Rapor Hilang Mengulang Dari Kelas Satu SD


Tadi pagi sebelum berangkat kerja, sambil sarapan saya menyempatkan diri membaca Koran Fajar , sebuah koran lokal Makassar yang terbit hari ini 5 Juli 2012, mata saya langsung tertuju pada kolom berita "WOW" di sudut kiri, yang judulnya saja sudah bikin geleng-geleng kepala, Rapor Hilang, Mengulang dariKelas 1 SD. Penasaran saya membaca keseluruhan dari berita itu karena kolom WOW biasanya memuat berita sensasi aneh bin ajaib dari seluruh dunia, dan setelah membacanya.. ternyata, astagfirullah, ternyata sedemikian parahkah kondisi dunia pendidikan di negeri Indonesia tercinta ini.  Saya tidak mau berkomentar lebih jauh lagi, silahkan saja sahabat-sahibit para blogger se-dunia kalau berminat membacanya sendiri, dibawah ini saya meng-posting ulang isi berita itu, tanpa menambah atau mengurangi satu huruf-pun.
"Dan takutlah terhadap doa orang yang terzalimi, karena antara dia dan ALLAH tidak ada hijab (pembatas yang menghalangi)nya." 
[HR. Bukhari dan Muslim]


Rapor Hilang, Mengulang dari Kelas 1 SD

Sungguminasa, Fajar -- Sungguh ironi karier pendidikan Muhammad Reynaldi Rasid. Berprestasi di sekolahnya, namun harus mengulang dari kelas 1 SD. Persoalannya hanya sepele. Dia dituduh menghilangkan rapornya.

Peristiwa tersebut bermula pada Juni 2010 lalu. Saat itu, Reynaldi siap-siap naik ke kelas 5 di SD KIP 1 Barabarayya, Kota Makassar, usai menjalani ujian kenaikan kelas. Di suatu hari menjelang siang, Reynaldi mengembalikan rapornya kepada gurunya.

Masalah tiba saat pencatatan kembali, beberapa hari kemudian. Aldi, sapaannya, diminta mengembalikan rapornya ke sekolah. Bocah kelahiran 26 Juni 2000 ini pun kebingungan. Pasalnya, dia masih ingat sekali telah mengembalikan rapornya kepada salah seorang gurunya.

Tetapi Aldi justru dituduh telah menghilangkan rapornya. Bagi bocah sepertinya, kehilangan rapor tentu menjadi “musibah” besar. Dia mulai ketakutan. Saking takutnya, Aldi tak mau lagi ke sekolah.

"Saya baru tahu masalah itu setelah dua bulan. Selama sekolah di Makassar, dia memang tinggal dengan orangtua saya di Jl Abu Bakar Lambogo. Saya tinggal di sini," kata Ani, ibu Reynaldi di kediamannya, BTN Tamarunang Indah II, Kelurahan Taengtaeng, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Rabu 4 Juli.

Ani pun mendatangi pihak sekolah untuk meminta kejelasan. Tetapi pihak sekolah tetap bersikukuh Reynaldi telah menghilangkan rapornya. Ani sendiri yakin putra sulungnya itu sudah mengembalikan rapor karena dia sendiri sempat melihat nilai dan rankingnya.     Awalnya, Ani mengira kehilangan rapor itu seharusnya tidak masalah. Pasalnya, pihak sekolah pasti memiliki data nilai cadangan. Namun betapa terkejutnya dia, pihak sekolah ternyata tidak memiliki back up data. Yang lebih parah, nomor induk Reynaldi juga tidak ada.

"Saya benar-benar heran. Kenapa bisa sekolah kehilangan nomor induk anak saya?," kata Ani yang juga bersekolah di SD tersebut.

Ani pun mulai berjuang untuk mendapatkan status pelajar putranya. Dia pun menghadap ke Dinas Pendidikan Makassar. Tapi dinas enggan menerimanya dengan alasan tidak ada pengantar dari pihak sekolah. Ani pun kembali lagi ke sekolah untuk mendapatkan surat pengantar tersebut. Tetapi pihak sekolah tidak memberikannya karena alasan sekolah sedang sibuk.

Perlakuan tersebut tidak membuat ibu tiga anak ini surut. Dia mencoba “menembus” level yang lebih tinggi, Wali Kota Makassar. Sayangnya, Balaikota juga tidak merespons masalahnya.

Setengah putus asa, Ani memutuskan memindahkan anaknya ke Gowa. Di dekat rumahnya, memang ada SD Inpres Taengtaeng. Dia berharap, pihak sekolah mau menerima anaknya dan menempatkannya di kelas 5, sesuai usianya saat ini.

Tetapi Ani harus lagi-lagi menghadapi kenyataan pahit. Pihak sekolah menolak permintaannya karena tak ada surat pengantar dan rapor dari sekolah awalnya. Satu-satunya jalan untuk sekolah, Aldi harus mengulang dari kelas 1 SD. Kali ini, Ani sudah putus asa.

"Saya tanya dia (Aldi), apa mau sekolah. Aldi bilang, 'biar mengulang, daripada tidak sekolah," kata Ani.

Keteguhan Aldi pun membesarkan hati Ani dan suaminya, Rasid. Menanggung rasa malu, Aldi didudukkan di kelas 1 pada usia 10 tahun saat itu, lebih tua 4 tahun dari rekan-rekan sekelasnya.

Kini, Aldi sudah akan naik kelas 3 dengan usia 12 tahun. Selama bersekolah, Aldi tak pernah kehilangan gelar ranking 1. "Sejak di SD KIP, dia memang sudah sering ranking 1 atau 2," ujar Ani.

Namun bersekolah dengan usia yang “cukup” tua menjadi beban sendiri bagi Aldi. Dia mengaku sering menjadi bahan tertawaan teman-teman di sekolahnya. "Anak kelas 6 selalu pangngara ka (memancing) berkelahi," katanya polos.

Sementara Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Gowa tampaknya tak tahu menahu mengenai masalah tersebut. Saat dikonfirmasi, para staf di Bidang Pendidikan Dasar pun terlihat terkejut.

"Ada anak kelas 3 sudah 12 tahun? Itu baru kami dengar," kata Bachtiar heran, salah seorang pejabat di Bidang Pendidikan Dasar.

Ani memang mengaku belum pernah melaporkan hal tersebut kepada dinas pendidikan di Gowa. (aha/sil)
----------------------

Sekedar mengingatkan para sahabat-sahibit blogger sedunia mengenai hal yang satu ini ;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 
TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BAB IV. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA, ORANG TUA, MASYARAKAT, DAN PEMERINTAH

Pasal 5
(1) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.
(2) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.
(3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
(4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
(5) Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.
Pasal 6
(1) Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.
(2) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan

Kalau mau lihat berita aslinya, ada juga kok di muat di Harian Fajar Online, yang beritanya bisa di lihat di sini.

118 comments:

Unknown said...

wah,,,,itu sekolahan harus di tutup aja tuh.
dinas pendidikan juga di bakar aja.
kalo itu terjadi di daerah saya,pasti udah jadi abu bakar tuh bangunan sekolah sama dinas pendidikannya.
biar ngerasain semua kehilangan data itu rasanya kaya apa...

Surga Kenari said...

lahh kok gitu, saya pernah kehilangan rapor saat SMP kenaikkan kelas 3, cuma di urus bisa kok tapi agak ribet pengurusannya, sampe ke polisi cuma minta cap dan tanda tangan dll..

sungguh sensasional..

Unknown said...

Ah, norak betul anak harus mengulang dari kelas 1 cuman gara-gara rapornya hilang. Nggak beres itu sekolahnya. Nggak beres juga itu walikotanya. Makasar, Makasar.. Ada-ada aja.

Mansyur said...

Aneh ajaib dan memprihatinkan..bgnilah wajah pndidikan kita..
wah sobat..susah sekali mau ksih komen diblog sobat semuanya full..tnggu antrian deh..hehehehe..btw link dan banner sobat sudah terpasang diblog aku..kalau boleh silahkan brknjung n kalao brkenan skalian jemput link n bannerku..trims sobat..happy blogging..

ESSIP said...

wuih emang republik sulap beneran nih sekarang. Rasanya sesuatu yang sebenare gampang dibuat sulit, sebaliknya hal yang pelik macam kasus-kasus korupsi eh malah terkesan digampangno.

saya berdo'a semoga Reynaldi kelak menjadi seorang pemimpin yang ngayomi rakyat dan memberantas semua kekonyolan di negeri ini..

Unknown said...

itu harus minta bantuan keperlindungan anak atau LBH sob. ini sudah keterlaluan banget.

seperti kasus anak saya tahun lalu juga di tuduh belum bayar SPP 11 bulan. tapi setelah ane urus dan mencak mencak di sekolahan,,akhirnya TU yang korup itu dipecat,,ini buka kelalaian, tapi semacam sistem yang nenbahayakan bagi keselamatan anak didik

Unknown said...

Seharusnya hukum dinegara kita menerapkan persis contoh hukuman yang diberikan Para Penegak Kebenaran di SD KIP 1 Barabarayya dalam artian "TEGAS".

NAmun sungguh sangat keterlaluan bila anak sekolah dasar kls 5 harus mengulang ke kls 1 gara-gara rapor hilang,apa SD tsb.tidak menyimpan data anak tsb? Yang pasti,hukum harus diberikan juga pada GURUNYA yang teledor tidak menyimpan data anak didiknya(bila ini harus berbalas).

Benar-benar memusingkan dan memprihatinkan membaca ulah konyol guru-guru SD KIP 1 Barabarayya ini. Semoga bisa terselesaikan dengan damai!
Nice share Gan,makasih.

Unknown said...

Ane balik lagi GAn,sudah bakar saja SD-nya!!!!

Unknown said...

iyaah itumah kacau SDnya :)

pepep said...

harus melek teknologi, biar ga di buku rapor to nyimpen data-data penting murid.

hima-rain said...

saya doakan adek aldi makin semangat belajarnya, saya yakin kamu pasti bakal jadi orang sukses amin...... (wah saya jadi mau liat rupa anak ini). Dan satu lagi, semoga dinas pendidikan dan seluruh jajaran di bawahnya semakin peka dan semoga berkinerja dengan lebih baik

pranamoelya said...

he he he... gak aneh... paling tuh rapor di jual sama oknum guru. jaman skrg pegawai yg berprofesi sebagai guru banyak. Tapi seorang guru yg wajib di gugu dan di tiru bisa di hitung dg jari

affanibnu said...

masa gak ada rekapitulasi di sekolahnya..?

ckckc,, miris betul!

Anonymous said...

Gila tuh sekolah..
di tutup aja,

Kang Muroi said...

wah sungguh keterlaluan tuh sekolah, bukankah ada buku induk siswa, yang memuat nilai siswa selama ujian, jadi kalo rapot hilang tinggal menyalin kembali...
semoga keadilah bisa ditegakkan!

vlog media news said...

Gimana bisa itu tempat sekolah kok tidak memiliki salinan buku induk rapor para siswa sekolahnya, semoga kasus tersebut tidak terjadi di tempat yg lain di negri ini

AZLA said...

wah kalau rapot hilang mengulang lagi bisa kaco nih....
(hehee....humor saja sobat)...
terima kasih sob... sudah berbagi...

seniman fotografi said...

miris sekali membaca artikel di atas.....
ko bisa yah sekolah tidak memiliki backup data siswa, yg paling parah lagi sekolah tidak mau bertanggu jwb atas kelalaiyan nya sendiri, malah angkat tangan bgto saja.....

Rupi said...

emang bener bener busuk negeri ini
ah, kalau bisa memilih, pasti bukan indonesia pilihan saya
kalau sudah menyebar seperti ini, baru dah ada tanggapan
ah NEGERI BUSUK

Aku share dulu yah mas

Blog Keperawatan said...

Apakah tidak ada kebijaksaan dari pihak sekolah...kehilangan rapor juga tentunya bukan keinginan kita. Tetapi mengapa harus menanggung hal yang sebenarnya tidak usah terjadi.

Coba saja kalau misalnya pihak sekolah, gurunya atau dinas pendidikannya anaknya mendapat massalah yang sama yaitu rapor anaknya hilang maukah mereka meminta anaknya kembali ke sekolah kelas satu. Saya rasa jawabannya (TIDAK MAU).
Seharusnya hati nurani lebih berbicara tentang ini.

Terima kasih telah berbagi informasinya sahabat, semoga kita bisa belajar dari hal ini dan semoga peritsiwa ini tak akan terjadi kembali aamiin

Dihas Enrico said...

wah tega....
sekolahnya yang tidak mempunyai manajemen malah menyusahkan pihak murid....
oke,,mulai sekarang,,sehabis terima rapor harap difotokopi atau di-scan...
:P

Ririe Khayan said...

Hari gini, rapor hilang harus mengulang dari SD? Lha memangnya sekolah gak punya catatan adminitrasinya? Back data nilai murid tiap kelas kan HARUS ada tho? Wong instansi saja harus siap back data lama lho sampai sekian tahun ke belakang lho?

Aneh banget tuh sekolah dan dinas pendidikannya..

CikTeddyCorner said...

takkan sampai begitu?

applausr said...

ini kok kayak orang tidak berperasaan gitu ya..... kok tega teganya berbuat seperti itu ya.... bacanya saja mau marah saya.....semoga dibaca tuh sama presiden biar beres....

Jelajah Dunia Informasi said...

Gak beres tuh gurunya..

Ricdetop said...

Masya Allah .. kasihan anak itu .. Seharusnya, ada mediator untuk masalah ini. Yang paling berkompeten ya diknas ..

Vpie ◥TwekzLibz◤ MahaDhifa said...

. . wachhhhhhhh,, kasihan banget ya?!? itu guru gimana sich, ok sampe kayak gitu . .

vmediakom said...

wew kacau mah kalo begitu. kasihan ya.

seharusnya diberi kebijakan, anaknya juga berprestasi...

Surga Kenari said...

lapor bro, link nya sudah gw pasang :D

kalo berkenan link back ok, silahkan di cek..

salam persahabatan!

Dini Haiti Zulfany said...

Astaghfirullaah, parah benerrr administrasinya.. keliatan cerobohnya. Miris mirisss..

stupid monkey said...

miris sob bacanya, kok bisa se picik itu ya opsi mereka, apalagi mereka maen memutuskan sepihak saja, bagaimana diknas mau tahu, kalau mereka juga gak melaporkan kan, ckckckckk, semoga gak terjadi sama yg lain deh :(

DhediJs said...

Sungguh malang nasib anak itu. :(
Pihak sekolahnya juga tidak beres begitu --"

Hzndi said...

keterlaluan sekali ! birokrasi negeri in yang di pikirkan cuma duit, duit dan duit. Ga memikirkan perasaaan rakyat kecil. Lama2 rusak lah negeri ini

Anas said...

Astaghfirullah,,,, Begitu parahnya dunia pendidikan kita. Begitu tidak pekanya mereka pada nasib orang kecil..

Rohis Facebook said...

ini memalukan bagi makassar.., sampai ke level tertinggi pun gk ada yg bs membantu., memalukan..!

Nurmayanti Zain said...

de eh kodong :(

lina@happy family said...

Aneh tapi nyata terjadi!
Ini sih sudah menganiaya anak, mungkin Komnasham Anak bisa membantu.
Mengulang lagi dari kelas satu adalah solusi yang bodoh.

Mami Zidane said...

masya allah, kok masih ada ya sekolah yang seperti itu ya.

Keke Naima said...

solusi yg sangat parah... hrsnya sekolahan punya back up.. Kalopun gak ada ya tinggal bikin raport baru, kasih keterangan kalo raport lamanya hilang.. Tp setidaknya kan dia murid lama disana, berarti sklh kan udh tau prestasinya anak tsb..

Anisayu Nastutik said...

wah sangat memalukan ya, sampai ga punya data, terlaluuuuuuuuu,

huh jadi geram sama guru dan dinas pendidikan yang ga teliti...

Unknown said...

ada-ada saja indonesiaku..
bagaimana dengan sistem didalam sekolahnya..
aku ga sempat ngerti dengan semua ini..

Your Life Love said...

Menarik untuk dibaca, terima kasih dah berbagi buat kami hehehehe

Saleho said...

Lo mana bisa begitu sob.
Kan cuma hilang saja, seharusnya dapat dimaafkan alias diurus tidak perlu mengulang lagi dari kelas 1 sd.

Apa kemungkinan dia tidak mengikuti pelajaran apa gmana.
Lagian gurunya seharusnya memiliki backup mengenai raport yang hilang tersebut.

Sim hilang saja masih bisa diurus, tak tahu kalau raport hilang.

cerita anak kost said...

kalau sudah masuk berita baru para pejabat setempat seolah kebakarang jengot, mengaku tidak tau dan lain sebagainya. semoga benar benar doanya dia di jawab dan orang orang yang zalim di hakimi oleh tuhan, amin.

hamparan said...

Benar2 Woww,,,, kelewatan pihak sekolah. rakyat kecil selalu diperdaya.miris sob,,,,

Maverick said...

Wah Masya Allah parah bener yalk. Ane curiga ni pihak sekolah memang sedang jahat atau membenci si Aldi, sehingga membuat kasus sedemikian rupa, wah jahat amat yak mereka tuh. tega teganya lakun gitu. tetap bersikeras menyalahkannya

NF said...

Ya Allah tega-tega banget ya guru di sekolahnya yang lama, keterlaluan sekali, masa sekolah ga punya back up data, wajar kalau data2 lama yang ga ada, tapi.. masa data satu tahun ke belakang pun ga ada juga, ckckckckck miris banget, keterlaluan

Dannesya said...

gila banget tuh...

Adi Pradana said...

sangat disayangkan sekali tanggapan dunia pendidikan terhadap hilangnya rapor. yang jadi pertanyaan bagaimana sistem di sekolahnya yang tidak punya database murid2nya. semoga kementerian pendidikan dan kebudayaan mendengar...

best regard,
boomberita
boomberita[dot]blogspot[dot]com

seno said...

Terus rapor dari kelas 1 sampai 4 disekolah lama dikemanain. Waaah berabe !?

seno said...

Terus rapor dari kelas 1 sampai 4 disekolah lama dikemanain. Waaah berabe !?

ceritatugu said...

itu sekolah tidak bertanggung jawab usahakan saja terus sampai kemendikbud masa sekolah ngga punya data siswa, umumkan saja keseluruh dunia maya biar ada perhatian dan perbaikan administrasi sekolah

Desa Cilembu said...

semua Undang-Undang tai kucing lah bang...dunia pendidikan kita sudah lama hancur lebur, sy adalah bagian dari seorang pendidik, sedikitnya tau segala bentuk kelicikan dunia itu.
para pelaku pendidikan sudah lupa bahwa api neraka bagi profesi ini lebih ngeriii, dari profesi apapun.
makanya saya pilih jadi tukang ubi sajah deh.

Cartenz Pyramid said...

speechless sob.. entah itu yang salah sistem nya atau administrator sekolahnya.. emang ga ada arsipnya ya di sekolah itu.

parah

Azura Zie said...

Jiaaaaah administrasi pendidikan aja kaya gitu gimana administrasi soal yang lain..

di suruh ngulang bayar lagi ngga tuh sekolahnya? ampun deh..

SANG PEMBELAJAR said...

Sungguh mengenaskan memang Pendidikan di Indonesia, turut prihatin atas melorotnya moral orang-orang yang hanya mementingkan perutnya sendiri...
Hadir selalu di mari, bawa oleh2 MP3 Kisah Inspiratif Bag. XV, reviewnya ditunggu Sob... Thanks,

Anonymous said...

ya ampun tega banget sih, mempersulit orang aja :|

Mugniar said...

kasihannya ...
ck ck ck .. banyak kejadian aneh dalam dunia pendidikan kita :(

Dihas Enrico said...

cuma mau tanya,,kenapa postingan sebelumnya tidak bisa dikomentari,,kadang saya suka melihat postingan lama dan pengen komentar namun sayang tidak diizinkan...
:"(

Mockup by Moga said...

hadeeuuuhh betapa budaya jujur di negri ini semakin terkikis, selalu mencari pembenaran dan kambing hitam, lagi-lagi rakyat tak berdosa yang menjadi korban.
Astogfirullah hal adzim....

Unknown said...

walah.. ada toh kasus kek gini. Emangnya sekolah ga punya softcopynya ya. Tapi kan jgn anaknya yg dibuat susah.. Benar2 mendzolimi klo kek gt :(

Muhammad A Vip said...

kasus ini kian memperjelas kondisi kita saat ini, tapi kita tak perlu menuntut mereka para pengelola negara bertanggungjawab karena pasti akan diabaikan. kita doakan saja semoga Tuhan terus menampakkan kepada kita semua segala kebobrokan yang kita selenggarakan terus-menerus ini.

Fifin said...

masyaAllah... kok bisa ya? kok terlihat tidak profesional gitu malahan. Menurut saya tidak perlu harus mengulang dari kelas satu. Seharusnya kan ada langkah2 antisipasi jika ada kejadian seperti ini.

Masak se level dinas pendidikan ndak ada program antisipasi kasus seperti ini?

debbie irlando manurung said...

numpang nyimak aja ya kk,, hehehehee

Putra said...

masyaallah, bubarkan aja tuh SD nya!!! sekolahan cerobohh, tak bertanggung jawab sedikitpunn!!!

zachflazz said...

mengecewakan ya dunia pendidikan kita. masa bisa begitu. emang sama sekali nggak ada database yang tersedia di sekolah?

Djangkaru Bumi said...

Dan takutlah terhadap doa orang yang terzalimi, karena antara dia dan ALLAH tidak ada hijab (pembatas yang menghalangi)nya, bergetar hatiku membaca hadish ini. Pendidikan di negara kita memang harus dibenahi.

kampungku said...

memalukann,hanya kehilangan rapot sampai sampai anak ga ikut sekolah.bahkan sampai sampai keluar sekolahnya,sekolah apaan tuh...
sangat2 tidak patut untuk di tiru.

Prozonas said...

Waah kalo bener tu guru yang lupa atau yang menghilangkan rapotnya si Aldi, bener2 nggak bertanggung jawab si gurunya. Kasian banget si Aldi.

Sungguh aneh negara ini, orang-orangnya juga. =_="

jaturampe said...

wah, ini sepertinya kesalahan dari pihak pengajar dari SD tersebut ya pak, bukankah biasanya ada buku administrasi mengenai pengembalian buku rapor, berarti tidak ada catatankah...

hmm, patut menjadi renungan untuk para guru dan kepala dinas pendidikan terkait nih

Eka Ikhsanudin said...

seumur hidup jadi guru baru kli ini denger kalo raport hilang harus mengulang dari Kelas 1, apa sekolahannya ga punya data nilai yaah hehehe.... untungnya di daerah aku ga sampe begitu pak

Staff Administrator said...

sama aja dengan menanamkan kebodohan di negeri ini...
seandainya musibah itu menimpa pada putra-putri dari sang guru,apakah diberlakukan hal yg sama seperrti Aldi....huff
jelas Aldi murid yg cerdas dan berprestasi disekolahnya..
diharapkan kedepan nya hal seperti ini.tdk terulang kembali..

Investasi Bisnis Online said...

berkunjung sebentar di blog ini, sukses ya utk blog anda.

by : Andi D
www.inves-on.blogspot.com

Kertas Gratis said...

hahaha negri yang lucu

Laurencius said...

Tambah lagi satu kejelekan sistem pendidikan di negeri ini diantara ribuan kejelekan yang lainnya. Nice info Om.

Didin Supriatna said...

Saya tadi mw nengok kesini eh.. keduluan bang hari ke tempat saya.. makasih ya bang...

oya,, setelah saya baca posting ini jd ingin berkomentar panjang nih.. kejadian ini pas banget sama saya,, kebetulan rapor dan ijazah saya juga hilang.. itu disebabkan karena beberapakali pindah rumah.. setelah saya capek ngurusi yg ga jelas akhirnya sampai sekarang ga ada gantinya.. tapi saya sekarang dah gak ngurusi lagi.. toh saya sudah jadi seorang freelancer aja udah bersyukur dan saya akan terus bersyukur dengan keadaan sekarang.. daripada mumet2 ngurusi ijazah.. semoga pendidikan di indonesia bisa lebih maju dan tidak menyulitkan rakyat.. salam satu jari..

Dannesya said...

mas postingan yg lama kok ga bisa dikomentarin ya?

Unknown said...

Melihat dunia pendidikan saat ini prihatin!! semua dikondisikan seakan-akan harus serba duit sobat, sudah berbur antara pendidikan vs politik!! Menyedihkan

Disable Klik Kanan Pada Gambar said...

Jadi, berita itu sudah 2 tahun ya? kok mau naik kelas 3 ?????

Kliknans said...

itulah kenapa kualitas pendidikan di negeri kita ini makin tertinggal jauh oleh para tetangga,..
para pengajarnya kurang bertanggung jawab, dan ngga mau bertanggung jawab...

Jane Doe said...

Astaga Bu Ani, Aldi di sekolahin di jawa aja.... SD di jawa banyak yang membutuhkan Aldi!

Maverick said...

waahh ane masih heran aja liat sekolah beserta stafnya yang egitu. oke gan keep update.. ane tgu post terbatunya ya :)

NURA said...

asalamualaikum
rapor hilang harus mengulang dari klas 1 SD
gimana kalau ijazah terbakar krn musibah kebakaran.

Darmawan Saputra said...

wah.. ini salah satu pelajaran bagi saya agar lebih hati hati menyimpan barang berharga. aneh sekali sekolahnya kok gak ada back upnya ?

Unknown said...

Menurutku gurunya aja yang keterlaluan. Masalah sepele segitu aja dibesar besarkan. Sungguh guru yang miskin hati. Sok disiplin ... padalah gurunya itu belum tentu disiplin.

mimi RaDiAl said...

aturan mn pulak...jelas sekolah yg salah kenapa bs ga nyimpen data murid dan nilainya. hedeeehhh.....

AdityaN8zz said...

bah kasian banget tuh anak. parah sekolahnya

kampus gosip said...

Itu sang guru,dinas terkait dan pejabat terkait,mungkin ngga punya perasaan atau mungkin ngga punya hati manusia kali ya pak,semoga ini hanya ada di maksasar saja.

Catatan Darmanto said...

sekolahnya yang paling salah menurut saya karena mestinya punya back up data murid,tapi kok malah pada nyalahin muridnya ya,terlalu...

Penghuni 60 said...

saya bnr2 salut dgn semangat belajar Aldi... jarang sekali yg memiliki semangat seperti itu, apalagi ia siap utk mendapat ejek2an ato sebagainya dari org2 lain.
kalo soal yg lain, saya lbh setuju dgn pendapat mimi radial, apalagi skrg kan jamannya udh jaman komputer, hrsnya semua data2 itu ada arsipnya, sehingga gak perlu terjadi seperti ini.

Yadi Karnadi said...

Tak mengherankan jika sekolahnya juga mmg amatir: nomor induk sampai bisa hilang???? Sungguh menyedihksn jika benar seperti itu.... Menegakkan prinsip tanpa pandang bulu sungguh sebuah aniaya...
Smg dinas dan sekolah bersangkutan dapat bertindak arif...

alkatro said...

parah bener sekolahannya, baru pertama denger kasus seperti ini bang
perjuangan dan prestasi aldi seperti tak dihargai sama sekali
moga tak akan terulang lagi di negeri ini :(

™LOMBOK@NET GISTING™ said...

kasihan amat tu anak, knpa sekolahannya tdak membantunya?? :'(

Saleho said...

apa backup data di guru wali tidak ada ya
Seharusnya kan ada jadi kita hanya mengganti biaya cetak saja

Surga Kenari said...

menanti entri terbaru..

Anonymous said...

satu kata "KETERLALUAN" ditambah tanda seru 1000000 kali ,,,

wilujeng ngeblog

Rulita said...

wah sekolah nya gak profesional tuh -.- emang kagak ada pencatatan nya apa?merugikan orang aja -.-

Aulawi Ahmad said...

kok bisa begitu ya??? hilang rapot harus balik kelas 1, gilee tuh sekolah, moga dinas terkait segera ambil tindakan!!

Unknown said...

Sebagian kecil dari keganjilan pelaksana sistem pendidikan di Indonesia. Amat kontras dengan program pemerintah tentang pendidikan. Masih teramat jauh indonesiaku ini akan lebih baik. Tuk Muhammad Reynaldi Rasid, keep on going aja. Dan moga bisa membenahi hal semacam ini nantinya. Bukan seperti pendahulu kita yang justru balas "dendam". Kasian banget dech Indonesiaku kalo gini terus...Happy Blogging Sob

karyakuumy said...

Ya inilah Indonesia, database hilang saling lempar sana sini..Gak ada yg bertanggung jawab untuk ini semua.

dan said...

sungguh tragis kejadian yang di alami oleh aldi, mengulang gara-gara kehilangan rapor...

begitulah cerminan kualitas pendidikan di indonesia yang hanya di ukur berdasarkan bukti visual semata...

otak 0 tapi ada ijazah pasti di anggap orang berpendidikan, padahal belum tentu....

indonesia.... indonesia...

cerita anak kost said...

mampir lagi sekedar meramaikan kotak komentar.. heheh, salam bang.

Michael said...

Hey man, here to visit you and your site. Good morning! ☺

Belajar Photoshop said...

inilah dunia pendidika kita kang.. :(
apa ini bener2 cerminan masyarakatnya juga..?!?!
waduuhhh jadi repot kalau mesti jawab pertanyaan ntu :(

apurie said...

mau jadi apa negeri ini, mendzolimi untuk menutupi kesalahan sendiri. Cuci tangan..

seharusnya alasan tidak ada data back-up tak bisa ditolerir, hal yg sepele dan mendasar tapi fatal akibatnya..

Fahmi Athailla said...

Anak itu sangat Luar biasa bang, Kalau masalah rapor bingung juga sih siapa yang menghilangkan. hahaa...

Akhmad Muhaimin Azzet said...

Pertama, apa tidak ada data back-up yang dibuat sekolah???

Kedua, oke, rapor Aldi hilang. Tapi guru-guru satu sekolah tempat Aldi belajar kan tidak buta, mereka pun menyaksikan Aldi sekolah di SD tersebut sampai naik kelas 5. Masak sih harus mengulang dari kelas satu???

wongcrewchild said...

sangat memprihatinkan, tdk kbayang bsa trjdi sprti itu...

Anonymous said...

ya ampyun sekolahnya kejam bener ... (>_<)
kalo tetap ga bisa. ya wes ikut paket aja ... paket A klo ga salah mah .. :D

eksak said...

Pihak sekolahnya Indonesia banget, tuh! :sick 'n brutal! Satu lagi: kesurupan! Bhahaha #miris

Lidya Fitrian said...

sayang sekali ya, apabisa kalau mengikuti semacam kejar paket gitu untuk mendapatkan ijazah SD jadi tidak perlu sekolah dari kelas satu lagi apalagi anaknya cukup pintar

Ujang Arnas said...

GIleeeeee. cuma bisa itu sama pihak sekolahnya daeng ~

Unknown said...

keterlaluan,,,,astaghfirullah,,,

ichwan POINGAME.COM said...

ngeriiiiii dan gilaaa gan,,,kalo di tempat saya bisa di urus tu,,,

wawasan said...

Kunjungan kembali di sini sahabatku.......
Raport hilang memang bisa menimbulkan stress, ......
jadi sulit, mungkin ini yg namanya kesalahan kita juga....
artinya hal sebenarnya penting di sepelekan.....
terimakasih sobat

yadibarus said...

Gimana sih itu kepala sekolah beserta staf-stafnya? apa menjadi massalah besar menggantikan rapor yang hilang tersebut? apa pantas dia menghukum anak-anak seperti itu, kalo memang dikenakan biaya untuk penggantiannya, sudah pasti orang tuanya akan menerima biaya tersebut. Sadarlah Bapak kepala sekolah dan staf-staf, tidak perlu menghukum sampe sejauh itulah, masih ada jenis hukuman yang lebih layak.

Asuka said...

Wah,udah lama bgt saya gak kesini. Maaf sob,banyak urusan. :D

kalo sekolah kaya gitu sih mending ditutup. Masa no induk siswa aja sampe ga punya.. Parah.

Quantum Artikel said...

waaa, gla bener.
kenapa harus begitu?