Hariyanto Wijoyo
|
74
komentar
“Berikanlah mahar (maskawin) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang wajib. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari mahar itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.”
[Qs. An-Nisa’ : 4].
Assalamualaikum sahabat-sahibit blogger se-dunia di manapun kalian beraktifitas.
Hari Selasa sore (04062013) menjadi hari spesial yang membahagiakan bagi
Kani (32) dan
Muliati (34). Kedua muda-mudi ini baru saja melangsungkan
akad nikah di kediaman mempelai wanita di
Kampung Botonge, Desa Barabatu, Kecamatan Labakkan, Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan, yang berjarak sekitar 60 km dari
Kota Makassar. Dengan hati yang berbunga-bunga pasangan ini meresmikan hubungan mereka dan mengucapkan
ijab kabul di hadapan penghulu dan saksi serta para kerabat keluarga yang hadir.
Sekitar dua puluh hari sebelum pernikahan ini berlangsung, Nurdin (35), kakak kandung Muliati, mendapati Muliati berboncengan dengan Kani pada malam hari. Bagi Nurdin, ini sudah termasuk siri’(1), karena pria dan wanita tanpa hubungan keluarga berboncengan berdua-an dengan sepeda motor di malam hari tanpa sepengetahuan pihak keluarga. Hal ini kemudian dilaporkan oleh Nurdin kepada Taeni serta Mursalim, ayahnya. Karena tak ingin malu berlanjut, keluarga kemudian membawa Kani dan Muliati menemui Asdar, Kepala Desa Barabatu. Keluarga priapun juga dipanggil datang. Akhirnya diputuskan bahwa Kani dan Muliati harus segera dinikahkan.
Awalnya acara pernikahan berjalan normal dan sederhana. Setelah akad nikah usai, sejumlah tamu dan kerabat satu persatu mulai meninggalkan tempat acara berlansung. Demikian juga lima anggota keluarga Kani yang semula ikut mengantar, juga memilih pulang meninggalkan Kani seorang diri.
Tinggallah Kani bersama istrinya, Muliati, yang baru saja dinikahinya. Namun tak lama berselang, Muliati kemudian meminta izin pada suaminya, Kani, untuk keluar rumah sebentar, karena ada hal yang akan dilakukannya.
Di rumah panggung yang sederhana itu, Kani yang berasal dari Kelurahan Attang Solo, Kecamatan Ma’rang akhirnya hanya ditemani Taeni, paman dari Muliati, yang sudah sangat mengantuk akibat begadang dua hari berturut-turut mempersiapkan acara pernikahan ini, kemudian tertidur pulas tidak jauh dari tempat Kani berada. Ini terjadi sekitar pukul 16.30 sore.
Tak lama kemudian datanglah Nurdin , kakak kandung dari Muliati, menemui Kani yang statusnya sudah berubah menjadi adik ipar-nya sendiri. Nurdin tidak sempat hadir pada acara akad nikah karena sedang bekerja sebagai supir truk. Nurdin mempertanyakan masalah uang panaik atau uang mahar yang bagi Nurdin tidak sesuai perjanjian awal. Kani hanya membawa tiga juta rupiah, padahal setahu Nurdin perjanjian yang harus dipenuhi adalah lima juta rupiah.
Pertengkaranpun kemudian terjadi antara Nurdin dan Kani. Bagi Nurdin yang merasa sebagai orang Bugis-Makassar yang memegang budaya siri’ pantang baginya untuk dipermalukan. Hal inilah yang membuat Nurdin menjadi emosi karena melihat Kani yang berani menikahi saudaranya tanpa membawa uang panaik (2) yang besarannya sepengetahuan Nurdin telah disepakati sebelumnya adalah lima juta rupiah.
Tak puas hanya bertengkar kata, sebilah badik (3) yang sering dibawa Nurdin kemana-mana pun akhirnya turut berbicara. Badik itu digunakan oleh Nurdin untuk menikam Kani lima kali berturut-turut di bagian dada dan paha, hingga Kani tersungkur tak berdaya bersimbah darah. Akhirnya Kani tewas.
Menurut pengakuan Kepada Desa Barabatu, Asdar, pada malam saat kedua keluarga Kani dan Muliati bertemu untuk membicarakan pernikahan, memang semula lima juta rupiah yang diminta sebagai mahar-nya, namun pihak Kani hanya menyanggupi tiga juta rupiah, jadi itulah yang disepakati oleh kedua belah pihak.
Karena Asdar merupakan pimpinan pemerintahan desa setempat, maka ia menjadi saksi dalam pembicaraaan kedua belah pihak keluarga, bahkan dalam acara akad nikah Asdar juga turut hadir. Sementara menurut pengakuan Asdar, Taeni dan Mursalim sendiri, saat pembicaraan berlansung, Nurdin juga sebenarnya turut hadir. Bahkan Nurdin sudah diingatkan tentang kesepakatan jumlah uang mahar yang telah ditetapkan tiga juta rupiah, dan Nurdin juga menyetujuinya.
Manusia punya rencana, namun ALLAH subhanahu wa taala jugalah yang menentukan, tragedi tak terhindarkan,
pengantin tewas ditikam karena mahar, sungguh tragis. Nurdin mengaku lupa dengan adanya persetujuan uang mahar itu, hingga akhirnya terjadi tragedi berdarah yang menggenaskan dan mengorbankan nyawa Kani seorang, yang notabene adalah adik ipar dari Nurdin itu sendiri.
Nurdin akhirnya harus merasakan dinginnya jeruji besi penjara di Malpores Pangkep. Meskipun akhirnya Nurdin mengaku khilaf dan merasa bersalah, namun terlambat karena semua sudah terjadi. Penyesalan memang selalu datang dibelakang. Nurdin kemungkinan akan terkena pasal 338 KUHP junto pasal 340 KUHP. Dengan ancaman minimal 20 tahun penjara atau maksimal hukuman penjara seumur hidup.
Niat baik Kani untuk mempersunting Muliati akhirnya berujung tragis. Kani meregang nyawa ditangan Nurdin tak lama setelah melakukan akad nikah. Kani meninggalkan istrinya, Muliati yang baru saja dinikahinya. Tinggallah Muliati seorang diri, wajahnya menyiratkan duka yang sangat mendalam dan menyisakan tanya yang begitu besar, kenapa pernikahannya ini hanya sekejap saja dan harus kandas serta kebahagiaannya terenggut oleh tangan saudara kandungnya sendiri.
Salama’ ki’…..mari ki’ di’.
“Carilah olehmu (mahar) meskipun hanya sebuah cincin dari besi”.
[HR. Bukhari]
“Sesungguhnya wanita yang baik itu adalah yang ringan maharnya, mudah menikahinya, dan baik budi pekertinya.”
[HR. Ahmad, Al-Hakim
dalam Al-Mustadrak dan Ibnu Hibban]
Terjemahan :
(1) Siri’ = Perasaan malu mempertahankan harga diri.
(2) Uang Panaik = Uang Mahar / Mas Kawin
(3) Badik = pisau atau senjata khas asli suku Bugis Makassar yang sangat tajam
Category
:
IBADAH
,
INDONESIA RAYA
,
Kabupaten Pangkep
,
Kisah Nyata
,
Pengantin Tewas Ditikam Karena Mahar
,
Sekilas Info
masih dalam acara kerjadiannya ya.. astgahfirullah, serem bgt kalo ngomongin budaya emang beda, tapi itu kan masih satu keluarga, jadi bingun.. mungkin ada masalah sebelumnya.
subhanallaah, ya Allah, mengerikan sekali. ini nyata kan Mas?
kalo mencampuradukkan budaya, ego, dan keserakahan, maka jadilah malapetaka yang seperti ini ya Mas.
semoga perspektif yang sempit seperti itu tidak banyak terjadi di kalangan masyarakat pada umumnya. yang terjadi kemudian, inilah, sesuatu yang disesalkan semua pihak.
astagfirulloh, saya kira ini hanya karangan kang Haryanto ternyata kisah nyata ya... saya harap nanti jika saya mempunyai seorang Istri, saya bisa menemukan istri yang bisa menerima saya apa adanya dan juga hidup rela serba sederhana, tapi rasanya sulit juga ya di zaman sekarang ini menemukan wanita seperti itu, tapi dari sekian banyak wanita di dunia ini insya Allah lah pasti ada minimal seper sepuluhnya mah hehe... dan semoga saya bisa menemukan salah satu dari sepersepuluhnya itu.... aamiin :)
kunjungan balik dari : http://lets-learn-about-islam.blogspot.com/2013/06/demi-pekerjaan-ini-aku-lepas-jilbabku.html
parah banget ya, duh kalo ceritanya begini, nikah bisa sekedar bisnis ya, lalu buat apa coba ...
parah parah parah,, naudzubilah >,<
Ya Allah mau manten baru malah jadi penghubi lapas baru deh jadinya Astagfirullahalazhim....
waduh kok bisa begitu ya mas... sungguh mengerikan
Tragis ... kasihan sekali.. Orang menjadi gelap mata hanya karena Mahar ... Sungguh .. terlalu..
sangat tragis juga kejadiannya sobat.
memang saya setuju sebaiknya utk permintaan mahar ini sebaiknya yg ringan dan jangan memberatkan sehingga bisa dipenuhi, apalagi kalau sudah sama sama mencintai
terima kasih infonya sobat sudah berbagi
mengenaskan
astagfirullah, seharusnya dia bisa legawa kalau pihak Kani hanya sanggup membayar 3 juta untuk mahar
turut berduka cita
ya allah tragisnya ya pak.
tapi ini meembuktikan bahwa karena uang/materi, banyak org yang kemudian lupa diri.
sungguh histeris yah mas..
seharusnya pernikahan itu menyempurnakan iman kita dan menyempurnakan ibadahnya. tetapi cerita yang diatas sungguh histeris kejadiannya..
Menyeramkan. Aku udah gak tega baca ketika proses pertikaman terjadi..
merundingkan mahar agar tidak memberatkan kedua belah pihak ya pak
Astaghfirulloh... tragis banget... yah memang rencana Alloh sangat berbeda dengan apa yang kita harapkan...tetapi itulah misteriNya yang harus kita maknai dengan bijak dlm menjalani hidup ini...
mahar ko mahal
jadi dapatnya ajal
dan rasa sesal
hikz kasian wanitanya jadi janda
kalo aku mending maharnya do'a
lancar rejeki dan sakinah membina rumahtangga
lagian yang mau nikah kan kedua mempelainya
mengapa ada mahar perjandian keluarga
ko aneh ya budaya nya
ada unsur paksa
harus ada uang sekian juta
saya lari tergopoh gopoh mendengar kabar ini sejak siang tadi, tapi karena jaringan lagi lemot jadi ga bisa masuk masuk
btw- saya sagat prihatin dengan musibah ini. memang janji itu seperti utang,? ya
semoga masalah cepat selesai ya sob
Kasihan Belum Sempat Menikmati Indahnya Malam Pertama Sudah Menemui Ajalnya
Inilah salah Satu dampak Budaya Bugis Makassar Mengenai Mahar...
Pasang Harga untuk anak perempuan makin membudaya
Anak gadis perempuan di "jual" layaknya ikan proses tawar menawar
Merasa "hina" kalau anaknya diberi "uang panai" rendah
Si laki2 rela meminjam uang demi memenuhi permintaan "uang panai"
Pernikahan di tunda-tunda akibat belum cukup "uang panai"
Muncul pemahaman pragmatis
Banyak yang jatuh miskin setelah menikah
Tingkat strees bagi kaum laki-laki meningkat
Muncul paham "anti sosial "wanita bugis itu mahal, tdk usah dekat sama mereka"
Muncul istilah "Istri Kreditan", sebab laki2 harus menggadaikan SK. Sertifikat Tanah dll ke bank untuk mendapatkan "uang panai"
Hal ini yang takkala penting : MAKIN HARI MAKIN BANYAK BUJANG beredar
Uang panai’ hanyalah budaya dan kebiasaan masyarakat terkhusus di Sulawesi Selatan yang sungguh tak mempengaruhi sedikit pun sah atau tidaknya sebuah pernikahan.
Jangan sampai gara-gara harga sembako yang terus naik maka uang panai’ juga makin melambung tinggi dan berharap pada calon pemimpin yang akna datang untuk selain memberi Kesehatan dan Pendidikan Gratis kepada masyarakat tapi alangkah baiknya kalau membuat Program Uang Panai’ Gratiss. Hehehehehehe….
ngeri ya sampe berakhir nyawa gitu mas, cuma gara2 mahar sampe terjadi tumpah darah
astagfirullah ...
sadis banget mas cerita dan kisahnya trmksih mas dah berbagi
tragis ya sob..
biasanya prnikahan itu hari paling indah,, tp yg ini jd berantakan dan akan sllu trkenang seumur hidupnya
ngeri ya bang...sampe berakhir tragis ceritanya...
sangat tragis dan memilukan..
itulah klo hanya mengutamakan ego dan tdk brpikir panjang,
klo mengacu hadist yg ada diatas, sebenar tidak sulit mengenai mahar, sesuai kemampuan
miris saya dengarnya sob.. si isttrinya saja sudah tidak menanyakan atau mempermasalahkan mahar itu, eh kenapa si kakak ipar nya yang sibuk.. hmm.. cuma karna sebuah kertas yg bertuliskan bank indonesia.. nyawa harus jadi tumbalnya
ngery gan dengernya..
kunbal ya.. makasih infonya
wahhh..masya ALLAH ..padahal maskwin hanya salah stu sarat yang sebenarny sangat elastis ...
Sungguh tragus nasib Kani....
Manusia jika gelap mata seperti itulah jadinya..
Sungguh nasib yang teramat tragis sekali gan. . .Membacanya membuat saya merasa teriris. . .
Tragis. Padahal suami adik sediri ya mas.
Mahar sebaiknya sesuai kemampuan
Salam hangat dari Surabaya
serem amat, memang harus dipahami lebih dalam tentang arti mahar ini, biar sama2 legowo
manusia sudah tdk merasa betapa ngerinya daging yg terbelah.. btapa ngerinya darah yg mengucur...ckckck
Masya Alloh, kenapa perkara seperti ini harus diakhiri dengan terenggutnya nyawa. Bukankah lebih baik dibicarakan secara arif dan damai.
Astagfirullah... baru menikah dan sudah jadi janda...
Rasulullah saja pernah menikahkan seseorang dengan mahar bacaan al qur'an.... aduh ini mesti pula pakai uang yang udah dipatok...ckckck
terus terang sekarang anak mudah terkekang dengan adat budaya pernikhan daerahnya. Makanya tidak mengherankan, banyak pemudah-pemudi yang lebih suka menikah dirantauan. Kadang mahar bisa melambangkan status yang dilamar atau yang melamar.
Turut prihatin dengan tragedi itu, semoga pemangku adat lebih bijaksana.
beberapa tradisi di beberapa daerah memang mahar harus disepakati dg biaya yg tidak murah, karena berhubungan dg gengsi dan kasta. tapi kalo tradisi mengalahkan syariat ya jadi masalah juga. mestinya ini jadi pelajaran buat yg lain
entah kerasukan makhluk dari mana ..ia tega ngelakuin hal itu demi sesuatu yg lebih di agungkannya...
hmmmm...hanya di butakan secuil mahar...nyawa melayang...
bner2 sadis ya sob...
knpa aja tdk diselesaikan secara kekeluargaan aja..
kan tdk akan terjadi dmikian..
tpi ysdahlah..
Allah berhendak lain..
smoga bisa mnjadi hikmah bgi kita yg masih hidup
selamat malam mas...
masya Allah...sampai begitu kejadiannya....
songong itu kakak iparnya, gak kasian apa sama adiknya..#4kopisusu.com
Astaghfirullah, kenapa bisa sampai begitu. Inilah mengapa nafsu dan amarah HARUS tetap ditahan. Jangan sampe merugikan orang lain
turut berdukacita,,,,,,,
Wah sadis banget ceritanya gan seharusnya merekah menikmati bulan madu. Emosi dan juga harta bisa membuat gelap mata ya.
Sangat tragis dan mengerikan.
Ih menakutkan sekali si Nurdin ini, Pak Hari. Kayaknya pemeras juga. Mustahil dia lupa bahwa perjanjian sudah diturunkan jadi 3 juta. Atau diam2 dia cemburu adiknya di nikahi Kani?
memang perlu adanya sifat ikhlas di setiap pasangan dan semua harus karena Allah ya mas...kalau ngk ya seperti itu kejadiannya... naudzubillah
beberapa kejadian memang, kalo sudah marah atau cinta, manusia sering kalap. itu berita di tipi malah perempuannya yg potong kelamin lakinya, mengerikan.
serem banget ya ditikam karena mahar
padahal cuma gara - gara mahar
Astaghfirullah ....ngeri banget baca artikenya.
Wah sadis sekali Sob, sampe segitunya nuntut mahar, sepertinya ada dendam atau apalah sebelumnya, kan dah setuju mahar cuman 3 juta... ckckckckckk... lagi pula nikah mendadak, gimana punya persediaan uang ya? hehehehe...
sebenarnya adat itu baik ya mas, saya sendiri kurang tau apa kebaikan dari adat ini, tentang mahar yang ditetapkan dan terkesan di ada-adakan.
ditambah lagi bisikan iblis yang tidak menginginkan seorang manusia menikah dan mebina hubungan keluarga, karena dengan menikah maka sempurna ibadahnya
Astagfirloh ..
segitunya deh ish !!
kan kasian baru nikah udah jadi janda ,
pasti muliatinya sedih banged, suaminya tewas di tangan kaka kandungnya sendiri.. :(
semoga tabah yang ditinggal suaminya untuk selama-lamanya ..
kasihan banget aku
.. aq gak tega bacanya maz,, sumpah ngeri banget aq. maav ya maz?!? ..
Memang Budaya orang makasar sekeras itu ya. Ko ngeri sekali menut saya. Padahal maharpun boleh di hutang pula.
Astaghfirullah, begitulah kalau emosi tinggi yang bicara tanpa menggunakan logika.
Semoga apa yg disampaikan di artikel ini dpt membuat pelajaran bagi semua orang
wah sangat tragis ya pak sob, kasian si mbak kaninya..
tragis sekali kejadiannya ya mas, mahar memang masalah penting karena menjadi salah satu rukun sah , tapi itu jangan jadi penghalang kepada siapapun yang punya niat baik untuk menikah dalam agamapun ada kaidah untuk memepermudahnya
semoga tidak ada lagi kejadian seperti ini ya mas
Hanya karena khilaf nyawa orang melayang...
Betapa mahalnya sebuah "harga diri" bagi beberapa adat di Indonesia ya?
Beberapa daerah memegang adat dg sangat ketat ya?
Sayang sekali sampai akhirnya ada nyawa melayang.
Penyesalan memang selalu datang belakangan
Masya Allah, kadang emosi memang tidak terbendung dan mengakibatkan kita kalaf ya Mas Har..
Hadeuhhh, suram. :3
Kunjungan pagi kawan.
Baru selesai ujian. Hari ini oot dikit. Ngebut blogwalking. Hahaha
ngeri juga ya baca ceritanya
ihhh kisahnya kejam skali...
sesuatu yang kita harapkan bisa menjadi baik berujung dengan kejadian yang sangat jahat..
saya baca kisahnya agak takut2 kebayang dengan kisah2 di berita yang selalu sadis dan membuat kita merinding...
Wah kisahnya sangat tragis ya, astagfirulloh kenapa sampai sesadis itu ya... Semoga tidak ditiru oleh keluarga saya sedikit pun. Insya Allah wa aamiin ya Allah ya Rabbal'alaamiin
sebenarnya. kalau orang ngerti agama.. baca ayat di atas pun dia harusnya tidak terjadi seperit ini.. tapi ya kembali lagi pada manusiannya.