Mancing Ikan Patin di Tempat Pemancingan Al Fathin Cindai Alus Martapura


Apabila sahabat sahibit blogger sedunia berkunjung ke Martapura, Kalimantan Selatan, makan bukan hanya untuk berwisata religi, sembari mencari batu permata dan batu akik, namun sekarang juga ada sarana Wisata Mancing. Dan salah satu destinasi wisata mancing yang cukup tersohor adalah Tempat Pemancingan Al Fathin. Konon kabarnya di sini kita bisa mancing sepuas hati ikan yang ada di danau buatannya, yaitu ikan Nila dan Ikan Patin


Sabtu, (19122015) jam 10.00 pagi, saya dan Efran, bergandengan naik sepeda motor, sudah meninggalkan rumah di Komp Green Tasbih, Kota Banjarbaru, menuju lokasi Pemancingan Al Fathin, di Cindai Alus, Martapura, Kabupaten Banjar. Di mana di situ tempat pelaksanaan hajatan Arisan Keluarga Lampung kali ini diadakan. Mengapa Arisan Lampung, karena istriku berasal dari Lampung :-)

Namun kali ini bukan mengenai arisan yang menjadi inti dari artikelku. Sahabat-sahibit blogger se-dunia, jadi topik postinganku, adalah kisah mengenai tempat lokasi pemancingan AL Fathin dan suka duka yang menghiasinya..pokoknya seru...menurut saya loh, apalagi di sini saya buka-bukaan rahasia bagaimana caranya bisa dapat ikan Patin seperti yang ada pada foto di atas :-).

Berhubung saya dan Efran belum pernah kesana, maka salah satu cara agar bisa sampai dengan selamat di tujuan, yaa mencari informasi kepada setiap orang yang kami temui di jalan. Orang yang pertama saya temui adalah salah satu pemilik toko di Sungai Sipai, saat saya menanyakan lokasi pemancingan Al Fathin, yang konon kata orang-orang sich cukup terkenal, namun pemilik toko itu malah menjawab tidak tahu dan belum pernah mendengar sama sekali mengenai lokasi tempat pemancingan itu.

Hampir patah semangat-ku mendengar jawaban pemilik toko itu, sewaktu mau melanjutkan perjalanan, ada seorang bapak penjual pentol yang akan memarkir motornya di samping motorku. Basa-basi saya pun menanyakan hal yang sama kepadanya, eh malah bapak itu malah menjelaskannya secara mendetail, ke arah mana yang harus saya tuju, agar bisa sampai di tempat pemancingan Al-Fathin.

Saran bapak itu, yang pertama kali harus saya cari adalah daerah yang bernama Cindai Alus, baru dari situlah bisa tahu ke arah mana lokasinya AL Fathin. Alhamdulillah, akhirnya ketemu juga dengan orang yang bisa menunjukkan jalan yang benar.

Setelah menemukan daerah yang bernama Cindai Alus, sayapun bertanya lagi kepada penjual Es Nyiur, lalu ditunjukkan arahnya, yang katanya sich jaraknya tempat mancing Al Fathin sekitar 3 kiloan lagi…Alhamdulillah wa syukurillah, ketemu lagi dengan penunjuk jalan kebenaran.

Tapi setelah 3 kilometer berjalan, belum juga ada petunjuk mengenai tempat pemancingan Al Fathin, bahkan sekarang sudah 4 kilometer lebih. Malu bertanya, jalan terus …yaa pasti tersesat. Karena tak mau sesat, aku pun mapir bertanya kepada para tukang yang sedang istirahat. Dan benar aku dan Efran hanpiir tersesat, karena sudah melewati jalan menuju ke lokasi Al Fathin, kami diharuskan balik lagi oleh para tukang tersebut.

Dalam perjalanan balik, kami bertemu sepasang pria dan wanita yang juga berboncengan naik sepeda motor. Setelah bertanya dan menjelaskan ke mana tujuan kami, pria itu lalu menawarkan akan mengantar kami hingga ujung jalan yang menuju ke lokasi pemancingan Al Fathin, kami pun dengan senang hati mengiyakan.

Akhirnya kami tiba di ujung jalan yang menuju ke lokasi pemancingan Al Fathin, di situ ada terpasang papan nama dari Pondok Pesantren Darul Hijrah Putra. Menurut informasi dari pria yang mengantar kami, lokasi AL Fathin berdekatan dengan Pondok Pesantren tersebut, ikuti saja jalan-nya, bila sudah bertemu Pondok Pesantren-nya…tak lama lagi akan sampai di lokasi pemancingan Al Fathin.

Dengan haqul yakin, setelah mengucapkan terimakasih, kami melanjutkan pencarian ini. Sambil mengendarai motor, mataku melahap semua pemandangan di kiri dan kanan, hingga akhirnya kami menemukan petunjuk kea rah pemancingan dan pondok pesantren. Dan benar saja, setelah kami melihat pondok pesantren-nya, tak lama kemudian, lokasi pemancingan Al Fathin pun terlihat persis di ujung jalan yang beraspal habis.

Lokasi tempat pemancingan Al Fathin sungguh luas, danau buatan-nya di keliling oleh kurang lebih empat puluhan pondok untuk mancing. Semua pondok mancing terbuat dari “Kayu Ulin” dan beratapkan “Spandex”. Selain itu, ada juga satu pondok besar yang berfungsi sebagai rumah makan, dan beberapa pondokan kecil yang menjajakan minuman.


Jalannya belum diaspal atau dipasangi “Paving Block”, hanya berupa tanah yang sudah dipadatkan dan dilapisi pecahan batu di atasnya. Mobil bisa langsung diparkir dekat pondok mancing yang ada, sementara motor harus diparkir dekat pondokan rumah makan. Jadinya saya dan Efran harus berjalan kaki mencari di mana pondok untuk Arisan Keluarga Lampung.

Alhamdulillah, ketemu juga pondoknya, ada dua pondok mancing yang disewa untuk hajatan Arisan Keluarga Lampung. Saya dan Efran tiba sekira hampir jam 12 siang, ternyata bukan kami yang terakhir tiba, masih banyak anggota Arisan Keluarga Lampung yang juga belum tiba. Bahkan ada yang sedang dituntun oleh Bang Hairul melalui handphone untuk menuju ke lokasi pemancingan AL Fathin.

Semua pondok pancing sudah disewa oleh para pemancing beserta keluarganya, dua pondok dari tempat kami, ada kelompok mancing yang sebagian besar terdiri dari dari wanita. Mereka mancingnya di pinggir danau buatan, namun hampir setiap saat pancingan-nya berhasil mendapatkan ikan. Bahkan ada yang baru saja melempar mata pancingnya masuk ke dalam danau, tak sampai semenit, ia sudah menarik mata pancing-nya dari danau, dan di ujung mata pancing-nya ada seekor ikan nila yang menggelepar.

Iyyaa..di danau buatan tempat pemancingan AL Fathin, yang banyak didapati adalah ikan Nila dan Ikan Patin. Kata penjaga-nya, sudah tiga hari, ikan-ikan di danau buatan itu tidak dikasih makan. Jadi mereka kelaparan semua, pantas saja ibu-ibu tadi gampang banget mincing-nya. Saya malah ditertawai karena menanyakan apakah di danau ini bisa mancing cumi-cumi ???

Persis di samping kiri pondok kami, ada kelompok mancing yang boleh saya sebut sebagai pemancing professional, mereka terdiri dari lima orang pemancing. Betapa tidak, mata pancing yang mereka lemparkan,jauh ke tengah danau, dan saat pancingan mereka mendapatkan sasaran, lalu ikan-nya ditarik ke darat dan ditaksir kira-kira beratnya berapa kilo, setelah itu, ikan hasil pancingan-nya pun di lepas lagi ke dalam danau….wow !!!

Padahal ikan yang diperoleh adalah Ikan Patin dengan berat rata-rata 3 hinggga 4 kiloan lebih. Tapi Rupanya bukan ikan yang jadi sasaran pancing mereka, melainkan mereka sedang taruhan, siapa yang dapat ikan paling besar dan paling berat, maka akan menjadi pemenangnya. Dan setiap orang taruhannya adalah sebesar minimal 400 ribu, jadi kalau berlima, maka taruhannya menjadi 2 juta rupiah.,, ruaaarrrrrr biasssaaa.

Dua Orang Dari Kelompok Mancing Proffesional Sedang In Action !!!

Ada juga kelompok mancing yang tidak taruhan, tapi benar-benar mancing ikan, seperti yang ada di samping kanan pondokan kami. Namun dari tadi saya perhatikan, belum ada satu ekor ikan-pun yang mereka dapat, padahal mata pancing-nya juga di lempar jauh ke tengah danau. Kok bisa ya…atau mungkin cocok dengan apa yang dibilang salah seorang pemancing di samping kiri pondokan kami, “Doanya yang beda…”

Tempat ini sebenarnya lumayan representative dan menyenangkan, namun kurang di optimalisasi. Banyak pepohonan berbatang keras yang ditanam, seperti pohon kelapa, mangga dan lain sebagainya, namun belum-lah terlalu rimbun, tingginya pun hanya sebatas kepala orang dewasa saja, butuh berapa tahun lagi untuk bisa jadi pohon peneduh.

Untuk tempat sholat saja, tak ada petunjuknya, kecuali kalau bertanya ke penjaga pondokan rumah makan, baru di antarkan ke sebuah ruangan kecil untuk sholat. Kalau saya perhatikan, ruangan ini mungkin dipakai untuk senam atau aerobic, karena ada kaca besa yang terpajang memenuhi salah satu dindingnya.

Sungguh mengherankan bila tak ada tempat sholat, minimal Mushola, padahal lokasi pemancingan AL Fathin ini dekat dengan pondok pesantren, dan berada di Kabupaten Banjar, yang penduduknya terkenal sebagai masyarakat religious.

Demikian juga pondokan mancing-nya, letaknya agak jauh dari tepi danau buatan, sekitar empat meter, jadi kalau mau mancing, harus turun dulu dari pondokan. Padahal kalau lebih di dekatkan ke tepi danau, mungkin lebih asyik, karena pemancing tak harus turun dari pondok bila mau mancing, apalagi bila hujan turun, seperti yang kami alami hari ini. Saat hujan turun, semua pemancing terlihat naik ke pondok untuk berteduh, aktifitas mancing-pun jadi terhenti.

Satu-satunya yang terlihat mewah dan bagus adalah sebuah rumah berlantai dua, mungkin rumah dari pemilik lokasi pemancingan ini.

Namun apapun itu, tempat pemancingan Al Fathin sudah menjadi salah satu destinasi wisata mancing yang harus diperhitungkan untuk dikunjungi bila sahabat-sahibit blogger se-dunia berkunjung ke Kalimantan Selatan. Siapa tahu ada di antara kalian yang pingin mencoba bagaimana rasanya memancing dan mendapatkan hasil pancingan “Ikan Patin” dengan berat 4 kiloan lebih, seperti salah satu foto saya yang ada di bagian paling atas artikel ini.

Sperti yang saya sebutkan di awal artikel, sebenarnya ada rahasianya kalo mau dapat ikan Patin sebesar itu, kemudian di foto....tapiiiii Ssstt jangan bilang siapa-siapa yaa kalo rahassia-nya adalah.....sebenarnya itu hanya Ikan Patin pinjaman dari hasil tangkapan kelompok mancing professional…….. ha ha ha :-D

Waktu berjalan terus, keasyikan menonton orang mancing Ikan Patin di tempat pemancingan Al Fathin Cindai Alus Martapura, tak menyadari kalau semakin lama semakin banyak yang berdatangan ke tempat ini,…..dan setelah makan bersama serta arisan diputar, kini saatnya saya dan Efran harus kembali ke rumah. Dan kembali kami berjalan kaki menuju tempat parkiran motor, terlihat Efran berjalan telanjang kaki, sambil tangannya menenteng sepatu-nya yang lepas sol-nya….alamaaakkkkk.

Tabe, salama’ ki’
Keep Happy Blogging Always, mari ki’ di’ :-)

14 comments:

Unknown said...

wow kereeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeenn mau dung di ajak, hahahaha... wah benar benar sang petualang dari makassar nih..

slm dari jogja

Qaseh Vee said...

geda juga patin ya tu ...

Muhammad Albar said...

Wakakkaka kiraen itu ikan pagtin beneran yang bapak dapat ternyata pinjaman

Yanto cungkup said...

apa kabar mas?

saya sih nggak hobby memancing mas.tp kalau melihat hasil ikan yg segede itu jadi kepengen juga nih

yes it's me said...

nih kayak gini ini yang bikin Mas Hary awet muda
ntar kalo saya ke Banjar, saya coba cari tau pemancingan ini.

Grace Melia said...

Wuih, ikan nya super besar, mas Har. Kalau di sini, mancing 'hanya' di kolam pemancingan, nggak mungkin bisa dapat segitu besar deh. Ah, jadi kangen makan ikan di Banjarbaru :)

Hidayah Sulistyowati said...

Asik tuh kalo mancing cepet dapatin ikannya, tapi suamiku blg yg asik tuh nungguin mata kail kena ikan.

Nanik said...

hehehe... seandainya ikannya tahu kalau jadi obyek taruhan ya...

Terus pas pulang, bukan ikan hasil pancingan yang di tenteng, tapi malah sandal. Coba ada fotonya ya, tangan kiri memanggul joran, tangan kanan nenteng sandal :)

Ayu said...

kalau di sampit mancingnya ke teluk di ujung pandaran, bisa dapet ikan laut besar2

windah saputro said...

wiih, saya sih lebih suka makan ikannya daripada di suruh mancing. hihihi

Ade anita said...

Ahhh...aku kira beneran dapat ikan sebesar itu. Hahaha...minjam toh. Btw ..ikan nila itu ikan gurame ya? Sama gak sih?

rita asmaraningsih said...

Di Martapura ternyata habitatnya ikan patin juga ya Pak.. sama kayak di Palembang juga merupakan habitat ikan patin, selain ikan patin dari Sungai Musi, juga banyak peternak ikan yang membudi-dayakan ikan patin di kolam-kolam buatan..

Adi Pradana said...

Bintang, anak saya mulai suka mancin, tiap kali main ke rumah simbahnya pasti pengen macing di blumbang....

Kanianingsih said...

Kalo denger ikan patib jd inget anak soalnya namanya ada Fathin nya..mirip

Post a Comment