Kupu-Kupu Barong dan PNPM Mandiri di Pulau Bali

Assalamualaikum sahabat-sahibit blogger se-dunia.

Dua hari menjelang keberangkatan kami (saya dan istri ) ke Surabaya – Bali dan Lombok, saya menerima SMS pemberitahuan dari Air Asia, bahwa jadwal penerbangan Surabaya – Denpasar pada tanggal 12 Januari, yang semula sore hari akhirnya di majukan menjadi jam 12.00 siang waktu Surabaya. Tentunya kabar ini membuat kami kelabakan, karena kami masing-masing baru tiba di Surabaya sekitar jam 13.00., jadi bagaimana kami bisa melanjutkan penerbangan ke Denpasar. Karena sesuai rencana kami akam terbang ke Denpasar menggunakan pesawat Air Asia, namun ternyata rencana berubah seratus derajat.

Tapi apalah mau dikata, karena kami hanyalah penumpang biasa, maka perusahaan sekelas Air Asia bisa dengan sesuka hatinya merubah jadwal penerbangan-nya, tanpa mau tahu jadwal para calon penumpangnya yang sudah membeli tiket. Mau berbuat apa, kecuali menerima nasib dan segera ambil tindakan yang tepat dan cepat, agar kami tetap bisa ber Honeymoon Romantic ke Surabaya – Bali dan Lombok. Dan setelah sebelumnya, saya hanya memposting rangkuman dari kisah-kisah Honeymoon Romantic kami, maka inilah kelanjutan dari kisah-kisah perjalanan Honeymoon Romantic yang kami alami, dimulai dari perjalanan pertama ke Bali.

Akhirnya kami terbang ke Denpasar – Bali pada tanggl 12 Januari 2012, sekitar jam 18.00 dengan menggunakan pesawat Wings Air – ATR 72 500. Pesawat ATR 72 500 adalah pesawat penumpang regional jarak pendek bermesin Twin Turboprop yang digerakkan oleh baling-baling. Pesawat ini adalah buatan perusahaan pesawat Perancis-Italia,"ATR", dengan kapasitas nuat hingga 78 penumpang dalam konfigurasi kelas tunggal dan dioperasikan oleh dua kru penerbang.,

Di Bali kami di jemput oleh “Mamak” Ehsan, dan diantar untuk menginap semalam di rumah “Mamak” Zainuri. Mereka berdua adalah paman dari Wieka Wintari, istriku. MAMAK adalah bahasa Lampung, yang artinya paman atau om.

Mamak Zainuri tinggal di daerah yang terletak di Jalan Gunung Ringin V, di Dusun Astha Buana, Denpasar Barat. Kita harus melewati beberapa jalan kecil yang berkelak-kelok untuk bisa sampai ke rumah Mamak Zainuri. Jalan-jalannya tertata rapi dan mulus serta bersih. Lingkungannya juga tenang dan tidak begitu ramai, Dan seperti tempat-tempat yang berada di Bali, suasana di Jalan Gunung Ringin juga dipenuhi dengan bangunan yang bericiri khas arsitektur gaya bali. Bahkan rumah Mamak Zainuri juga penuh nuansa Bali.Meskipun berada di kawasan terpadat Denpasar, tapi rasanya adem untuk tinggal dan menetap berlama-lama di situ. Rupanya ini adalah efek sentuhan dari Program Nasional Program Pemberdayaan Masyrakat Mandiri Perkotaan atau yang disingkat dengan PNPM-MP. Rupanya seperti di Makassar, di Bali juga ternyata program-program PNPM-MP telah berkembang pesat dan dirasakan oleh masyarakat banyak

Di Depan Rumah "Mamak" Zainuri

Suasana Lingkungan Di Gunung Ringin

Papan Program PNPM Mandiri Perkotaan Di Lingkungan Gunung Ringin

Suasana Di Depan Gerbang Jalan Gunung Ringin

Tak jauh dari Pintu Gerbang Jalan Gunung Ringin, terdapat Pasar Desa Tegal Harum. Pasar Desa Tegal Harum, adalah salah satu dari sekian banyak pasar tradisionil Bali yang dikelola  desa adat, dan juga merupakan simbol ekonomi kerakyatan, di sini berkumpul para pedagang-pedagang kecil yang mampu memberikan kontribusi nyata kepada kesejahteraan masyarakat setempat, yang cenderung tidak terlalu terpengaruh dengan krisis ekonomi moneter negri ini.

Saat meninggalkan Pasar Desa Tegal Harum, maka di pintu gerbang pasar kita kan melihat tulisan dengan pahatan emboss yang berbunyi “MATUR SUKSEMA”. Ini adalah Bahasa Bali, yang artinya dalam bahasa Indonesia adalah “TERIMA KASIH”, seperti kalimat yang terpahat kecil di bawahnya.

Istri-ku Pose Narsis Di Gerbang Pasar Desa Tegal Harum

Akhirnya tiba saatnya kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Lombok, yang konon kata orang Pulau Lombok adalah salah satu pulau eksotis di Indonesia, dan memiliki budaya, adat serta keindahan alam yang setara dengan Bali.

Bandara Ngurah Rai penuh sesak oleh keramaian oleh turis lokal maupun turis manca negara yang datang berkunjung, serta yang akan meninggalkan Pulau Bali. Beginilah keramaian yang terjadi hampir setiap hari. Dengan di antar oleh Mamak Zainuri beserta istrinya Nnik Nana, juga ikut mengantar Rohaini, sepupu dari istriku, beserta ke dua anaknya Nanda dan Bhakta, kamipun tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai.

Bandara Ngurah Rai yang dibangun sejak tahun 1930 oleh Departement Voor Verkeer en Waterstaats milik penjajah Belanda, saat ini.sedang direnovasi besar-besaran, jadi terminal keberangkatan dan kedatangan agak jauh dari tempat mobil menurunkan dan menaikkan penumpang. Memang masih agak semrawut namun pelayanannya tetap berjalan dengan tertib dan sangat teliti. Dan saat berjalan menuju terminal kedatangan, ada satu hal yang menarik perhatianku. Saat melihat kearah bawah, ke lantai tempat berjalan yang dijadikan jalan masuk dan keluar dari ataupun menuju terminal ke berangkatan dan kedatangan, kulihat nampak banyak Gambar Kupu-Kupu Dalam Aneka Warna, yang tercetak rapi  di atas jalan tersebut yang terbuat dari beton berlapiskan semen.

Usut punya usut, ternyata Kupu-kupu tersebut mewujudkan salah satu hewan khas yang juga merupakan obyek wisata di Bali.. Dan saat ini di Bali, tepatnya di Jalan Batukaru, Banjar Sandan lebah Wanasari Kabupaten Tabanan kini sudah tersedia taman wisata yang terdapat beraneka macam jenis kupu-kupu , yang jaraknya sekitar 27 km dari Kota Denpasar.

Ternyata bukan hanya di Sulawesi Selatan , tepatnya di Kabupaten Maros yang memiliki obyek Wisata Taman Kupu-Kupu. Namun di Bali juga ada taman yang serupa. Taman Kupu Kupu di Bali memiliki luas lahan sekitar 1 hektar, dengan netting area yakni ruangan yang tertutup jaring, sekitar 3700 m3 dan dikelola oleh PT. Kupu-kupu Taman Lestai Bali. Konon kabarnya taman ini selalu ramai dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara. Sayangnya kami belum sempat ke sana, mungkin lain waktu, bila sudah ada rejeki lagi untuk membeli tiket ke Bali.

Pose Bersama Keluarga Sebelum Ke Lombok

Gambar Kupu-Kupu Di Bandara Ngurah Rai

Pose Narsis Berlatarkan Barong Ket Di Bandara Ngurah Rai

Dan setelah melalui pintu pemeriksaan dengan X-Ray, para wisatawan yang akan berangkat disambut oleh oleh Patung Barong Ket, yakni Barong yang merupakan perpaduan antara singa, macan, sapi atau boma. Badan Barong ini dihiasi dengan ukiran-ukiran dibuat dari kulit, ditempel kaca cermin yang berkilauan dan bulunya dibuat dari perasok (serat dari daun sejenis tanaman mirip pandan), ijuk atau ada pula dari bulu burung gagak. Dan Barong Ket ini adalah salah satu jenis Barong yang bisa disaksikan ketika menonton Tarian Barong di dance stage di beberapa daerah di Bali di pagi hari. dan merupakan salah satu budaya kesenian ciri khas otentik Pulau Bali.

Sebelum melakukan penerbangan ke Pulau Lombok, kami pun menyempatkan diri untuk berfoto bersama di depan patung Barong Ket tersebut yang ada di terminal keberangkatan Bandara Ngurah Rai. Selanjutnya kisah tentang perjalanan Wisata Honeymoon Romantic di Pulau Lombok serta kemudian kembali ke Bali akan saya ceritakan pada postingan berikutnya, lengkap dengan ulasan-ulasan mengenai tempat wisata yang kami kunjungi…..salam.