanya mas... semoga kita menjadi hamba-Nya yang pandai bersyukur, ikhlas dan mewaris kesederhaan yang dicontohkan ustadz Sudirman...
Salam,
aminn
acaranya sendiri di mulai dari pagi ya bang
Orang Inilah yang wajib kita panggil ustad. Bukan ustad-ustad yang di TV itu ya Bang?
Oh ya Bang, Ustad Sudirman ini punya blog gak yah?
Salam...
Luar biasa ya pak, semoga mendapat berkah dari Allah swt. Amiiin
melalui tubuh yang sehat syiar agama bisa lancar dan terus berjalan ya pak
luar biasa saya suka sekali dengan ustadz yang begini, semoga semakin banyak orang2 sepeti beliau...... gak seperti ustadz2 di tipi yang lebih banyak gayanya
subhanallah, sosok yang kumplit kepribadiannya, patutu menjadi tauladan buat kita semua, semoga sesuai dengan judul artikel ini, 'wanginya hingga ke surga'
Subhanallah kisah yang sangat menginspirasi...saya suka kalimat terakhirnya pak saya suka sekali....makasih pak sdh mampir blog saya..pas mampir ke sni dapat ilmu yang sangat luas...diingatain biar ingat Allah lagi saya suka bagian ini pak...Beliau tak pernah menetapkan tarif atau honor bila diundang. Berapapun jumlah honor, diberikan atau tidak diberikan sama sekali, beliau tetap bersyukur, dan tetap menjalankan tugasnya secara profesional. Karena baginya, bukanlah bayaran dunia tujuan utamanya, melainkan bayaran di akhirat-lah yang menjadi impiannya.
Original Link from : http://hariyantowijoyo.blogspot.com/2014/07/mewangilah-hingga-ke-surganya.html#ixzz37h8smVu7
Terimakasih, karena anda tidak menghapus sumber dan link asli artikel ini.
sosok pak Ustadz Sudorman, sepertinya menjiwai pula jiwa perjuangan Jenderal Sudirman ya Bang. Berdakwah tanpa pamrih dan jauh dari orientasi finansial. Sosok ustadz yang perlu ditauladani dan semoga lebih banyak lagi ustadz seperti beliau di masa-masa mendatang. Aamin
Izin menyimak aja mas, semoga infonya bermanfaat amiiin...
Inspiratif sekali sosok ini... terus semangat menyebar syi'ar di bumi Allah... :)
mampir kesini lagi sambil bawain bingkisan ubi cilembu hangat buat buka puasa
mampir kesini lagi sambil bawain bingkisan ubi cilembu hangat buat buka puasa
Subhanallah.. Sungguh mulia hatinya ya mas.. Mungkin untuk jaman sekarang rada susah cari ustad yang tak pasang tarif mas.. Apalagi ustad ustad yang sudah ngetop bagai artis. Hehehe
sungguh sebuah sikap mulia yang patut di contoh Pak,
tidak ada yang tak berpamrih di dunia ini sekarang, ustadz diatas pengecualiannya.
dengan kemampuan menguasai 9 bahasa, beliau mempunyai kesempatan 'meanklukkan' dunia, salut dengan pilihannya.
Subhanallah... Ustad Sudirman keren banget ya..
Semangatnya untuk bersyiar dan berdakwah tak kenal apapun. Tujuannya mulia banget. Semoga tetesan keringat hasil mengayuh untuk berdakwah dapat tercium sampai ke surga. Amin...
Subhanallah, Kisah ini sangat menginspirasi sekali. Banyak hal yang dapat kita pelajari....
subhanallah, jadi khotib antar pulau,, hebat :)
mulia sekali ustad itu, kita seharusnya mencontohnya
wow... *speechles*
subhanallah..
Allah menjaga agama Islam tetap ada salah satunya bisa jadi lewat orang orang macam pak ustadz tsb..
Luar biasa... :D mudah-mudahan mendapat berkah daei Allah kak...
salam Ramadhan buat saudara :D
seandainya semua orang peunya kesadaran yang sama. saya pikir indonesia selalu damai dan nyaman ya pak.
barakallah
Semangat yg luar biasa dari seorang ustad ya pak.. semoga beliau diberkahi hidupnya selalu oleh Allah SWT..
Aamiin..
siip mas,, nice artikel...
salam kenal...
ditunggu kunjungan baliknya ya.. :D
salam ramadhan untuk semua
Masya Allah ... 9 bahasa asing?
Mudah2an beliau beroleh berkah seumur hidupnya. Sosok yang sungguh menginspirasi
Selamat pak, tulisannya keren. Pantes jadi pemenang ^^
New comments are not allowed.