MUDIK

mudik

Ada yang mengatakan bahwa kata Mudik berasal dari bahasa Jawa Ngoko, yakni Mulih Dilik, yang artinya pulang sebentar. Dimana kata mulih dilih ini disingkat menjadi kata Mudik. Lalu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi online, Kata mudik berasal dari kata Udik, yang berarti desa, dusun atau kampung , sedangkan kata Mudik berarti : Pulang Ke kampung Halaman, sementara kata Pemudik berarti : orang yang pulang ke kampung halaman.

Di negara Indonesia, aktifitas mudik identik dengan tradisi tahunan menjelang hari raya Lebaran. Aktifitas ramai dilakukan oleh para orang-orang yang pergi jauh meninggalkan desa, dusun dan kampung halamannya untuk mencari penghidupan, mereka mudik agar bisa kembali berkumpul bersama keluarga di kampung halaman.

Aktifitas mudik dilakukan, karena pada dasarnya, dalam diri manusia ada suatu perasaan emosional yang sangat kuat akan ikatan batin kerinduan asal usul keberadaan mereka. Dengan melakukan aktifitas mudik, mereka diingatkan untuk kembali ke akar kehidupanya. Kembali ke tempat dari mana mereka berasal. Menjadikan mudik sebagai momen pertemuan dengan sanak keluarga, memperkuat silaturahmi dan silaturahim dengan sesama kerabat yang sudah berpisah karena kesibukan maasing-masing dan tempat yang berjauhan.

Bagi orang-orang yang jelas asal-usulnya, jelas kampung halamannya, maka mudik bisa menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan dan membahagiakan. Mereka akan dengan mudanya menemukan arah dan tujuan untuk bisa kembali ke kampung halamannya. Namun bagi orang-orang yang asal usulnya tidak jelas, kampung halamannya entah di mana, maka mudik menjadi kegiatan yang sungguh sangat tidak menyenangkan, bahkan bisa jadi mereka akan terjebak terperangkap di jalan yang sesat saat mencari keberadaan kampung halamannya.

Mudik di dunia fana ini bisa menjadi pengingat bagi diri kita, bahwa suatu saat manusia juga akan melakukan aktifitas mudik, kembali ke kampung halamannya yang sejati, untuk menemui yang menciptakan-nya. Jangan sampai kita melupakan jati diri kita sebenarnya, sehingga kita mengabaikan akan keberadaan Sang Maha Pemberi Kehidupan.

Secara essensial, makna mudik ini juga bisa diartikan, bahwa dalam diri manusia ada nurani dan pikiran yang berfungsi sebagai antena, yang senantiasa menangkap sinyal pancaran gelombang frkuensi yang senantiasa mengingatkan dan memanggil manusia, untuk kembali ke suatu tempat, di mana manusia berasal, sebelum manusia terlahir di dunia. Panggilan kerinduan dari Pencipta-nya, yang ingin melepas rindu bersama ciptaan-NYA.

Apakah manusia akan menemukan jalan yang terang benderang ataukah terperangkap dalam kesesatan saat memenuhi panggilan Pencipta-nya, semua jawaban itu tergantung pada segala sesuatu yang dilakukan dalam kehidupan di dunia ini, dan itu akan menentukan bagaimana kelak manusia akan melakukan aktifitas mudiknya. Karena manusia sejatinya biar bagaimanapun akan kembali kepada Sang Khaliq Yang Maha Pencipta, dan itu adalah seuatu hal yang pasti, yang waktunya tak dapat ditunda dan tak dapat dipercepat.

Manusia di bumi ini telah diberikan petunjuk dan tuntunan oleh Yang Maha Kuasa melalui utusan-NYA, nabiullah Muhammad SAW, yang mewariskan untuk seluruh umat manusia kitab suci Al-Quran dan Al Haditz. Dengan kedua kitab warisan Rasulullah SAW itu diharapkan manusia bisa mempelajari, mengerti dan memahami apa yang tercantum di dalamnya, agar manusia bisa menemukan petunjuk dan arah tujuan serta jalan yang terang benderang, agar bisa MUDIK, kembali pulang ke kampung halaman, pulang menemui Sang Khaliq untuk melepaskan kerinduan dalam pelukan Sang Maha Pencipta di dalam taman-taman surgawi-NYA.

Namun apabila ternyata manusia mengabaikan kedua kita warisan Rasulullah SAW tersebut, tidak membacanya bahkan tidak menyentuhnya sama sekali. Membiarkannya teronggok tertutupi oleh debu, digerogoti oleh rayap hingga melapuk, maka manusia tidak akan pernah menemukan petunjuk dan arah tujuan untuk mudik kembali ke kampung halaman agar bisa menemui Sang Khaliq. Boleh jadi mereka akan nyasar ke jalan yang gelap gulita penuh kesesatan, hingga terdampar di suatu tempat yang sungguh sangat tidak menyenangkan, karena tempat itu bukanlah surga, sebagaimana yang menjadi harapan semua orang, melainkan neraka jahanam yang panas membara.

Oleh karena-nya, sebagaimana aktifitas mudik lebaran yang sudah sahabat-sahibit blogger se-dunia persiapkan sebaik-baiknya sejak jauh hari, agar bisa tiba dengan selamat di kampung halaman, bisa bersilaturahmi melepas kerinduan dengan seluruh kerabat dalam perasaan bahagia dan menyenangkan. Maka demikian juga adanya bila sahabat-sahibit blogger sedunia hendak mudik ke kampung halaman bila saatnya tiba, memenuhi panggilan Sang Khaliq, melepas kerinduan, berjumpa dengan pemberi kehidupan, Sang Maha Pencipta,.

Tentunya segala persiapan mudik sudah harus dilakukan sebaik mungkin sejak jauh hari sebelumnya. Mematuhi segala petunjuk-NYA dan menjauhi segala larangan-NYA, serta senantiasa mengikuti tuntunan dari kedua kitab warisan Rasulullah SAW, agar kita bisa mengetahui secara jelas dan pasti, darimana sebenarmya asal usul keberadaan kita. Dan bila kita sudah mengetahui serta mengakui bahwa kita adalah ciptaan-NYA, kita adalah hamba-NYA dan ALLAH SWT adalah TUHAN kita, maka kelak kita bisa larut dalam kebahagiaan yang hakiki saat rebah dalam pelukan Sang Khaliq .>HW<

Tabe salama’ ki’
Keep Happy Blogging Always, mari ki’ di’ :-)

33 comments:

Yulia said...

Wah kebetulan saya ga mudik om Har.. rumahnya deketan sama ortu, tapi tetep suka kejebak macet juga :D

wongcrewchild said...

semoga yang sedang mudik diberikan kelancaran diperjalanan, aamiin
Bang Har nggak mudik? :)
salam

Staff Administrator said...

Rencananya sy juga mudik hari kedua lebaran bang :)

21inchs said...


itu namanya mudik yg hakiki ya pak, mudik kepada Sang pencipta
dan kita harus terus menerus mempersiapkan diri utk mudik yg hakiki ini

Apk Baru said...

jadi pengen musik saya,,,
tapi kayaknya situasi tidak memungkinkan... huf

Psychosocial said...

bagus sekali filosofinya tentang mudik pak. salam kenal, ditunggu kunjungannya ke rumah saya ya :)

Asep Haryono said...

Saya sudah mudik kira kira 1 bulan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Saat ayah saya meninggal dunia, saya langsung pulang kampung halaman untuk menghadiri pemakaman ayah anda. Sekalian juga mudik dan bersilaturahmi dengan sanak keluarga di bekasi. Semoga yang MUDIK pada tahun ini agar berhati hati di jalan. Jangan mudah terpancing ajakan orang yg tidak dikenal. Waspada terhadap copet copet di jalanan, dan HIPNOTIS

Lidya Fitrian said...

selamat mudik buat yang mudik :) say ajuga mudik pak

reni judhanto said...

Mudik itu menyenangkan... salah satu yang membuat semangat mudik (walau harus bertemu kemacetan parah, biaya besar dll) adalah harapan untuk bisa bertemu orang tua dan keluarga besar.
Ikatan kekerabatan di Indonesia yang sangat kental membuat mudik selalu dinantikan :)

Astri Damayanti said...

Saya mudiknya pas gak lebaran aja ... cari yang nyaman dan aman :D

tantiamelia.com said...

Waaah, makasih penjelasannya ya mas! Semoga mudik disikapi dengan lebih "jelas" untuk kita semua

Ayam Ketawa said...

Kali ini aku tidak perlu ribet mudik, Alhamdulillah ketempatan halal-bihalal keluarga! Yang mudik hati-hati yaa, semoga semuanya selamat sampai tujuan dan balik tak kurang apapun! Aamiin!

Nunu said...

Mudik menjadi kebiasaanku setiap bulan. Dekat soalnya hehehe

media2give said...

klo saya nggk pernah mudik mas,soalnya nggk jauh dari rumah :)
kunjungi balik ya..

Rawins said...

cenderung ke bahasa betawi udik
atau malah ikut bahasa dayak maanyan
mudi' yang artinya pulang...

Dewi Elsawati said...

belum pernah merasakan gimana sensasi mudik :D
soalnya saya kerja di dalam kota terus, paling sekalinya keluar kota cuma untuk traveling aja :)

Ciput Mardianto said...

mudik sebentar lagi, persiapkan segala sesuatunya agar aman diperjalanan

Adima bin Iman said...

dan aktifitas mudik itu benar-benar budaya khas Indonesia ya pak.

Anonymous said...

karena di dalam mudik itu sendiri pasti ada filosofinya ya pak, semoga yang sedang mudik diberi keselamatan...aamiin

Unknown said...

Saya sudah 3 tahun engga mudik mas!, sudah kmbali ke kampung halaman, ya... betul sekali mas Harryanto, mempersiapkan mudik ke kampung halaman yang abadi harus lebih siap dan lengkap sesuai dengan perintahNYA, inshaa Allah! ayo bebenah buat mudik abadi!

Mang Lembu said...

insting serta naluri sebagai manusia mahluk sosiallah yang menyebabkan tiap tahun ada budaya mudik...kesempatan untuk berkumpul dengan seluruh keluarga dan handai taulan serta temen masa kecil di kampung tempay kita dibesarkan...mudik yu

ysalma said...

Semoga kita tak tersesat saat waktunya mudik yang sebenarnya, sampai di 'rumah keabadian' dengan selamat dari perantauan dunia.
*tahun ini saya ga mudik*

My Daily Workout Progress said...

Selamat mudik, semoga sampai tujuan dengan selamat :)

momtraveler said...

tahun ini nggak bisa mudik, tiket ke Aceh mahaal bingiits.. sedih nih :(

ndop said...

Nek ndik Nganjuk gak ada istilah Dilik pak, adanya Sediluk = Sebentar. Beda tipis yaaa..

Aku gak mudik lebaran ini. Cuman nanti tanggal 2 ke tulungagung ada acara reuni keluarga besar..

Artikel Sobat said...

Selamat Hari Raya Idul Fitri ya pak :)
Mohon maaf lahir dan batin :)

Unknown said...

hehe. liat screenshot diaras aja udah ikutan puyeng ya pak,, ternyata makassar juga ga kalah serunya mengenai macet mudik lebaran

met menyambut idul fitri. happy blogging

Nurmayanti Zain said...

met idul fitri! taqabbalallahu minna wa minkum :D

Mang Lembu said...

kala kang har bersama keluarga sedang berada dikampung halaman, ijinkan saya mengucapkan Selamat hari Lebaran, mohon maaf lahir batin atas segala kesalahan dan cara berkomentar saya yang sering ngasal...maafin ya kang

ilham said...

baru tau mudik dari bahasa jawa haha
nicepost gan

Indra Kusuma Sejati said...

Ingat mudik berarti ingat keluarga ya Kang, namun bila di lihat dari penjabarannya di atas baru tahu saya arti dan asal kata mudk itu sendiri. he,, he, he,,

Salam

Unknown said...

jujur saya baru tahu asal kata mudik itu dari kata mulih dilik

Mugniar said...

kita' pulang ke mana, Pak? :)

Oya maaf lahir batin ya Pak, barangkali pernah tersalah kata