Kapal Pinisi Warisan Leluhur Kebanggaan Nusantara
Saat itu kapal tersebut berhasil dibuat, lalu diluncurkan ke tengah lautan dan mulai berlayar. Akan tetapi di tengah pelayaran, musibah menimpa kapal tersebut. Ombak badai menerpa dan menghancurkan kapal tersebut, membuat bagian-bagian Kapal terpisah, sehingga badan kapal terdampar di dusun Ara, layarnya mendarat di Tanjung Bira lalu isinya mendarat di Tanah Lemo.
Perisitiwa itu menjadi pesan simbolis bagi masyarakat Desa Ara yang menyadarkan bahwa untuk menaklukkan lautan dan samudra mereka harus bekerjasama. Sejak itulah, orang Desa Ara hanya mengkhususkan diri sebagai pembuat perahu. Kemudian orang Tanjung Bira yang mengkhususkan diri untuk belajar perbintangan serta tanda-tanda alam.
Sedangkan orang Tana Lemo menjadi pengusaha/pedagang yang memodali dan menggunakan perahu tersebut. Pembagian tugas ini kelak menjadi tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abab hingga saat kini, dan semua itu berujung pada pembuatan sebuah kapal kayu tradisional yang sangat terkenal hingga zaman kini, kapal kayu itu disebut Pinisi.
Kapal Pinisi adalah kapal kayu legendaris yang berasal dari Sulawesi Selatan, dan diperkirakan mulai digunakan sebelum tahun 1500-an. Kapal yang secara tradisional di buat di Bumi Panritaloppi (Negeri Para Pembuat Perahu), yakni di Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, merupakan warisan leluhur yang menjadi kebanggaan bangsa dan negara Indonesia. Dan sentra industri rakyat pembuatan Kapal Pinisi ini tersebar di Desa Bira, Desa Ara, Kelurahan Tana Beru dan Kelurahan Tana Lemo, sekarang dipusatkan di Kawasan Industri Kapal Rakyat yang terletak di Tana Beru.
JENIS KAYU YANG DIGUNAKAN
Adapun jenis kayu yang digunakan pada Kapal Pinisi terdiri dari beragam kayu, sesuai peruntukannya. Pada lambung perahu, yaitu pada bagian lunas dan papan terasa, digunakan kayu suryan naknasa yang berusia 40-50 tahun, kayu jati, kesambi, ulin dan bayam. Sementara bagian lepe, kalong, papan lamma dan kamar menggunakan kayu coke dan cempaga.
Teknik penyambungan ujung papan Kapal Pinisi disebut sambungan Hongga, yaitu papan saling menindih seperti susunan batu bata, dengan cara ini diyakini papan akan saling menguatkan. Setiap susun papan dirangkai dengan menggunakan pasok kalli (paku kayu) yang jaraknya 20 cm. Selain itu ada juga sambungan papan yang namanya sambungan laso dan sambungan jambatang.
Ukuran Kapal Pinisi ada beberapa macam, paling kecil berbobot 30-40 ton, dengan panjang kapal 17 meter, dan ukuran lunas 33x25 = 8, 25 meter. Sedangkan kapal terbesar berbobot 90-100 ton, dengan panjang kapal 25 meter, serta ukuran lunas 51x25=12,75 meter.
Pada tahap pembuatan Kapal Pinisi, yang pertama kali dibuat adalah Lunas Kapal, dimana lunas adalah bagian terbawah dari kapal dan merupakan dasar kosntruksi kapal Pinisi. Lunas ini harus bisa digunakan dalam mengatasi kerusakan, apabila kapal mengalami kandas saat di lautan.
Adapun penetapan tiang utama dan layar pendukung itu tidak dilakukan secara serampangan, tapi dikaitkan dengan sisi religius yang sangat Islami, oleh karena itulah maka dua tiang layar utama dibuat sebagai simbolis dua kalimat Syahadat, sedangkan tujuh buah layar pendukung merupakan simbolis tujuh ayat dari dari surah Al Fatihah.
Sebagai tahap akhir dari pembuatan Kapal Pinisi adalah peluncuran kapal dengan menurunkan kapal dari landasan dengan menggunakan balok besar dan panjang agar kapal tidak rebah saat di dorong ke lautan.
Sahabat-sahibit blogger sedunia bisa membaca artikel mengenai proses pembuatan Kapal Pinisi di http://hariyantowijoyo.blogspot.com/2014/05/tana-beru-surga-pembuat-kapal-phinisi.html dan kalian dapat menyimak perjalananku sebagai seorang traveller blogger menjelajahi Tana Beru di http://hariyantowijoyo.blogspot.com/2011/08/industri-perahu-tana-beru-bulukumba.html.
Melihat dari teknologi yang digunakan dalam pembuatan Kapal Pinisi, bisa dibayangkan, bahwa sebelum tahun 1500-an para leluhur bangsa ini sudah memiliki teknologi yang sangat canggih, bahkan tak kalah canggihnya dengan ilmu teknik perkapalan dan teknik sipil yang ada pada zaman kini. Tak heran bila akhirnya dinyatakan bahwa Kapal Pinisi Warisan Leluhur Kebanggaan Nusantara.
Benar-benar sungguh luarbiasa nenek moyangku orang pelaut, gemar mengarung luas samudra menerjang ombak tiada takut menempuh badai sudah biasa......
Tabe' salama' ki'
Keep Happy Blogging Always, mari ki' di' :-)
Category : Celebes , INDONESIA RAYA , Industri Kapal Rakyat , Kabupaten Bulukumba , Pinisi , Sulawesi Selatan , Tana Beru , Traveler Blogger
ternyata Nenek Moyang kita dalam bidang tekhnologi pelayaran sudah sangat maju ya pak :)
Keren Mas hehe
keluarga saya di Bekasi malah punya replika beberapa buah Pinisi sebagai hiasan rumah, salah satunya bahkan ada yang besar ukurannya kira-kira P.1,5m L. 0,5 m an gituh deh sangat detail pulak..bang, di pajang dan di tempatkan di tengah rumah, maklum kakek buyutku adalah pelaut...Pinisi emang makjleb seh bang
luar biasa ya karya orang dulu bagus bagus bisa membuat kapal yang begitu megah dan mewah ya pak, salam :)
Jadi inget waktu Sekolah disuruh baca sejarah kapal di nusantara...
Nice post...thanks for sharing
nenek motyang orang bulukumba khsusnya, sulses umumnya memang arsitek ulung untuk teknik kapal laut ,, dan kehebatannya sudah diakui oleh dunia,,,,,,,
nenek moyangku memang benar benar seorang pelaut,,,,
hehe salam sukses selalu dari jogja
wah tulisan pertama ngilang, pas listrik mendadak mati, hehe
nenek moyang orang bulukumba khususnya dan sulsel umunya memang sudah di akui dunia keberadaannya mengenai teknik pembuatan kapal kayu.......
makanya lagu nenek moyangku seorang pelaut itu memang cocok ya pak. hehe
slm sukses selalu dari jogja
wah keren banget mas kapalnya, kirain saya kapal buat luar, ternyata buatan lokal ya? Pantes aja lagu nenek moyangku seorang pelaut melekat banget dengan Indonesia, jadi sangat cocok banget nie pemerintahan sekarang yang lebih mengusung kelautan dan kemaritiman... Dari puluhan tahun kenapa bangsa ini tidak memanfaatkan potensi laut kita yang begitu kaya dan baru pada pemerintahan sekarang tentang kelautan dijadikan prioritas utama, mudah-mudahan kedepannya bansa ini jadi lebih baik dan sejahtera :)
Assalaamu'alaikum wr.wb, mas Hariyanto... saya sangat tertarik dengan tiang-tiang layar kapal pinisi yang disimbolkan kepada dua kalimah syahadah dan 7 ayat dari surah al-Fatihah. ternyata orang dahulu sangat kuat agamanya dan sentiasa mengingati Allah walau di mana pun mereka berada. Semoga kita mengambil iktibar dari kekuatan rohani dan keteguhan hidup orang dahulu dalam menempuh cabaran. Salam hormat dari Sarikei, Sarawak.
wah ternyata pembuat kapal pinisi masih ada ya? sungguh warisan yang luar biasa,, semoga masih tetap ada generasi pembuatnya
banyak sekali ilmu yang saya serap dari cerita tentang kapal ini, apalagi tentang tekhnik pembuatannya.. makasih ya..
nah itulah indahnya kerjasama.... pemodal, pembuat kapal dan yang melihat ilmu perbintangan, Btw kapal yang sudah jadi mana om fotonya
Tahu nggak pak. Saya tuh kolektor miniatur perahu. Saya punya berbagai macam model miniatur perahu dari berbagai tempat, berbagai model bahkan aku juga punya model perahu dari film kartun. Nahhh... aku punya miniatur perahu phinisi loh. Suka aja liat mereka.
Kerennn, aku bangga dengan nenek moyang kita, informasinya lengkap dan sangat bermanfaat! Trims
mampir setelah sholat tahajud (hlaaa.....somboong-nya)
cuman pengen ngajak abangku yang ganteng bikin kopi susu dan mengudap Ubi Cilembu hangat sambil bloging, loging dan nungging
Wah... ketangguhan Kapal Pinisi memang sangat sesuai dengan bahan yang sangat berkualitas. Tapi kabarnya pengrajin kapal pinisi semakin berkurang mas... Salam Kenal
denger" untuk sampe daerah tersbut perjalanannya mantap abis ya pak har?? wah kerennn dah sulawesi selatan moga bisa sampe situ jua aamiin salam saking Jogja ^-^ kapal Pinisi emang kereeennn
nenek moyang Indonesia memang hebat sekali. Dengar-dengar katanya nenek moyanglah yang telah memperkenalkan sebuah perahu ke banyak tempat sehingga banyak orang yang membuatnya sekarang. Entah kenapa ahli sejarah di TV9 mengatakan hal tersebut, kalau memang benar ya berarti hebat sekali kerajaan Majapahit itu.