Hariyanto Wijoyo
|
29
komentar
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. Bersabda,
“Tidaklah berkumpul suatu kaum dalam satu rumah dari rumah-rumah ALLAH, mereka membaca kitab ALLAH, saling mengajarkannya sesama mereka, kecuali diturunkan kepada mereka sakinah, rahmat menyirami mereka, para malaikat akan mengerumuni mereka, dan ALLAH akan menyebut-nyebut mereka di kalangan malaikat yang ada di sisi-NYA.”
[HR .Imam Muslim dalam Shahihnya no. 4867]
Assalamualaikum sahabat-sahibit blogger se-dunia di manapun kalian berada. Hari Selasa (27052014), saya diajak oleh ustadz Sudirman, ke sebuah pulau di sekitaran kota Makassar. Pukul sembilan pagi lebih sedkit, dengan berboncengan motor andalanku, si merah Kawasaki Athlete, kami sudah beranjak meninggalkan pelataran parkir Masjid Al Markaz Al Islami Kota Makassar dengan tujuan kami hari ini adalah Pulau Lakkang.
Kunjungan kali ini, dalam rangka
Syiar dan Dakwah Islam di Pulau Lakkang oleh para mubaligh muballigha Masjid Al Markaz Al Islami, di akhir bulan Rajab, bertepatan dengan hari libur Isra Miraj. Dan ustadz Sudirman adalah salah seorang diantaranya, namun dia tidak berangkat bersama rombongan yang berjumlah sekitar 20-an orang, karena ustadz Sudirman mesti menyelesaikan urusannya terlebih dahulu dipanti asuhan Nur Al Yatima, binaannya yang terletak di jalan korban 40.000 jiwa. Selepas dari panti asuahn tersebut, kami langsung menuju ke dermaga penyeberangan ke Pulau Lakkang, yang terletak di sekitar kawasan pergudangan industri Makassar di Jl Tol Ir Sutami.
Untuk mencapai dermaga itu, jalan yang kami lalui sungguh berliku, karena menggunakan sepeda motor, kami melalui jalan yang terletak di samping jalan tol, melalui terowongan, kemudian melalui jalan yang tak beraspal. Lubang-lubang hasil jejak truk dan kendaraan dengan tonase besar menghiasi jalan yang tak beraspal itu, lalu motorku mulai menyisir jalan setapak, yang diapit oleh tambak dan sawah. Butuh kehati-hatian melintasi jalan ini, salah perhitungan, bisa-bisa motor dan penumpangnya jatuh tercebur ke dalam sawah atau ke dalam tambak.
Beruntunglah cuaca agak cerah saat itu, sehingga jalannya tak terlalu becek. Mendekati lokasi dermaga penyeberangan, barulah nampak jalan yang dipasangi paving block, namun itupun hanya beberapa meter saja. Dua perahu penyeberangan sudah menanti, dan nampak satu perahu penyeberangan dengan muatan satu orang beserta motornya sedang menuju ke dermaga untuk berlabuh. Suasana agak sepi, karena calon penumpang yang akan menyeberang, hanya kami dua orang saja,
Tak berapa lama menunggu, akhirnya kami pun, beserta motorku, menyeberang menuju Pulau Lakkang, dengan menggunakan perahu penyebrangan, yang ditopang oleh dua perahu kecil, dan menggunakan mesin motor tempel sebagai penggeraknya. Sekitaran lima menit melintasi sungai Tallo, sudah terlihat dari kejauhan dermaga penyeberangan di Pulau Lakkang. Alhamdulillah, akhirnya kamipun tiba di Pulau Lakkang. Meskipun saya sudah lama mendengar kabar tentang keberadaan Pulau Lakkang, namun baru kali inilah saya menjejakkan kaki di Pulau Lakkang.
Saya dan ustadz Sudirman di atas perahu penyeberangan
Pulau Lakkang sebenarnya adalah sebuah delta yang terbentuk dari endapan sedimen ratusan tahun, yang dikelilingi oleh sungai Tallo, lebar sungainya antara 10 meter, yaitu lebar sungai di sekitar dermaga, dan lebar 50 meter bila sudah berada di tengah sungai, dengan kedalaman 4 hingga 5 meter. Sepanjang pinggirang sungai ditumbuhi oleh pohon nipah dan bakau, membuat pandangan mata menjadi sejuk saat menuju ke Pulau Lakkang,
Secara struktural administratif pemerintahan kota Makassar, Pulau Lakkang yang dihuni sekitar 125 kepala keluarga, adalah Kelurahan Lakkang dengan luas wilayah 165 hektar, yang masuk dalam wilayah Kecamatan Tallo. Masyarakatnya dominan hidup sebagai pengelola tambak ikan, dab sebagian kecil hidup sebagai petani yang bekerja di sawah, dan Konon kabarnya, Islam sudah masuk di Pulau Lakkang sejak abad ke 14.
Di Pulau Lakkang, saya dan ustadz Sudirman langsung menuju ke salah satu masjid, dari dua masjid yang ada di pulau tersebut, yaitu Masjid Nurul Ikhlas yang sementara di renovasi. Di Masjid inilah kami menunggu kedatangan rombongan mubaligh muballigha Masjid Al Markaz Al Islami, sambil menunggu, saya bersenda gurau dengan tiga orang anak yang merupakan penduduk asli Pulau Lakkang.
Dua orang duduk di kelas enam SD yaitu Ibrahim Nuru dan Zulfiadi, dan seorang lagi sudah kelas satu SMP yaitu Muchlis, yang sosok dan raut wajah serta rambutnya seperti Haikal, tiba-tiba saya jadi teringat kisah laskar pelangi, saat melihat ketiga anak ini.
Dari Kiri, saya, Muchlis, Ibrahim dan Zulfiadi
Tak ada SMA di pulau Lakkang, yang ada cuma SD dan SMP, jadi kalau ketiga anak ini ingin melanjutkan jenjang pendidikannya, maka mereka harus menyeberang sungai untuk bisa mendaftar pada SMA yang mereka inginkan. Padahal, dari Pulau Lakkang kita bisa melihat jelas kemegahan gedung Graha Pena, Universitas Muslim Indonesia, dan Universitas 45, namun sayang, masyarakat di Pulau Lakkang masih terpinggirkan oleh pemerintah Kota Makassar. Sementara itu Pulau Lakkang sudah dijadikan sebagai daerah percontohan pariwisata oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Kota Makassar.
Menjelang Dhuhur, rombongan mubaligh muballigha Masjid Al Markaz Al Islami pun tiba di Pulau Lakkang, yang segera membagi diri, sebahagian di Masjid Nurul Ikhlas dan sebagian lagi di Masjid Nurul Anshar. Dalam rombongan nampak Ustadz Rochman Farid, Ustadz Sulaiman Gozalam, Ustadz Amir Machmud, Ustadzah dr. Aisyah (seorang mualaf, mantan pendeta nasrani yang memeluk agama Islam), dan para mubaligh muballigha muda Masjid Al Markaz Al Islami, yang baru saja mengikuti Pelatihan Mubaligh Mublaligha Masjid Al Markas Al Islami Kota Makassar. Ustadz Sudirman, melalui handphone diinstruksikan untuk bergabung dengan rombongan di Masjid Nurul Anshar.
Di Masjid Nurul Anshar, Ustadz Sudirman memberikan ceramah sesudah menunaikan sholat Dhuhur berjamaah, kemudian dilanjutkan oleh ustadz Rochman Farid, ketua Majelis Mubalig Masjid Al Markaz Al Islami. Sementara di Masjid Nurul Ikhlas, ceramah dibawakan oleh ustadz Sulaiman Gozalam. Ceramah di kedua masjid tersebut berjalan dengan interaksi yang sangat baik, karena terjadi dialog dan tanya jawab antara jamaah yang hadir dan penceramah.
Ustadz Sudirman sedang berceramah di Masjid Nurul Anshar
Ustadz Rochman Farid berceramah di Masjid Nurul Anshar
Ustadz Sulaiman Gozalam berceramah di Masjid Nurul Ikhlas
Ceramah berlangsung sekitar satu jam lebih, setelah itu, rombongan beristirahat dan makan siang di rumah Haji Rasido, yang bertindak sebagai tuan rumah. Sajian ikan dan udang yang begitu segar, hasil dari tambak, dan belum terkena es, sungguh membuat nafsu makan jadi menggelora, apalagi sayur dan irisan jambu bowl benar-benar membangkitkan selera, hingga tak terasa semua sajian itu habis tuntas, dan hanya piring kosong yang tersisa...alhamdulillah.
Suasana Makan Siang di rumah Haji Rasido
Para Mubaligh Muballigha istirahat sambil berdiskusi di pekarangan rumah Haji Rasido
Lalu caramah di lanjutkan kembali setelah sholat Ashar berjamaah, dan kali ini bertukar tempat, rombongan yang semula di Masjid Nurul Anshar pindah ke Masjid Nurul Ikhlas, dan rombongan yang di Masjid Nurul Ikhlas, pindah ke Masjid Nurul Anshar. Dengan demikian, ke dua masjid yang ada di pulau ini, mendapatkan jatah dan materi dakwah serta penceramah yang sama dan berimbang.
Jam di layar smartphone menunjukkan pukul 16.30, saatnya untuk berpamitan kepada masyarakat yang ada di Pulau Lakkang. Akhirnya kamipun berangkat untuk kembali ke Masjid Al Markaz Al Islami, dan kali ini, saya bersama ustadz Sudirman, ikut dengan rombongan , yang berangkat melalui dermaga penyebrangan dekat Masjid Nurul Anzhar, yang merupakan dermaga penyeberangan yang terkoneksi dengan dermaga penyeberangan Kera-kera di Kampus Universitas Hasanuddin, Tamalanrea, Makassar.
Suasana di atas perahu penyeberangan saat Back to Masjid Al Markaz Al Islami
Perahu penyeberangan perlahan meninggalkan dermaga Pulau Lakkang, melintasi sungai Tallo dengan mesin motor tempel yang khas, mengangkut dua puluh-an orang mubaligh muballigha usai menunaikan tugas melaksanakan
Syiar dan Dakwah Islam di Pulau Lakkang. menuju dermaga Kera-kera di Kampus Unhas Tamalanrea.
Entah kapan dan kemana lagi target syiar dan dakwah Islam selanjutnya, saya juga belum tahu, namun saya siap menunggu kabar dan ajakan dari Ustadz Sudirman.
Bila sudah ada kabar dan ajakan, tentunya saya akan dengan senang hati akan ikut bergabung, demi menyebarkan syiar dan dakwah Islam di negeri ini, khususnya di Kota Makassar, apalagi bulan suci Ramadhan sudah semakin dekat.
Memperbanyak amal ibadah di bulan Rajab, Syahban sebelum memasuki bulan Ramadhan, sangatlah dianjurkan. Semoga saja ALLAH SWT mempertemukan kita semua dengan bulan suci Ramadhan....aamiiinnnn.
Tabe, salama' ki'
Keep Happy Blogging Always, Mari ki' di',,salam :-)
Category
:
Al Markaz Al Islami
,
Celebes
,
Doa Ibadah
,
INDONESIA RAYA
,
Makassar
,
My Life
,
Pulau Lakkang
,
Sulawesi Selatan
,
Traveler Blogger
sudah banyak perbedaaan seprtinya lama tidak mampir kesini :)
Pulau Langkkang tempat yang indah, apalagi bisa meyusuri sungai-sungai seperti itu ya Kang, perjalanan dakwah yang penuh perjuangan.
Salam
salut Mas, yang kayak gini bakalan jadi energi luar biasa dalam dunia dakwah kita. dan yang pasti untuk Mas Hary sendiri, saya yakin rasanya "nyess" luar biasa setelah melakukan kegiatan di pulau Lakkang itu. kayak hape baru dicharge ya rasanya. top Mas. salut.
btw koq ya masih berasa marjinal ya Mas kawasan delta ini. padahal dekat sekali dengan pusat pemprov Sulsel ya.
Suka sama kehidupan masyarakat Pulau Lakkang
Subhanallah...sungguh sebuah perjuangan yang tidak ringan dalam sebuah dakwah menyiarkan Islam hingga ke pelosok sampai kepojok, semoga limpahan rahmat dan pahala bagi abang Cs...aaamiiiiin
Sayang sekali Bang Hari saya belum pernah kesana..hhhddeechh..hahahyy
Semoga ceramahnya menyejukkan yaa.. orang indonesia gak butuh ceramah yg isinya menebar kebencian, penyerangan budaya daerah, dll. Tapi butuh ceramah yg menyejukkan, yang membuat hati ini tergerak untuk berbuat baik dan menyayangi sesama, bukan malah sebaliknya, membenci.
Hehehehhee...
wah sungguh damai melihat dakwah islamiyah yang santun dan menyejukkan. semoga dakwah islamiyah dapat dipahami secara baik dan dilakukan secara baik pula oleh masyarakat muslim dunia...aamiin aamiin :)
salut sekali pada para pendakwahnya yang telah sukarela bersusah payah melakukan syi'ar islam meskipun didaerah terpencil sekalipun
Wah.. Mulia sekali tujuannya ya, Bang.. Aku salut juga sama perjuangan anak sana yang kalo mau sekolah SMA aja harus nyeberangin sungai. Mana luas lagi sungainya.. Ngga ada dibikin jembatan kah? Kasian penduduk di sana, kesannya diskriminasi..
kunjungan perdana gan salam kenal, smoga bisa lebih akrab hehe
Unik juga ya.. ini Pulau Lakkang ada di tengah sungai ya bukan di laut
Semoga menjadi berkah dan ladang paha atas segala amal kebaikannya..amiin
Subhanallah,,pulaunya indah banget,,aku pengen duduk2 di p[elataran rumah itu sambil bermain air,,salut sama Om,,walau usia sudah tua jiwa tetap muda,,rajin sekali mengikuti kegiatan yg seperti ini sebagai bekal di akherat,,semoga nular pada saya,,rajin mengikuti kegiatan sperti ini :)
Assalaamu'alaikum wr.wb, mas Hariyanto.....
Pengalaman mas Hariyanto di atas sangat mengujakan. Pergi ke Pulau Lakkang untuk berdakwah selain dapat menikmati rezeki dari Allah dan pemandangan indah yang disajikan. Nikmat Tuhan mana yang hendak didustai setelah semuanya menjadi mudah dalam bantuan-NYA.
Satu nikmat yang tidak sering datang kepada semua orang apabila bisa mengikuti rombongan untuk berdakwah di mana-mana di bumi Allah ini. Membaca pengalaman mas Hariyanto mengiringi rombongan pendakwh ke Pulau Lakkang dan terlibat menjayakan semua aktivitinya memerlukan komitmen dan hasrat murni dalam mengembangkan syiar Islam. Mudahan segala aktiviti yang bakal dilakukan di kemudian hari di tempat lain, juga dimudahkan Allah SWT.
Semoga diganjari Allah SWT semua yang dilakukan untuk jalan Allah.
Salam hormat takzim dari Sarikei, Sarawak. :)
SITI FATIMAH AHMAD
aamiiin, senang ya bisa syiar sekaligus menikmati pemandangan alam yang indah itu. Jujur deh om, aku baru tahu pulau Lakkang dari postingan om...
Ya Allah, mas hariyanto!! terharu sekali melihat perjuangan menuju ke pulau lakkang, menyebarkan dakwah.. Subhanallah!!
Mas, pasangan sahabat itu sahibit yah? *iniceritanyaIshmahbenerangatau
barokallah
serasa sejuk hati saya membaca posting bertema religius ini
selamat berjuan shohib,. semoga menjadi catatan amal tambahan,,,
salam buat rekan da'i semua yang turut pada rombongan ini.. syukron
pariwisata sudah dperhatikan,, tuk pendidikan belum ya mas,,,
moga ke depannya mendapatkan perhatian dan bisa lebih maju
aku sangat salut sekali dengan semangat dakwahnya, jalan berliku dan naik perahu ditempuh dengan rasa semangatnya. salam sukses, semoga diberi kesehatan terus sehingga bisa berdakwa ke berbagai pelosok lainnya.
Perjalanan syiar dan dakwah yang luar biasa ya Bang. Salut dengan para ustadz yang memiliki semangat dakwah yang tinggi.
Semoga segera ada SMA atau yang sederajat di Pulau Lakkang.
jayalah islam selamanya
dakwah memang selamanya takkan pernah mati
waduh selain pemandangan yang asing di mata saya tetapi yang namanya perjlanan membuat fresh menurut saya apalagi dalam syiar tambah berkah lagi perjalanan nya :)
Laskar Pelangi memang fenomenal sekali yah Pak...
sampai2 Pak Hariyanto teringat mereka saat ke Pulau Lakkang.. ^_^
ikut mengaminkan do'anya.. semoga berkah selalu ya Pak :-)
semoga mendapat barokah dari Allah SWT, mas Har. Dengan syiar islam Allah selalu memberikan jalan buat kebaikan, baik diri sendiri, keluarga dirumah, orang tua ataupun orang lain. Amiinnn...
Salam.
sudah lama tidak bertamu ke sini, ternyata sudah banyak tulisan yang saya lewatkan.
tulisan ini keren mas, mengingatkan satu daerah di dekat daerah saya juga (masih Jawa Barat). Kondisinya hampir sama, sayangnya yang datang bukan yang akan bersyi'ar.. tapi gospel...
bagus sekali mas, ditambah dengan tujuan syiar nya, insha Allah barokah...:)
Aku sempet mau ke sini tp batal gara2 ujan tahun kemarin waktu ke makassar