Hariyanto Wijoyo
|
28
komentar
Assalamualaikum friends of blogger in the entire world wherever you are. When you hear the word "museum", what comes to mind later in the imagination and mind, is a trip down the hall, back to the past by just looking and observing the objects displayed in the museum.
Assalamualaikum sahabat-sahibit blogger se-dunia di manapun kalian berada. Bila mendengarkan kata “Museum” yang terbayang kemudian dalam angan dan pikiranku adalah perjalanan menyusuri lorong waktu kembali ke masa lalu dengan hanya melihat dan mengamati benda-benda yang terpajang di dalam museum.
And rightly so I get the impression that, while visiting the Museum of Lambung Mangkurat with my wife, in Banjarbaru, South Kalimantan in late March 2014. Museum was built in 1974 and inaugurated on January 10, 1979 by the Ministry of Education and Culture at the time, Mr. Daud Joesoef. The name is taken from the name of this museum is Lambung Mangkurat figure Tale Story of Kings of Banjar and Waringin City.
Dan memang demikianlah kesan yang saya dapatkan saat mengunjungi Museum Lambung Mangkurat bersama istriku, di Banjarbaru, Kalimantan Selatan di akhir bulan Maret 2014. Museum ini mulai dibangun pada tahun 1974 dan diresmikan pada tanggal 10 Januari 1979 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada waktu itu, Bapak Daud Joesoef. Nama museum ini diambil dari nama Lambung Mangkurat yaitu Tokoh Cerita Hikayat Raja-Raja Banjar dan Kota Waringin.
In the history of the Kingdom Negaradipa [embryo Kingdom of Banjar], Lambung Mangkurat has a very important role. Lambung Mangkurat known as the man with a personally loyal, thoughtful, competent state properties, assertive military stance without favoritism, as well as parents and educators. Lambung Mangkurat lowered descendant of the kings of Banjar in the next period.
Dalam sejarah Kerajaan Negaradipa [cikal bakal Kerajaan Banjar], Lambung Mangkurat mempunyai peranan yang sangat penting. Lambung Mangkurat dikenal sebagai tokoh dengan pribadi setia, bijaksana, memiliki sifat kenegaraan yang cakap, sikap militer yang tegas tanpa pilih kasih sekaligus sebagai orang tua dan pendidik. Lambung Mangkurat menurunkan keturunan raja-raja Banjar berikutnya.
Suasana Di Pintu Gerbang Museum Lambung Mangkurat
The gate of the museum is a door that must go through if you want to get into the museum area. In the existing gate attendant will direct us to sign the guest book, and then buy a ticket. Admission price for adults is Rp 2,000, - per person, this applies to the Indonesian people, because it turns out the price of an adult ticket for foreigners is Rp, 5.000, - per person. When I visited, the museum was very crowded visitors.
Pintu gerbang museum adalah pintu yang harus kita lalui bila hendak masuk ke area museum. Di pintu gerbang ini sudah ada petugas yang akan mengarahkan kita untuk mengisi buku tamu, lalu kemudian membeli karcis masuk. Harga karcis masuk untuk orang dewasa sebesar Rp, 2.000,- per orang, ini berlaku untuk orang Indonesia, karena ternyata harga karcis untuk orang asing dewasa sebesar Rp, 5.000,- perorang. Saat saya berkunjung, museum ini sangat ramai pengunjungnya.
In retrospect, this ticket price difference, in fact indirectly insult our dignity as a nation of Indonesia, because the stranger was valued more expensive than the nation itself. Somehow this attitude like feudalism still below the bottom-up to the time of independence. Supposedly the price of a ticket for the Indonesian people and foreigners made equal, so we admit, that the Indonesian people are equal with foreigners of any country.
Kalau dipikir-pikir, perbedaan harga karcis ini sebenarnya secara tidak langsung menghina harga diri kita sebagai bangsa Indonesia, karena orang asing itu dihargai lebih mahal daripada bangsa sendiri. Entah kenapa sikap feodalisme seperti ini masih terbawah-bawah hingga ke zaman kemerdekaan. Seharusnya harga karcis untuk orang Indonesia dan orang asing disamakan saja, dengan demikian kita mengakui bahwa orang Indonesia itu sederajat dengan orang asing dari negara manapun.
Prasasti Peresmian dan Meriam Menyambut Kedatangan Para Pengunjung
Bangunan Utama Museum Lambung Mangkurat
Entering the
Lambung Mangkurat Museum in Banjarbaru South Kalimantan courtyard, a stone inscription appears inauguration of this museum, which stands on the right road to the museum. In front of the museum, visible rows of ancient cannons greet the visitors to the museum. Building Museum Lambung Mangkurat made based on the shape and architecture House Bubungan Tinggi, which is a traditional house Banjar, but is designed in a modern style.
Memasuki area museum Lambung Mangkurat, Banjarbaru Kalimantan Selatan, nampak sebuah batu prasasti peresmian museum ini, yang berdiri di sebelah kanan jalan menuju museum. Di depan museum, nampak deretan meriam kuno menyambut para pengunjung museum. Gedung Museum Lambung Mangkurat dibuat berdasarkan bentuk dan arsitektur Rumah Bubungan Tinggi, yang merupakan rumah tradisioanl Banjar, namun didesain dengan gaya modern.
The building consists of two floors, the building area of 2000m2, built on an area of 1.5 hektoare, consisting of: building a two-storey Parent Permanent Exhibition, Temporary Exhibition Space, Office and Home Office Chief. Noted collection the museum has a collection of 11,965, divided into 10 categories, namely Archaeology, Biology, Etnografika, Philology, Geology / Geography, Historika, heraldika / Numismatika, Keramologi, Arts and Technology.
Gedungnya terdiri dari dua lantai, luas bangunan 2000m2, dibangun di atas lahan seluas 1,5 hektoare, terdiri dari : Gedung Induk Pameran Tetap dua lantai, Ruang Pameran Temporer, Kantor dan Rumah Dinas Kepala. Tercatat koleksi museum ini memiliki 11.965 koleksi, yang terbagi dalam 10 jenis kategori, yaitu Arkeologi, Biologi, Etnografika, Filologi, Geologi/Geografi, Historika, Heraldika/Numismatika, Keramologi, Seni Rupa dan Tehnologi.
On the first floor, right under the stairs, there is a whale fossils (Rhineodon Cotaceae typus). Placement under the stairs seemed to make the visitors could not observe carefully this fossil whale, let alone to take a picture, because it was blocked by concrete pillars, and also by a construction ladder. Though the museum is one of the functions as a means of education and research. This whale was found stranded in the village of Tanjung kunyit, District of North Sea Island, Kotabaru district in 1991. These whales, including humpback whales types [Humpback Whale].
Di lantai pertama, tepatnya di bawah tangga, terdapat fosil ikan paus (Rhineodon Typus Cotaceae). Penempatan di bawah tangga ini sepertinya membuat para pengunjung tidak bisa mengamati secara seksama fosil ikan paus ini, apalagi untuk mengambil gambarnya, karena terhalang oleh pilar-pilar beton, dan juga oleh konstruksi tangga. Padahal salah satu fungsi museum adalah sebagai sarana edukasi dan penelitian. Ikan paus ini ditemukan terdampar di desa Tanjung Kunyit, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru pada tahun 1991. Ikan paus ini termasuk jenis Paus Bungkuk [Humpback Whale].
On the second floor, a diverse collection of museums, ranging from prehistoric times until the Banjar royal heritage we can meet. The museum's collection of objects that I see consists of Diverse Weapons, Currency, Tools of Stone, Wood Carving Ulin, Agricultural Tools, Household Furniture, Appliances Folk, Heritage Sultanate of Banjar, the Great Temple, Temple Barrel, various photos and books , and so on.
Di lantai dua, beragam koleksi museum, mulai dari zaman prasejarah hingga peninggal kerajaan Banjar bisa kita temui. Adapun benda-benda koleksi museum yang saya lihat terdiri dari Beragam Senjata, Mata Uang, Perkakas dari Batu, Ukiran Kayu Ulin, Perkakas Pertanian, Perabot Rumah Tangga, Peralatan Musik Tradisional, Peninggalan Kesultanan Banjar, Candi Agung, Candi Laras, berbagai foto dan buku, dan sebagainya.
In this Lambung Mangkurat museum too, we get the evidence, that the Animal Elephants once lived in Borneo. And all along we heard a rumor that elephants never lived in the earth of Borneo, but it turns out the history says another, and this is evidenced by the fossil elephants are kept in this museum. The elephant fossils found in District Tamban Barito Kuala, and based on research data from the National Archaeological Research Center Laboratory of Jakarta, where elephants are known is derived from the past ten thousand years ago.
Di Museum Lambung Mangkurat ini jugalah kami mendapatkan bukti bahwasanya di Kalimantan pernah hidup hewan Gajah. Padahal selama ini kami mendengar kabar-kabari bahwa hewan gajah tidak pernah hidup di bumi Kalimantan, Namun ternyata sejarah berkata lain, dan ini dibuktikan dengan adanya fosil gajah yang disimpan di museum ini. Fosil gajah ini ditemukan di Kecamatan Tamban Kabupaten Barito Kuala, dan berdasarkan data penelitian dari Laboratorium Pusat Penelitian Arkeologi Nasional Jakarta, diketahui pertanggalan dari keberadaan gajah ini berasal dari masa sepuluh ribu tahun yang lalu.
Saya di depan artefak Candi Laras dan Candi Agung
Peninggalan Kerajaan Bugis-Wajo Pagatan di Kalimantan Selatan
In South Kalimantan ever evolving culture and Hindu religion, is based on the evidence heritage, Laras Temple, and Temple Agung as the rest of the culture and heritage of Hinduism are found in South Kalimantan around the 14th century. Moreover, in this museum I also find evidence that South Kalimantan has historical ties with the royal Wajo Bugis from South Sulawesi, namely the presence of Pagatan kingdom in South Kalimantan.
Di Kalimantan Selatan pernah berkembang kebudayaan dan agama Hindu, ini berdasarkan bukti-bukti peninggalan Candi Laras dan Candi Agung sebagai peninggalan sisa kebudayaan dan agama Hindu yang ditemukan di Kalimantan Selatan sekitar abad ke 14. Selain itu, di museum ini saya juga menemukan bukti bahwa Kalimantan Selatan memiliki ikatan sejarah dengan kerajaan Bugis dari Wajo, Sulawesi Selatan, yaitu dengan adanya kerajaan Pagatan di Kalimantan Selatan.
Pagatan kingdom established by the Bugis Wajo, which migrate massively to Pagatan or Tanah Bumbu, South Kalimantan, after Ujung Pandang fortress, captured by the Dutch VOC led by Spellman in 1667. Several relics Pagatan Bugis kingdom, which is in this museum is a silent witness to the history of the relationship between South Kalimantan and South Sulawesi.
Kerajaan Pagatan didirikan oleh orang Bugis Wajo yang bermigrasi secara besar-besaran ke Pagatan atau Tanah Bumbu di Kalimantan Selatan, setelah benteng Ujung Pandang direbut oleh VOC Belanda yang dipimpin oleh Spellman pada tahun 1667. Beberapa peninggalan Kerajaan Bugis Pagatan yang ada di museum ini merupakan saksi bisu atas hubungan history antara Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.
Baju Adat Tradisional Suku Banjar
Foto-foto Tempo Dulu
In this museum we also saw a diverse collection of custom clothing typical of Banjar very beautiful. In addition, there is one side of the museum that displays a variety of miscellaneous photos that have historical value, because the pictures were told about the history of South Kalimantan, Banjarmasin city from past photo, New Market, Floating Market which is also in the past, and various other historical photos.
Di museum ini juga kami melihat beragam koleksi pakaian adat khas Banjar yang sangat indah. Selain itu, ada satu sisi dari museum yang memajang beragam aneka foto yang memiliki nilai historis, karena foto-foto itu bercerita tentang sejarah Kalimantan Selatan, mulai dari foto kota Banjarmasin tempo dulu, Pasar Baru, Pasar Terapung yang juga pada tempo dulu, dan aneka foto sejarah lainnya.
The houses are traditional customs Banjarese, also called House Baanjung in this museum, because the house is not only a question for the community as a place to live, but also as a symbol of social status, so from the type of home they live in, it can be seen in social status owners.
Rumah-rumah adat tradisional khas suku Banjar yang disebut juga Rumah Baanjung ada di museum ini, karena rumah bagi masyarakat Banjar bukan hanya sebagai tempat tinggal, namun juga merupakan sebagai lambang status sosial, jadi dari jenis rumah yang ditinggali, maka dapat diketahui status sosial pemiliknya.
House type also varied as the types of Cacak Burung and Tadah Alas intended for ordinary people, the kind Palimbangan to the merchant, the type of Gajah Baliku for sultan brother, the type of Gajah Manyusu untu Warit (first and second line of the royal line), the type of house Balai Bini separately or family sultan Sultan daughter of the woman and the type of Joglo for Chinese merchants and Palimasan home to the royal treasurer.
Jenis rumahnya pun beraneka ragam seperti rumah jenis Cacak Burung dan Tadah Alas yang diperuntukkan untuk rakyat biasa, rumah jenis Palimbangan untuk saudagar, rumah jenis Gajah Baliku untuk saudara sultan, rumah jenis Gajah Manyusu untu Warit (garis pertama dan kedua keturunan raja), jenis rumah Balai Bini utnuk Putri Sultan atau keluarga sultan dari pihak perempuan dan rumah jenis Joglo untuk pedagang China serta rumah Palimasan untuk bendahara kerajaan.
Rumah Banjar Bubungan Tinggi
While the house Banjar Bubungan Tinggi is a traditional custom house Banjar tribe, which occupied a special noble family. Banjar home Bubungan Tinggi is the most well-known and has become an icon of the traditional house traditional South Kalimantan. Once upon a time, a house Bubungan Tinggi palace in the center or the central palace complex Banjar, and became the residence of the king's palace.
Sedangkan Rumah Banjar Bubungan Tinggi adalah rumah adat tradisional suku Banjar yang ditempati khusus keluarga bangsawan. Rumah Banjar Bubungan Tinggi adalah yang paling terkenal dan sudah menjadi ikon rumah adat tradisional khas Kalimantan Selatan. Dahulu kala Rumah Bubungan Tinggi merupakan pusat atau sentral keraton dalam kompleks keraton Banjar , dan menjadi istana kediaman raja.
This Bubungan Tinggi Banjar home, built of ironwood, with the characteristics of the house stands on ironwood pillars, which sustain them, and a soaring roof. The house is decorated with symbols of semiotics, which is taken from the old belief Dayak Ngaju, depicting the mythology of the tree of life, which in this belief, is told that their ancestors came from the tree of life.
Rumah Banjar Bubungan Tinggi ini dibangun dari kayu ulin dengan ciri-ciri rumah berdiri di atas tiang-tiang kayu ulin yang menopangnya dan atapnya yang menjulang tinggi. Rumah ini dihiasi dengan simbol-simbol semiotik yang diambil dari kepercayaan lama suku Dayak Ngaju yang menggambarkan mitologi tentang pohon kehidupan, dimana dalam kepercayaan ini, dikisahkan bahwa para leluhur mereka berasal dari pohon kehidupan.
Tawing Halat Rumah Banjar Bubungan Tinggi
In the traditional custom home Banjar, there Tawing Halat, which functions as baffle, which separates between Paluaran [living room] with Paledangan [living room]. Tawing Halat, who was Lambung Mangkurat Museum, a replica of the house in Banjar Tawing Halat Bubungan Tinggi, in Teluk Selong Martapura, Banjar District. Can be estimated approximately how high is Tawing Halat, when compared to my height, posing in front of Tawing Halat. If Tawing Halat it alone is so high, how high is actually also house Banjar Bubungan Tinggi.
Pada rumah adat tradisional khas suku Banjar, terdapat Tawing Halat yang fungsinya sebagai penyekat, yang memisahkan antara Paluaran [ruang tamu] dengan Paledangan [ruang tengah]. Tawing Halat yang ada di Museum Lambung Mangkurat ini adalah replika dari Tawing Halat Rumah Banjar Bubungan Tinggi di Teluk Selong Martapura Kabupaten Banjar. Bisa diperkirakan kira-kira berapa tinggi Tawing Halat ini bila dibandingkan dengan tinggi tubuhku yang berpose di depan Tawing Halat. Kalau Tawing Halat-nya saja sudah demikian tingginya, bagaimana pula tinggi sebenarnya Rumah Banjar Bubungan Tinggi.
In this museum there is also a painting of Sheikh Muhammad Al Banjari Arsyad, a great scholar of South Kalimantan origin. This painting was made by the stature of Sheikh Muhammad Al Banjari Arsyad seen in the dream of an artist painting Lamberi Bustani origin Barabai South Kalimantan, in the 1970s. As for Shaykh Muhammad Al Banjari Arsyad born on March 19, 1710 M [15 Safar 1122H], in the village of Lok Gabang Martapura.
Dalam museum ini juga ada lukisan dari Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, seorang ulama besar asal Kalimantan Selatan. Lukisan ini dibuat berdasarkan perawakan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari yang dilihat dalam mimpi Lamberi Bustani seorang seniman lukis asal Barabai Kalimantan Selatan, pada tahun 1970-an. Adapun Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari lahir pada tanggal 19 Maret 1710 M [15 Safar 1122H], di desa Lok Gabang Martapura.
In the age of 8 years Arsyad Sheikh Muhammad Al Banjari already fluent reading the Quran and painting, and then funded by his Banjar kingdom, to learn to Mecca for 30 years. Upon his return from Mecca he established boarding schools in the village of Dalam Pagar, Martapura, which has produced many great scholars, where the scholars along with Sheikh Muhammad Al Banjari Arsyad major role in the development of Islam in South Kalimantan.
Dalam usia 8 tahun Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari sudah fasih membaca Al Quran dan melukis, lalu oleh kerajaan Banjar beliau dibiayai untuk belajar ke Mekkah selama 30 tahun. Sekembalinya dari Mekkah beliau mendirikan pesantren di Kampung Dalam Pagar Martapura, yang telah banyak menghasilkan ulama-ulama besar, dimana para ulama beserta Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari berperan besar dalam pengembangan agama Islam di Kalimantan Selatan.
Lukisan Syekh Muhammad Al Banjari dan Al Quran tulisan tangannya
Great scholar, Sheikh Muhammad Al Banjari Arsyad died at the age of 102 years, on October 13, 1812M [6 Shawwal 1277H], and was buried in Kalampaian, District Astambul, Banjar District, South Kalimantan. This left a great scholar khot spectacular artwork, a complete handwriting, Quran Juz 30, which has now become one of the Masterpiece collection, in the Museum Lambung Mangkurat. The Qur'an consists of three volumes, each of 10 chapters, the first volume in the store at the museum Lambung Mangkurat, and the second and third volumes are stored in Dalam Pagar Foundation, Martapura.
Ulama Besar Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari meninggal dalam usia 102 tahun, pada tanggal 13 Oktober 1812M [6 Syawal 1277H] dan dimakamkan di Kalampaian Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Ulama besar ini meninggalkan karya seni khot yang spektakuler, berupa tulisan tangan lengkap Al Quran 30 Juz, yang kini menjadi salah satu koleksi Masterpiece di Museum Lambung Mangkurat. Al Quran ini terdiri dari tiga jilid masing-masing 10 juz, jilid pertama di simpan di museum Lambung Mangkurat, dan jilid ke dua serta ketiga di simpan di Yayasan Dalam Pagar Martapura.
In addition, we can also find out about the activities of the diamond panning, which is widely available in the area Cempaka, then there are the pictures of the governor who had led the South Kalimantan province. The genealogy of the kings of Banjar also included in this museum, even history and heritage of Prince Antasar, i which is a national hero, South Kalimantan origin also can be seen in this museum.
Selain itu kami juga bisa mengetahui tentang aktifitas pendulangan intan yang banyak terdapat di daerah Cempaka, lalu ada foto-foto para Gubernur yang pernah memimpin propinsi Kalimantan Selatan. Silsilah raja-raja Banjar juga terdapat dalam museum ini, bahkan riwayat dan peninggalan Pangeran Antasari yang merupakan pahlawan nasional asal Kalimantan Selatan juga bisa kita lihat dalam museum ini.
Entering the museum Lambung Mangkurat, seemed like down the hall, where visitors will be washed away into the past, before becoming the province of South Kalimantan, since prehistoric times, to the heyday of the kingdom of Banjar, then to war against the Netherlands, up to recent times. The visitors will get the learning and understanding of the development of life Banjarese society, with all its customs and culture and religion, which is always present coloring all the activities of life and civilization Banjar. As a nation of Indonesia, feels it is inappropriate, if forgotten history and culture of the past, because that is where the identity of a nation begins.
Memasuki museum Lambung Mangkurat, serasa seperti menyusuri lorong waktu, di mana para pengunjung akan terbawa hanyut ke masa lalu, masa sebelum Kalimantan Selatan menjadi propinsi, masa sejak jaman pra sejarah, hingga ke masa kejayaan kerajaan Banjar , lalu ke perang melawan Belanda, hingga ke zaman terkini. Para pengunjung akan mendapatkan pembelajaran dan memahami tentang perkembangan kehidupan masyarakat suku Banjar dengan segala adat istiadat dan budaya serta agama yang selalu hadir mewarnai segala aktifitas kehidupan dan peradaban masyarakat Banjar. Sebagai bangsa Indonesia, tidaklah pantas rasanya, bila melupakan sejarah dan budaya masa lalu, karena dari sanalah jati diri sebagai bangsa berawal.
Seeing so enthusiastic visits from the general public, to the students and students and lovers of history and culture, to the Museum Lambung Mangkurat, has shown the existence of an attitude that people do feel a need for the existence of a museum.
Melihat begitu antusiasnya kunjungan dari masyarakat umum, hingga kalangan pelajar dan mahasiswa serta para pecinta sejarah dan budaya ke Museum Lambung Mangkurat ini sudah menunjukkan adanya suatu sikap bahwasanya masyarakat memang merasa perlu terhadap keberadaan sebuah museum.
And this attitude remains to be awake, and trying to develop, of course, with how to care for and maintain the collections of the museum, which has a very high historical value, in order to avoid damage to biotic, which is caused by fungi, termites, and weathering, and chemical processes, and physical changes due to temperature, micro-environmental contamination, etc., and also trying to add to and complement the museum's collection Lambung Mangkurat.
Dan sikap ini tetap harus terjaga dan berusaha untuk dikembangkan, tentunya dengan cara merawat dan menjaga koleksi-koleksi museum yang mempunyai nilai sejarah sangat tinggi agar tidak terjadi kerusakan biotik yang disebabkan oleh jamur, rayap, dan pelapukan, serta proses kimiawi dan fisis akibat perubahan suhu, kontaminasi lingkungan mikro, dan lain-lain, dan juga berusaha menambah serta melengkapi koleksi museum Lambung Mangkurat.
Museum Lambung Mangkurat
Jl. Jenderal Achmad Yani km 36,5 Banjarbaru 70711
Telp. 0511- 4772453 Faks. 0511- 4780312
Kelurahan Komet Raya, Kecamatan Banjarbaru Utara
Kota Banjarbaru, Propinsi Kalimantan Selatan
Koordinat 3°26′31,77″LU 114°50′17,43″BT
Waktu Kunjungan Museum
Senin – Kamis : Pukul 08.00 – 15.00 WIT
Jum’at – Minggu : Pukul 08.00 – 15.30 WIT
Sabtu : Pukul 08.00 – 13.30 WIT
Tabe' salama' ki'
Keep Happy Blogging Always, mari ki' di',,salam :-)
Category
:
Banjarbaru
,
INDONESIA RAYA
,
Kalimantan Selatan
,
museum
,
My Life
,
tour and travelling
,
Traveler Blogger
fatalnya saya, kalo ke banjar, hanya ke martapura aja Mas, haha. payah ya. padahal di banyak tempat tersimpan keasyikan sejarah peninggalan yang penuh makna ya.
Jadi di sini ada pula diskriminasi karcis tanda masuk ya Pak? Sayang sebetulnya ya..Kan gak semua turis kaya hehehe..
Dan Museumnya sendiri emang bagus banget dengan koleksinya yang lengkap
ada fosil gajahnya juga ya.. asik banget, lengkap lagi..
Moga suatu saat nanti kita bisa ketemu di BANJARMASIN ya Kang Hari...dulu saya sering maen kesitu sekarang sudah ga pernah lagi Kang..hahahyyy.
Kalo aku mikirnya, karcis untuk turis domestik lebih murah biar banyak yang dateng.. Soalnya kan yah kebanyakan orang kurang suka ke museum, apalagi kalo mahal. Uda kebanyakan protesnya, Bang. Hihihi.. :p
Btw, jadi pengen jalan-jalan ke sana deh. Kapan ya? *itung kemungkinan nabung*
Kapan kapan mau ke Meseum itu juga ah :D hiihih
Waaaa kerennnn!!! Luasnyaaa
Masuk Musiun Kartini yg tak seberapa 3000 perak. Beda sama musium ni :D
Kayaknya lengkap ya isi dalam museumnya, harus bisa dijaga tuh :)
semoga review Museum Lambung Mangkurat ini mendorong para pemuda dan pelajar penerus bangsa ini makin mencintai dan menjadikan hobi menyambangi museum sebagai tempat menimba ilmu dan pengetahuan, agar makin mencintai sejarah dan bangsa ini...aaaamiiiiin
dengan berkunjung ke muzium pasti kita akan mendapat banyak informasi mengenai sejarah sesuatu tempat atau kaum..
teringin juga saya berkunjung ke indonesia pada suatu masa nanti..
Assalaamu'alaikum wr.wb, mas Hariyanto....
Satu pengalaman ilmu tentang sejarah masa lalu yang baik untuk kita bisa mengingati keberadaan mereka yang sudah lama meninggalkan dunia. Tentang jarak harga karcis antara orang tempatan dengan orang luar negara juga berlaku di Malaysia. malah di mana-mana negara di dunia.
Murahnya harga karcis masuk kepada anak tempatan sebagai penghargaan buat anak tempatan. Bagi saya ia bukan satu diskriminasi. Harga tinggi untuk orang luar negara sebagai satu dari pendapatan sumber ekonomi negara.
Mudahan selembar sejarah yang dihadirkan kepada kita generasi baru akan menjadi teladan buat kita agar menjaga sejarah masa kini untuk dilihat oleh generasi masa depan yang belum lahir.
Salam hormat dari Sarikei, Sarawak
SITI FATIMAH AHMAD
Di nganjuk ada museum juga sih. Peninggalan sejarah jaman dahulu kala ketika masih kerajaan. Tapi sepiiiii... Kayaknya gak terbuka untuk umum.
terus terang pak, sejak sd dulu saya adalah pengangumnya.. awalnya saya hanya suka dengan namanya yg kedengaran gagah, tapi begitu membaca sepak terjang raja tua yg bijaksana ini saya makin suka
pernah suatu ketika (masih remaja dulu) saya berangan angan, klo punya anak akan saya kasih nama lambung mangkurat. hehehe,, nice share
BTW
masalah tiket masuk., mungkin pertmbangannya orang kita dikasih harga murah biar ga ada protes kali,, klo saya jadi presiden malah museum ini saya gratiskan seperti di inggris, biar warga kita dan bule tahu lebih detail sejarah bangsa kita
Kalau lihat gambar-gambarnya serasa masuk ke suasana klasik tempo dulu mas :D
Tiketnya cuma dua ribu, tapi ilmu dan pengalaman yang didapat tidah ternilai harganya. Terimakasih Pak telah berbagi informasi :)
Foto2nya keren pak har, btw yang shoot siapa ya... pengen belajar fotografi... overal, museum memang salah satu objek yang harus dikunjungi.
waah, menarik ya paks, jadi pingin berkunjung ke situ..:)
murah sekali tiket masuknya ya mas,
isi musiumnya menarik terutama peninggalan dariSyech Al Banjari
Mas Hariyanto selalu kamana-mana
pasti capek tp dari senyum nya
tetap bahagia dan jaya
bagai benda-benda musium yang antik semua :)
sepertinya menarik juga untuk dikunjungi yia bos...
belum pernah ke museum, pengen lihat juga, kapan ya bisa mampir ke sini hehe...
Jalan-jalan ke Museum Lambung Mangkurat Di Banjarbaru enak juga ya, dengan tiket harga yang murah, tapi kita akan benyak mendapatkan manfaatnya dari nilai sejarahnya.
Salam
keren ya mas museum lambung mangkurat ini, pasti didalamnya tersimpan banyak peninggalan bersejarah :) ingin sekali rasanya saya ke banjarbaru utk menyaksikan museum yg istimewa ini :)
makasih telah berbagi :)
Wah agan ini sepertinya traveller sejati-ya.. hehe
museumnya bagus juga ya, ditempan ane jarang-jarang ada museum... walaupun ada, itupun letaknya cukup jauh...
mantab sekali nfonya,,
harga tiketnya murah, tapi manfaat yang didapat banyak :)
luar biasa pak museum lambung mangkurat. Pasti banyak sekali ya peninggalan sejarah disana. wah jadi pengen berkunjung kesana saya ;)
Ulasannya lengkap sekali pak. :)
Semoga kelak bisa ke sana agar referensinya bisa saya gunakan langsung.
museum nya sepi banget ya Pak
padahal koleksinya termasuk sangt lengkap
gimana caranya ya membuat anak anak jaman sekarang suka pergi ke museum