Cangke Permainan Rakyat Yang Terlupakan


Brapa puluh tahun lalu, beta masih kacil ee, jiaaahhh kok saya malah bernyanyi. Sahabat-sahibit blogger se-dunia, saat saya masih belia usia sekolah dasar-lah, begitu banyak permainan rakyat yang sering kumainkan, baik sendirian, ataupun bermain secara kelompok bersama teman-teman sebaya di lorong tujuh belas, tempat ku berdomisili saat itu di Kota Makassar.

Namun saya secara pribadi lebih suka bermain secara berkelompok, sebab kalau bermain secara kelompok begitu banyak ke-seru-an yang terjadi,lebih banyak teman. Bahkan saya dan teman-teman sering beradu fisik saat bermain, akan tetapi begitu permainan usai, kami akrab kembali. Dan salah satu permainan rakyat yang jadi permainan kesukaanku, atau kata lain permainan favorit-ku bersama teman-teman adalah permainan “Cangke’”.

Mungkin saja ada diantara kalian yang tak pernah mendengar mengenai permainan ini, terutama yang hidup diluar Sulawesi Selatan. Apalagi anak-anak yang sudah kecanduan game online, tak bakalan tahu apa dan bagaimana itu yang namanya permainan Cangke. Perlu kalian ketahui, bahwa Cangke adalah salah satu permainan rakyat Sulawesi Selatan, yang dimainkan secara berkelompok.

Dalam permainan Cangke, kekompakan antara teman semakin terjaga setiap memainkannya. Sungguh berbeda dengan anak-anak zaman sekarang, yang lebih suka bermain game di gadget mereka, sehingga sifat individualis-me mereka semakin terpelihara, dan semakin jauh dari sikap-sikap bersosialisasi bersama teman atau kelompok masyarakat lainnya.

Permainan ini sungguh sangat aktratif sekali, pemainnya harus bisa memukul sebatang tongkat dengan berbagai macam cara, menangkis, serta menangkapnya. Bayangkan sebatang tongkat yang meluncur kencang akibat pukulan lawan harus ditangkap dengan tangan kosong, tanpa pelapis apapun. Maka wajah perih menahan sakit akan terlihat di muka pemain yang berhasil menangkap tongkat tersebut :-(

Saat memainkan permainan Cangke, para tetangga yang tidak ikut bermain akan menjadi penonton, dan masing-masing mendukung kelompok yang mereka unggulkan. Tua muda bersatu padu menonton permainan Cangke yang kami mainkan. Sungguh ramai suasana yang terbangun, riuh rendah teriakan dan suit-suitan serta ejek-ejekan kepada pemain yang kalah angka. Dan itulah yang membuat permainan menjadi lebih hidup.

Setelah bermain, maka tubuh kita akan terasa lebih fresh, karena mengeluarkan keringat yang begitu banyak, setelah berlarian dan melompat kesana-kemari demi menangkap sebatang tongkat yang terbang melayang.

Permainan Cangke memang harus dimainkan di tanah lapang yang cukup luas, dan oleh dua kelompok., dengan jumlah pemain minimal dua orang yang di bagi menjadi dua kelompok. Pada saat bermain, satu pihak akan menjadi kelompok pemukul dan pihak lain akan menjadi penangkap. Dulu di lorongku, masih ada satu tanah lapang yang sering digunakan sebagai arena permainan bulu tangkis, di situlah kami sering bermain Cangke.

Saya coba mengingat-ngingat lagi bagaimana cara bermain dan peralatan apa saja yang dibutuhkan saat bermain Cangke. Ini bukanlah hal yang mudah, meskipun permainan ini masih lekat terekam dalam memory-ku, namun itu beberapa puluh tahun yang lalu, dan sekarang mungkin sudah tidak ada lagi anak-anak yang memainkannya di kota Makassar. Oleh karena itu saya harus menggalinya secara perlahan-lahan, agar bisa kujadikan sebagai bahan postingan…dan kuyakin, kalau permainan Cangke itu super seru banget.

Oke penggalian memory-pun mulai berjalan sejak saat ini :-D

Peralatan yang dibutuhkan untuk memainkan Cangke adalah dua buah tongkat, pada zaman-ku, lebih sering menggunakan tongkat dari rotan kecil. Yang satu panjangnya sekitar enam puluh centimeter, tongkat ke dua berukuran sekitar lima belas centimeter. Tongkat pertama adalah induk tongkat yang berfungsi sebagai pemukul dan penghitung angka, sedangkan tongkat kedua adalah anak tongkat yang berfungsi sebagai obyek pukul dan lempar untuk mendapatkan angka.

Aturan mainnya sebenarnya mudah saja, yakni :
1. Mengundi dengan cara suit jari untuk menentukan kelompok mana yang lebih dahulu memulai permainan.
2. Pemain harus membuat lubang di tanah, untuk menempatkan anak tongkat.
3. Bagi yang kalah biasanya dapat hukuman menggendong dipungggung kelompok pemenang, yang dalam bahasa Makassarnya disebut “Denge”.

Memory-ku masih mengingat dengan baik beberapa orang nama tetangga-ku saat itu yang sering bermain Cangke bersamaku. Diantaranya adalah Ricky yang sekarang tinggal di Manado, Edy Kasjuri sekarang jadi pegawai PU, Hamzir sekarang jadi pengusaha salon mobil di Jakarta, Cholleng, Sofyan sekarang berada di Timor Leste, Budi sekarang pegawai Pertamina, Didi sekarang kerja di dinas perdagangan, Ishak Thalib sekarang di Palu, Aldy jadi dosen di UMI, Ruslan jadi pejabat di RSUD Wahidin Sudirohusodo, Noah, Basri dan Ancong serta Wawan dan masih banyak lagi.

Nach ketika permainan Cangke dimulai, anggap saja saya bersama beberapa teman yang jadi pihak pemukul dan harus bisa mencungkil sekuat tenaga anak tongkat yang diletakkan di dalam lobang sehingga terlempar melayang jauh, lalu induk tongkatnya diletakkan secara melintang di atas lobang. Pihak penangkap harus berusaha menangkap anak tongkat yang terbang melayang itu.

Bila berhasil, maka point akan diperoleh pihak penangkap, namun bila gagal, pihak penangkap harus bisa melempar dan mengenai induk tongkat dengan anak tongkat tersebut. Dan mereka akan menjadi pihak pelempar bila berhasil mengenainya. Bila tak berhasil, saya bersama kelompokku akan melanjutkan permainan ke level berikutnya.

Di level selanjutnya, anak tongkat diletakkan dalam lobang, dengan posisi setengah berdiri berjajar arah lobang. Lalu saya akan memukulnya sekeras mungkin pada ujung-nya, sehingga anak tongkat itu melayang keras sejauh mungkin. Jika berhasil ditangkap pihak lawan, maka mereka akan memperoleh point dua kali lipat.

Lawan akan melempar anak tongkat tersebut ke arah tongkat induk, dan disambut dengan pukulan keras olehku, jika saya berhasil memukulnya dan melesat jauh, maka point akan dihitung menggunakan ukuran tongkat induk, dari tempat anak tongkat itu terjatuh hingga ke lubang. Namun kalau ternyata pukulan itu gagal, berarti pihak lawan yang akan menggantikanku menjadi pihak pemukul.

Level berikutnya, saya meletakkan anak tongkat ke dalam lubang, dan salah satu ujungnya mencuat keatas. Ujung anak tongkat itu akan kupukul keras, agar anak tongkat melambung, lalu seperti pemain akrobatik, saat anak tongkat itu jatuh kearah tanah, akan kupukul kembali ke atas. Demikian seterusnya kupukul sambil berjalan.

Semakin jauh saya dan semakin banyak pukulan yang kulakukan, berarti pointku semakin banyak pula. Point dihitung dengan menggunakan tongkat induk dari tempat anak tongkat terjatuh, hingga ke lubang. Bila akhirnya saya yang memenangkan game ini, berarti pihak lawan harus menggendong saya di punggung-nya dan berkeliling lapangan, sambil diiringi teriakan para penonton. Dan hal itu terjadi beberapa kali, kalau bukan saya dan kelompokku yang digendong, kami menjadi kelompok yang menggendong.

Super seru bangetkan permainannya !!!

Jujur saja sahabat-sahibit blogger se-dunia, permainan Cangke ini sangat membutuhkan ketangkasan pemainnya, baik dalam melempar, terutama dalam hal menangkap anak tongkat yang terbang melayang. Bahkan dalam permainan ini dibutuhkan kedisiplinan yang tinggi untuk mentaati semua aturan main yang berlaku, bila tidak maka permainan akan menjadi kacau.

Sambil bermain Cangke, sebenarnya boleh dibilang sambil berolahraga juga. Karena permainan ini membutuhkan stamina yang tinggi, dan pastinya sehabis bermain, semua pemainnya akan banjir dengan keringat yang membasahi tubuhnyas serta ngos-ngosan, kalau stamina-nya pas-pasan, maka pemain itu pastilah akan keluar lapangan sebelum permainan usai.

Namun apalah daya, lapangan luas tempat bermain sudah dibanguni dengan gedung-gedung pencakar langit, lagi pula teknologi modern semakin menggerus budaya permainan rakyat yang ada di Kota Makassar dan sekitarnya. Perlahan tapi pasti permainan Cangke mulai menghilang dan semakin tak dikenali lagi oleh anak-anak jaman sekarang, terutama anak-anak yang hidup di Kota Makassar.

Akhirnya kini jadilah Cangke permainan rakyat yang terlupakan.  Mungkin saja suatu hari nanti, kita akan menemukan dan melihat permainan rakyat ini, namun bukan ditengah masyarakat, melainkan di dalam museum dalam bentuk diorama :-(

Tabe’ salama’ ki’
Keep Happy Blogging Always, Mari Ki’ Di’ :-)

Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Permainan Masa Kecil yang diselenggarakan oleh Mama Calvin dan Bunda Salfa"

20 comments:

Unknown said...

bnyak sekali sbenarnya permainan rakyat yg terlupakan. salah satunya ya cangke ini. tp sayang beribu sayang, anak2 skrg permainannya sudah beralih ke gadjet dan warnet2 game online...

zigzoor said...

saya baru tahu, cangke permaianan daerah mas, kalau ditempat saya namanya gatrik...ternyata banyak juga permainan tradisional kita ya mas.

Syafiatuddiniah said...

Kalo di daerah saya di Medan nama permainannya patok lele sama persisi seperti cangke mungkin setiap daerah namanya berbeda..

Unknown said...

Assalamualaikum, lama ngga nge blog ya Pak

Ade anita said...

Iya bener...rasanya di jakarta tidak ada permainan seperti ini.

Yoen Mintarsih said...

Oh kalau di Yogya ini namanya Benthik. Jaman saya dulu yang mahir main ini kakak saya yang laki-laki, kalau saya nggak bisa he ..

Matris said...

Saya tidak akan lupa permainan ini.. #pernah kena tongkat kecilnya yang melayang itu.. hikss..

Ifah Hendriyanto said...

di daerah saya sih namanya benthik... tapi dari jaman saya kecil sudah jarang yang main. Gara2nya sering kejadian kena muka orang. Haha

Obat Tradisional Gagal Ginjal said...

ingat permainan ini jadi nostalgia :D

Lidya said...

di tempat say anamanya bukan cangke nih. Anak-anak sekarang jarang yang tahu kayanya permainan ini ya. Terima kasih ya pak sudah ikut serta GAnya. Mohon link untuk bunda salfa di edit ya ke www.istanacita.com terima kasih

Jiah Al Jafara said...

cengke?

kalau ditempatku namanyaaaa.... lupa
dulu mah sering main ini

Mohammad Fanirifanto said...

Akhirnya .... Saya bisa kembali menikmati tulisan2 panjang di blog ini ... :)

Lama sekali tidak nulis Mas .. ? Welcome home ...

Grace Melia said...

Baru tau ada permainan anak seperti ini. Makasih udah berbagi, mas :)

Hidayah Sulistyowati said...

Kalo jaman aku kecil, namanya benthik :)

Nanik said...

Kalau di kampung asal saya, namanya benthik. Tongkatnya menggunakan batang pohon singkong

Anggara said...

Baru tahu ada permainan cangke tapi mirip dengan permainan apa yaaa? lupa namanya

yulia yuli said...

waah kalau di Bandung permainan ini namanya gatrik Om.. saya sering menang dulu..hehehe (jadi nostalgia lagi)

Amir said...

Itu permainannya mirip di Upin Ipin kalo gak salah

Heni Puspita said...

Teman2 saya juga pernah memainkan yang mirip seperti ini, tapi apa ya namanya saya lupa. Soalnya yang banyak memainkannya teman yang laki-laki.

Santi Dewi said...

saya baru tau ttg permainan cangke ini, kalo di daerah lain ada gak ya?