Jam dinding di ruang tamu berdentang dua belas kali, membuatku yang memang tak pulas tidur malam ini seketika terbangun. Kesadaranku belum pulih benar saat sesosok bayangan putih yang tinggi besar, samar terlihat di ujung tempat tidurku.
Kukucek-kucek ke dua bola mataku seakan tak percaya dengan apa yang terlihat. Kucubit lenganku, rasa sakit yang timbul menyadarkanku bahwa bayangan putih itu memang nyata adanya. Kehadiran bayangan putih itu membuat kamarku menjadi terang benderang, padahal kutahu pasti lampu kamar belum kunyalakan.
“Siapa kamu ?”, tanyaku terbata-bata sambil mencoba menahan getaran tubuhku yang tiba-tiba merinding.
“Saya malaikat pencabut nyawa.” jawab bayangan putih itu dengan suara yang datar namun terdengar bergema dan jawaban itu semakin membuat tubuhku semakin gemetaran. Malaikat pencabut nyawa yang selama ini hanya kudengar dan kubaca melalui kisah-kisah di buku agama, sekarang berada di dalam kamarku.
Kuraba kedua telapak tanganku, keduanya basah oleh keringat yang mulai mengalir deras laksana anak sungai.
“Mau apa kamu datang ke rumahku ?” tanyaku lagi, kali ini suaraku hampir tak terdengar saking lirihnya, akibat rasa takut yang menguasai diriku.
“Saya datang hendak mencabut nyawamu.” jawabnya masih dengan nada yang datar, akan tetapi jawaban itu seakan membuat jantungku berhenti berdetak. Astaga, nyawaku mau dicabut, berarti saya akan meninggal dan tak hidup lagi berwara-wiri di dunia fana ini. Padahal masih begitu banyak rencana dan impianku yang belum terlaksana. Saya mau berbicara, namun lidahku kelu tak sanggup lagi berkata-kata.
Mataku hanya bisa membelalak penuh rasa ketakutan menatap bayangan putih “Malaikat Pencabut Nyawa”. Diriku sudah tak mampu lagi berbuat apapun, hanya bisa pasrah dengan apa yang bakalan terjadi kemudian.
“Nyawamu saya cabut bukan pada hari ini.” malaikat pencabut nyawa itu melanjutkan ucapannya, namun kalimatnya itu membuatku melongo keheranan, meskipun ada juga kegembiraan dalam hatiku saat mendengarnya.
Tak tahan dengan rasa penasaran, akhirnya tercetus juga sebuah tanya dariku, kenapa ?
“Setiap yang bernyawa, cepat atau lambat pasti akan mati, dan itu adalah sesuatu yang sudah ditentukan waktunya, tak dapat ditunda, dan juga tak dapat dipercepat.” kata malaikat pencabut nyawa.
“Akan tetapi, karena engkau telah berbuat satu kebaikan, maka oleh Sang Pemilik Kehidupan dirimu diberi perlakuan khusus. Yaitu pada hari ini saya datang hanya untuk memberitahukan, bahwa delapan hari lagi saya akan datang untuk mencabut nyawamu.” begitu kalimat terakhir dari malaikat pencabut nyawa selesai diucapkan, seketika itu bayangan putihnya yang tinggi besar lenyap begitu saja, dan kamarku pun kembali menjadi gelap gulita.
*****
Pagi ini saya terbangun tanpa semangat dan senyuman, kejadian semalam menguasai dan membuat kegalauan jiwa dan raga serta pikiranku. Delapan hari lagi nyawaku akan dicabut, itu artinya hidup, nafas dan detak jantungku hanya tersisa delapan hari lagi.
Tak tahu apa yang harus kulakukan untuk mengisi sisa hidupku yang teramat singkat itu. Tak ada pencerahan yang bisa menjadi ilham bagiku saat ini. Entah berapa lama saya merenung, bahkan cenderung melamun.
Tiba-tiba saja otakku terasa menjadi terang benderang, kalau digambarkan seperti sebuah lampu indikator 1000 watt berpijar menerangi seluruh luasan otakku, membuat saya bisa berpikir dengan waras dan jernih mengikut suara hati nurani. Akhirnya kutahu, apa yang harus kulakukan.
Delapan hari menjelang kematianku harus kumanfaatkan sebaik mungkin demi kebaikan dunia dan akhirat, tak bakalan kusia-siakan.
*****
Yang pertama kali dan paling utama harus kulakukan adalah datang menemui Sang Pemberi Kehidupan, bersimpuh bersujud mengucap syukur atas segala nikmat kehidupan yang telah kurasakan selama ini, sekaligus memohon ampunan-NYA atas segala dosa dan kesalahan yang telah kuperbuat selama ini dalam kehidupanku.
Ibadahku haruslah terjaga selama delapan hari tersisa ini, kualitas dan kuantitasnya tentunya wajib hukumnya semakin kutingkatkan. Pokoknya, dalam setiap desahan nafasku senantiasa kujadikan sebagai aktifitas ibadahku hanya kepada-NYA.
Selanjutnya, saya akan menemui saudara-saudari kandung dari kedua orang tuaku. Mereka akan saya anggap sebagai pengganti orang tuaku yang sudah lama tiada. Kepada merekalah saya akan memohon maaf dan menghaturkan darma baktiku sebagai anak. Saya akan menyayangi dan mengasihi mereka seperti orang tua kandungku sendiri, hingga akhir hayatku.
Berikutnya, saya akan berkeliling mencari orang-orang yang pernah kusakiti, atau saya pernah berbuat salah dan dosa kepada mereka, bahkan yang kujadikan musuh dalam kehidupanku selama ini. Bila bisa bertemu mereka, maka saya akan meminta maaf atas segala perbuatanku, yang sengaja atau tidak sengaja telah melukai hati mereka.
Bilamana ada di antara mereka yang sudah pindah domisili, dan tidak tinggal sekota lagi denganku, maka saya akan menghubungi mereka melalui telepon atau mengirimi pesan singkat.
Selanjutnya, meskipun harta bendaku tidaklah begitu banyak, namun bila harta benda yang ada dijual, lumayan juga hasilnya. Saya akan menjual semua yang kumiliki hingga ludes tak bersisa, dan uang hasil penjualannya akan kusumbangkan atau kuberikan kepada orang-orang yang lebih membutuhkannya.
Akhirnya kepada semua orang yang kukenal, saya memohon maaf bila selama ini ada salah kata serta khilaf dalam perbuatanku kepada mereka.
*****
Delapan hari itu waktu yang teramat singkat, namun tetaplah harus kuoptimalkan dengan segala daya kemampuanku, agar semua yang kurencanakan dan kupikirkan jelang kematianku bisa terealisasi.
Kini delapan hari telah usai, sang malaikat pencabut nyawa memenuhi janjinya untuk datang lagi buat mencabut nyawaku. Namun sebelum nyawaku tercabut, saya menanyakan sesuatu kepadanya, pebuatan baik apa yang telah kulakukan, sehingga saya memperoleh perlakuan khusus dari Sang Maha Pencipta ?
Meski tak bisa melihat jelas, karena silau dengan cahayanya, namun saya bisa merasakan malaikat pencabut nyawa itu menatapku lekat-lekat. Kemudian terdengarlahlah suaranya yang bergema.
“Kau telah memberikan senyuman yang terindah, tulus dan ikhlas kepada seorang tukang parkir, saat memarkir mobilmu di sebuah pusat perbelanjaan.”
“Lalu tukang parkir itu, karena hatinya senang melihat senyumanmu, ia pun menghadirkan senyumannya kepada semua pengemudi mobil yang ada di lahan parkirnya. Kemudian para sopir itu pun menebarkan juga senyumannya kepada majikannya, atau kerabatnya, atau kepada penumpangnya.” ujar malaikat pencabut nyawa.
“Selanjutnya orang-orang itu menghadirkan senyum yang indah, tulus dan ikhlas ke dalam rumah mereka, kepada suami, istri dan anak-anak serta seluruh keluarga mereka. Rentetan kejadian itu menyebabkan getaran menakjubkan bagi penghuni surga, sehingga diputuskanlah untuk memberikanmu sesuatu yang istimewa.” pungkas malaikat pencabut nyawa.
Bahagia benar hatiku kala mendengarkan hal itu. “Kini saya siap untuk memenuhi panggilan-NYA.” kataku sambil menatap ke arah malaikat pencabut nyawa seraya bibirku menghadirkan sebuah senyuman.
6 comments:
lomba yang sangat makjleb ni bang, selain bisa berbagi ilmu yang terutama adalah seandainya memang kita bisa mengetahui hidup kita tinggal 8 hari lagi, tentu kita akan bersegera bersimpuh keharibaan sang pencipta memohon ampunan atas dosa-dosa kita yang bejibun ini.
semoga kontesnya menang di dunia menang juga hingga ke akherat
Tulisannya selalu keren, sampai merinding bacanya pak. :)
Semoga sukses GAnya
Wiihh aku bacanya jadi berdesir2 lho, pak
Sukses untuk GA nya yaa
Salam Kenal ^_^
Kereen bang.. merinding disko.. detail banget persispannya ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Terimakasih tulisannya, Melimpah berkah segala urusannya,, aamiin
artikelnya sangat bermanfaat untuk pemain judi online
Mega389 - Agen judi bola online terpercaya di indonesia
MASTERDOMINO88 AGEN JUDI POKER DOMINO ONLINE DAN SITUS CAPSA INDONESIA TERPERCAYA
Mega389 Juga menyediakan Casino, Togel, Poker online dengan promo terbaik di indonesia
Masterdomino88 Agen judi poker domino online dan situs capsa indonesia terpercaya dengan bonus komisi dan referral di bagikan setiap minggu.
AGEN JUDI POKER DOMINO ONLINE DAN SITUS CAPSA INDONESIA TERPERCAYA
Post a Comment