Kunjungan perdanaku ke Marabahan, ibukota Kabupaten Barito Kuala beberapa hari yang lalu, 07012015, meskipun waktunya teramat singkat, hanya sehari, namun begitu banyak keunikan dan keindahan yang bisa kulihat dan kunikmati dengan mengamatinya dari sudut pandang kacamata seorang traveler blogger.
Salah satunya, saya bisa bertemu pak Sardi, penjual kuliner khas Betawi “Kerak Telor”, yang ternyata bukan berasal dari masyarakat suku Betawi, juga tidak datang dari Kota Jakarta, melainkan berasal dari Kota Solo, Jawa Tengah. Artikel mengenai penjual kerak telor bernama Pak Sardi ini sudah saya posting sebelumnya, dan bisa dilihat serta dibaca di http://hariyantowijoyo.blogspot.com/2015/01/wow-ternyata-penjual-kerak-telor-bukan-dari-jakarta.html.
Selain itu, di Marabahan ini juga saya bisa melihat wahana hiburan rakyat yang cukup populer di masa lalu, yaitu Komidi Putar. Komidi Putar adalah sejenis wahana hiburan berupa atraksi dalam bentuk kuda-kudaan yang berputar dan bisa dinaiki. Komidi Putar yang berlokasi di Lapangan Lima Desember, Marabahan ini dihadirkan oleh kelompok komidi putar bernama Putra Borneo Jaya. Selain kuda-kudaan, ada juga wahana Kincir Angin atau Bianglala, Ombak Banyu, Helikopter, Mandi Bola dan Roda Gila.
Lokasi Arena Komidi Putar
Wahana Komidi Putar Kuda-kudaan
Wahana Komidi Putar - Helikopter
Wahana Ombak Banyu
Wahana Roda Gila
Saat ini komidi putar sejenis kepunyaan kelompok komidi putar Putra Borneo Jaya sudah jarang terlihat di kota-kota besar, karena sulit bersaing dengan komidi putar bertehnologi tinggi yang ada di taman bermain atau theme park ternama. Tehnologi yang dimiliki oleh komidi putar Putra Borneo Jaya memang masih sangat sederhana.
Untuk menggerakkan dan memutar komidi putar yang ada, mereka menggunakan mesin genset, dimana mesin itu akan menggerakkan roda-roda yang serupa dengan roda mobil pick-up. Roda-roda itulah yang kemudian membuat komidi putar bisa bergerak berputar. Selain itu, untuk wahana Bianglala, untuk menggerakkannya dibantu dengan rantai panjang. Ada juga yang masih menggunakan tenaga manual untuk menggerakkannya, berupa tenaga manusia, seperti wahana Ombak Banyu.
Salah Satu Teknologi Mesin Penggerak Yang Digunakan Wahana Komidi Putar
Sebenarnya saya sangat prihatin melihat kondisi dari peralatan yang dipakai sebagai wahana hiburan komidi putar tersebut., sepertinya kurang terawat dengan baik. Cat-nya sudah kusam, bahkan sudah ada yang mulai terkelupas sehingga menampakkan warna asli logam yang karatan.
Tenda-tendanya juga sudah mulai sobek, di sana sini, sehingga saya membayangkan, bila hujan datang, pastilah air hujan akan dengan mudah menerobos masuk. Bahkan terlihat sambungan las dan pemasangan skrup beserta bautnya sangat mengkuatirkan. Yang pasti faktor safety dan keamanannya juga sangatlah minim.
Meskipun demikian, komidi putar tetaplah ditunggu-tunggu kehadirannya oleh sebagian besar masyarakat kalangan menengah ke bawah. Itulah sebabnya, komidi putar lebih banyak memilih lapangan terbuka di sudut-sudut kota atau kabupaten, demi mendekatkan diri kepada masyarakat yang membutuhkannya. Biasanya komidi putar hadir bersamaan diadakannya pasar malam. Kalau yang sekarang, komidi putar diadakan bersamaan dengan pameran Batola Expo 2015.
Harga tiket yang murah merupakan salah satu daya tariknya, dengan membayar Rp.5.000,- maka pengunjung bisa menikmati satu wahana sekali main. Dengan begitu, bermodalkan lima ribu rupiah, orang tua bisa membuat anak-anak mereka menjadi gembiran dan senang menikmati wahana hiburan yang ada di komidi putar. Ini tentunya sangat jauh berbeda dengan taman hiburan semacam Trans Theme Park yang membuat sahabat-sahibit blogger se-dunia harus merogoh kocek lebih dalam untuk bisa menikmati wahana hiburan yang ada di dalamnya.
Akan tetapi, harga tiket sebesar lima ribur rupiah itu rupanya belum bisa meng-sejahterah-kan staff dan karyawan dari komidi putar. Mereka kerap kali berpindah lokasi demi meraup rezeki yang menurut prediksi mereka bisa lebih besar, meskipun kenyataannya prediksi itu sering meleset. Namun tak ada pilihan lain, mereka tetap menjalani nasib sebagai staff dan karyawan komidi putar, meskipun kehidupannya penuh resiko.
Kemanapun mereka berada dan berpindah tempat, di situ pulalah mereka menyambung hidup. Mereka membuat tenda-tenda kecil untuk tidur, kalau untuk kebutuhan mandi, cuci dan kakus, mereka memanfaatkan rumah penduduk, tentunya dengan membayar biaya sesuai dengan kesepakatan. Praktis,pendapatan mereka hanya cukup untuk makan sehari-hari, kalaupun ada hari di mana pengunjung ramai membludak, barulah bisa membeli kebutuhan sekunder lainnya.
Komidi Putar seperti yang dikelola oleh kelompok Komidi Putar “Putra Borneo Jaya” pernah mengalami masa-masa ke-emasan di sekitar tahun 70-an. Namun kini keberadaannya mulai semakin tersisihkan. Mereka-pun seolah-olah terperangkap dalam roda kehidupan yang terus berputar, sehingga menjadikan komidi putar hidup segan mati tak mau.
Secara perlahan mereka dari hari ke hari, mau tak mau, mereka harus terus bergerak , terdesak dan bergeser hingga ke sudut-sudut kota, bahkan harus masuk ke pelosok-pelosok kampung, agar bisa tetap survive, bertahan hidup dalam dunia yang konon kabarnya sangat kejam bagi siapa saja.
Langit senja sudah menghiasi langit jelang malam, seiring hadirnya hujan lebat beserta angin yang bertiup kencang, membuat tenda-tenda komidi putar beterbangan porak-poranda jadinya, terutama di wahana Roda Gila. Hal itu seketika menghentikan jari jemariku yang sedari tadi menekan tombol shutter kamera saku digitalku, karena saya harus seger a berlari mencari tempat berteduh jikalau tak ingin basah kuyup. Padahal saya belum sempat mencoba wahana-wahana tersebut, meskipun karcis-nya sudah kubeli.
Hujan tak mau juga berhenti, lampu-lampu di arena komidi putar mulai padam diamuk hujan dan angin. Dalam kegelapan malam, kulirik jam di layar handphoneku, adzan Maghrib sudah berkumandang menembus angkasa. Sudah waktunya sholat Maghrib, kemudian kembali ke Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Maybe next time, saya akan melanjutkan eksplorasi lagi mengenai komidi putar ini, semoga saja.
Tabe, salama’ ki’
Keep Happy Blogging Always, mari ki’ di’ :-)
17 comments:
di daerahku di Pamekasan sana masih ada Om kalo musim pasar malam, harganyapun minimal udah 5000 rupiah untuk tiap permainan, zamanku dulu masih 500 perak, kenaikan yg cukup signifikan ya :)
Dulu suka main kaya gini pak, tapi begitu tau ada yang jatuh dan meninggal dari ketinggian saya jadi ngeri :(
www.novawijaya.com
Terakhir naik komedi putar di alun2 batu, om. waktu ke Suroboyo Carnival gak naik, pas lagi ada perbaikan atau dicat. di Sumenep masih ada, tapi gak ada pasar malam, cuma pas ada pameran berlangsung saja. itupun juga hanya beberapa keranjang, om. kayaknya hampir seperti gambar di atas. seru kalau mengenang masa kecil masih sering naik gituan. sekarang jaraang.
Lama tak naik komidi putar... ah saya melewatkan pasar sekaten... disana ada komidi putar...
Di Depok kadang masih ada kok Pak.
Kalo pas ada pasar malam.
wah banyak sekali ya permainan komedi putarnya, tapi kalau saya gak mau naik ah takut mati gitu. hehee
Kalo di Balikpapan saya biasa naik yang wahana ombak Banyu
Di jogja setahun sekali ada sekaten, walo rame terus tapi emang kincir angin ditinggalkan alias sedikit peminat hanya anak kecil Om yang mau naik, mungkin butuh ide pemasaran yang baru dari wahana itu yahh
demi masa, kesenian yang menggunakan sarana manual dan tidak terlalu canggih sudah banyak ditinggalkan masyarakat sebagai sarana hiburan, tidak seperti jaman abang har masih muda dulu, komidiputar ini adalah sarana hiburan mewah yang jika ada, maka seluruh kampung akan berbondong-bondong menikmatinya.
komidi..oh komidi yang diputar...kemana engkau hendak dibawa
Iya Mas Har, di tempat Boku juga komidi putar selalu ada di setiap acara pasar malam, dugderan dan event-event seperti hari jadi di kota Boku. Tapi diharapkan untuk kenyamanan dan keselamatan pengunjung, sebaiknya perawatan komidi putar juga harus ditingkatkan, mengingat pernah ada kejadian komidi putar sampai roboh, atau tiba-tiba macet. Jadinya takut...
terakhir kali naik tuh sekitar 7 tahun yang lalu, naik bianglala ama gebetan hahhahaa...
saya pernah lihat malah yang menggerakan pekerja pak
Saya masih ingat tahun 90an komedi putar banyak diminati,.yang didesa2 hanya ada 1 tahun sekali lewat pasar malam.. :)
Jadi ingat waktumasa kecil yang sering menikmati mainan kemidi putar seperti ini di pasar malam. he,, he,he,,
Di Tangeran masih ada pasar malam keliling, termasuk komedi putar dan permainan lainnya
kaya nasib ya mas, berputar, kadang dibawah kadang diatas
di tasik juga masih ada wahana komedi putar dan wahana-wahana lainnya ketika ada pasar malam tpi sayang peminatnya kurang mas
New comments are not allowed.