Hariyanto Wijoyo
|
42
komentar
Di suatu senja, aku duduk di teras rumah seorang diri, tatapan mataku memandang ke batas horizon yang mulai memerah. Seiring anganku yang terbang menembus lintasan alur waktu, mencoba memutarnya kembali ke masa silam. Masa ketika langkah kaki yang berjalan beriringan, menjejakkan tapak meninggalkan bekas di jalan setapak yang dipenuhi aroma rumput nan hijau yang tumbuh bersaing dengan semak belukar di antara pohon-pohon besar dengan daunnya yang berembun.
Seberkas sinar mentari mencoba menerobos lebatnya dedaunan sehingga menghasilkan wujud silhoute yang sangat indah. Kicau burung silih berganti berbunyi seakan menjadi musik pengiring yang membuat jiwa menjadi tenang dan bahagia saat mendengarnya. Jalan berliku yang licin dan terjal, terkadang mendaki lalu menurun, demikianlah adanya, tak membuat langkah ini menjadi surut. Pos demi pos dilalui, walau nafas mulai menipis, tenaga mulai berkurang, namun semangat tetap terjaga, saling bantu, dorong-mendorong dan tarik menarik tak hentinya dilakukan, demi mencapai tujuan bersama menuju ke puncak.
Suara gemercik air terjun di ujung sungai, tempat beristirahat sementara sebelum kembali melanjutkan langkah, membuat rasa lelah dan letih perlahan menghilang, berganti dengan semangat baru yang meluap saat wajah dan tubuh serta tenggorokan merasakan dingin sejuknya air sungai yang belum terkontaminasi oleh limbah dunia. Kumasukkan kedua tanganku yang terbungkus sarung tangan ke dalam kantong jaket, mencoba menahan udara dingin pegunungan menyelusup mencoba menembus jaket tebal yang kukenakan. Terlihat jelas mulutku ibarat knalpot yang mengeluarkan asap saat seiring hembusan nafas. Aku tersenyum membayangkan semua itu, inilah a place to remember, sungguh kenangan yang tak terlupakan.
Masa-masa ketika masih berseragam putih abu-abu, adalah masa-masa yang sungguh indah. Begitu banyak kenangan yang tercipta yang tak dapat dilupakan begitu saja. Salah satunya adalah kenangan saat saya bergiat dalam organisasi pecinta alam “Kalpataru”, di SMA 1, Kota Makassar, tahun seribu sembilan ratus delapan puluh tujuh-an. Dan kegiatan yang paling kami sukai adalah kegiatan jelajah gunung, terutama Gunung Bawakaraeng, sebagai gunung terfavorit bagi saya dan kawan-kawan di Kalpataru.
Menuju Lembana, desa di kaki Gunung Bawakaraeng, kami harus melalui jalan masuk yang belum beraspal, dan bila musim penghujan tiba , jalan itu akan menjadi becek, menyukarkan kendaraan bermotor masuk kedalam, apalagi yang beroda empat, namun itulah yang kami suka, semakin sulit akses masuk, maka semakin kami menyukainya. Tak heran, bila akhirnya pakaian yang kami kenakan, penuh dengan cipratan lumpur dari roda-roda motor dan mobil yang terperangkap dalam jebakan jalan yang berlumpur.
Namun kami tak marah, malahan tawa canda ceria selalu hadir mewarnai setiap kami membantu mendorong kendaraan tersebut, agar bisa melanjutkan perjalanannya menuju desa Lembana. Desa yang berada di ketinggian 2800dpl, terletak di Malino, Kecamatan Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Sekitar 3-4 jam jarak tempuhnya dari Kota Makassar, untuk bisa sampai ke Desa Lembana.
Di Lembana yang rumah-rumahnya kebanyakan terdiri dari rumah panggung sederhana, sesederhana para penghuninya yang ramah, saya dan kawan-kawan menikmati sejauh mata memandang penuh dengan tanaman kol, daun bawang, tomat, jagung dan kentang. Ini dikarenakan Lembana memiliki tekstur tanah yang sangat subur, dan setiap pagi, seiring kokok ayam memanggil mentari, suara alu akan terdengar beserta riuh suara ibu-ibu yang ramai menumbuk jagung dengan alu, untuk dijadikan sebagai makanan utama mereka yaitu nasi jagung. Nasi jagung nya sangatlah nikmat, pulen dan gurih, karena dibuat dari jagung pilihan yang berkualitas. Rasa-rasanya hutang kan terlupa saat mengkonsumsi nasi jagung tersebut.
Langkah kaki kami kembali bergerak menelusuri hutan, merambah batang demi batang pepohonan besar yang ada, ransel beraneka ukuran dipunggung kami semakin berat terasa, namun tak membuat langkah kami surut, hingga akhirnya, setelah tiba di pos 10, mata kami mulai melihat satu titik yang bediri kokoh seakan menantikan kedatangan kami. Itulah tugu terbuat dari batu yang sederhana, yang didirikan di puncak Gunung Bawakaraeng. Seakan-akan terdengar teriakan dari tugu tersebut yang ditujukan kepada kami, “Hei, kalian, cepatlah kemari, aku merindukan kalian !!!” Teriakan imajiner itu membuat kami menjadi semakin bersemangat.
Semakin dekat langkah kami ke puncak, pemandangan pun perlahan berubah. Yang nampak sekarang adalah ladang edelweiss, bunga abadi, tumbuh di antara bebatuan ditumbuhi rumput yang kami pijak, sebagai jalan menuju ke puncak. Di antara edelweiss itu, ada beberapa rumpun tanaman strawberry menjadi penghias alam yang manis.
Sungguh perjalanan yang menguras tenaga, namun semua itu terbayar tuntas, saat kami semua berdiri tegak di puncak dan memandang alam sekeliling. Alangkah indahnya memandang alam dari puncak Gunung Bawakaraeng, yang memiliki ketinggian 2845dpl. Langit biru dengan gumpalan awan laksana kapas, terasa sangat dekat sekali, sehingga kami merasa benar-benar bagai setitik debu di antara ciptaan ALLAH SWT yang Maha Akbar….subhanallah.
Inilah salah satu tempat yang tak terlupakan dalam kehidupanku, tempat saya dan kawan-kawan sesama anggota “Kalpataru”, bahu-bahu, saling bebagi suka, duka, tawa dan canda ria serta cerita, selama menempuh perjalanan menuju ke puncak Gunung Bawakaraeng. Perjalanan yang membentuk dan menjadikan saya dan kawan-kawan menjadi orang-orang yang lebih mencintai dan menghargai alam beserta seluruh isinya. Sungguh saya merindukan masa-masa itu, ingin rasanya mengulang kembali peristiwa itu, entah kapan bisa terwujud lagi.
Azan Maghrib mengalun dari speaker toa masjid Miftahul Khayr, membuyarkan anganku. Seuntai senyum hadir menghiasi bibirku saat menghadirkan kenangan, yang membuat ku yakin bahwa
Desa Lembana di Kaki Gunung Bawakaraeng It’s really A Place To Remember. Kuucapkan doa seiring suara azan berakhir teruntuk kawan-kawanku semasa SMA, yang pernah bersama menikmati perjalanan di Desa Lembana hingga menuju puncak Gunung Bawakaraeng. Semoga saja mereka semua senantiasa sehat bahagia, selalu dalam lindungan ALLAH SWT, di manapun mereka berada…aamiinnn.
Tabe, salama' ki'
Keep Happy Blogging Always, mari' ki' di'..salam :-)
“A Place to Remember Giveaway”
Category
:
Celebes
,
Gunung Bawakaraeng
,
INDONESIA RAYA
,
kontes GA
,
Lembana
,
Malino
,
My Life
,
Sulawesi Selatan
,
The Winner
Ingin mengulang masa itu namun waktu sudah berkata lain..ya kan Kang Mas Hari..? hahahahyyyy
Hmmm Postingan daeng mengingatkan saya waktu ke Bawa Karaeng pada tahun 2002, Nice Share daeng :D
wah masih punya arsip fotonya ya pak.. kalau mellihat gini jadi sedih... karena banyak peristiwa penting dimasa lalu seperti nai gunung dan porseni yang beberapa kali jadi juara bolavoli yang arsip fotonya entah pd hilang kemana...
waw itu tahun berapa ya mas :D klo bleh tau :D
lama banget pak,,,
saya belum lahir tu,,, hehe,,,
kenangan yg terindah tentunya,,,
amin,,,
Waa.. fotonya masih imut2... Pak Har yang mana ya?
Bisa dijadikan buat refreshing nih pak, sehingga kembali segar lagi pikiran kita hehe
TEtap semangat walau sudah tak cukup tenaga karna umur. Expresikan semua momen ke dalam tulisan tulisan dari memori yg telah dilalui. Btw nyambung gak ni.
Selamat siang dan selamat beristirahan Pak Hari, sebuah memori yang tentu sangat mengesankan ya Pak
Zaman SMA memang penuh kenangan ya mas
" Kicau burung silih berganti berbunyi seakan menjadi musik pengiring yang membuat jiwa menjadi tenang dan bahagia saat mendengarnya"
mengingatkan saya waktu SLTP dulu, di sebuah pulau kecil di kepulauan Madura.. bnyak burung berterbangan di luar kelas, sekarang raib entah kmn? berimigrasi atau,.... hmmm. hnya bisa mngenang,..
mengenang masa kejayaan pasti menikmatkan hati dan berasa tetap menjadi muda selalu ya bang....
#sambil ngaca dan ngedumel dalam hati...oh...oh...rambutku sudah memutih rupanya...hahay
wahhh.... gayanya itu... jadi inget club eighties.. hehehe.. generasi 80-an... itu khas banget tuh kemeja dilinting dan pake bandana di kepala... ups.. salah fokus... btw, emang asyik ya pak jalan2 rame2 sama teman-teman itu. seruuuu
kenangan indah ketika masih jaya-jayanya dimasa SMA,
takkan terlupa oleh perjalanan waktu, malah senyum ketika mengingatnya bisa bikin awet muda,
sukses di GAnya :)
kangen masa-masa indah ya bang har...jadi inget juga masa2 indah saya dulu :D
Hampir saja saya salah baca. Saya kira Lembang eh ternyata lembana ya pak :)
pak hari nih bikin masalah aja
liat poto gitu jadi gatel nih pengen keluyuran ke gunung
kangen aroma anginnya...
wah bener-bener kenangan manis semasa esema ya....pasti tak terlupakan
bagi saya yang point banget di atas saat mendorong mobil dengan tawa dan canda, tanpa rasa kesal sedikitpun. indah banget tuh Mas, saya bisa merasakannya, padahal beju kotor dan berlumpur. hebat.
Ah baca tulisan ini jadi pengen naik gunung lagi sama temen2 PA deh
Bang Hari yang mana tuh? Hihihi.. :p
Assalaamu'alaikum wr.wb, mas Hariyanto.....
Setiap perjalanan waktu sering membawa kita mengimbau masa lalu yang tidak terlupakan. Hanya kenangan dan kronologi peristiwa yang terakam di memori minda menjadikan kita masih hidup dalam kenangan itu. indah nian semuanya hingga bisa terbayang satu persatu walau kejadian itu jauh sudah di belakang.
Semoga sukses dengan GAnya.
Salam hormat dari Sarikei, Sarawak. :)
SITI FATIMAH AHMAD
Menuliskan kembali masa-masa itu, jadi bersemangat muda rasanya ya, Pak. Petualangan yang asyik dan seru tentunya.
Masa sekolah terindah masa celana abu-abu ya Kang ? Memang beda masa itu dan ingin mengulang kembali. Hm,,, kaya lagu aja. :D
Salam
saya belum pernah kesitu tapi ngeliat fotonya, saya bisa membayangkan
jadi inget film2 jaman dulu gaya rambutnya seperti di foto ini :) good luck ya pak untuk GAnya Mak Noe
Desanya berada tepat di kaki gunung,,, wah pasti indah pemandangannya,,, namun fotonya kurang di tambahin mas, pemandangan desanya :)
Main di alam memang selalu jadi pengalaman seru. Apalagi waktu muda. Wah... sempurna deh. Gak inget ini-itu. Hehehehehe...
*yang mana ya Pak Har di foto itu?* :D
ini tempat pasti bnyk kenangan-nya ya kang.. tak akan terlupakan
Betul apa yg Mas Har bilang kalau masa putih abu-abu itu masa yg paling indah. Saya merasakannya juga.
Mas Har itu foto masa putih abu-abu ya? Mas Har yg mana ya?
Salam.
huaaa...komentar ilanggg *akibat listrik mati-amti*
Baru tahu ternyata Bang HAri juga suka mendaki gunung tho? Ajakin MBak Wieka ke Bawakaraeng Bang
Mantap, terakhir saya ke lembanna sekitar tahun 2000 pas kelulusan STM deng, sampai sekarang udah gk pernah lagi, mentok sampai malino tok :)
truly a place to remembeeer....cantik tempatnya ya pak...sukses GAnya :D..
masa-masa smu itu salah satu pengalaman dan kenangan yang tak terlupakan yamas
wah, keren bnget tuw pemandangannya. pgen bnget kesana...
:3
wah mantap pak Har kenangan jalan2 ke kaki gunung Bawakaraeng..
saya belum pernah kesana hehe
hadir kembali melepaskan rasa kangen danrindu yang menggunung dalam hati.
peluk ah
membacanya jd inget waktu SMA dulu, semua orang pasti punya momen-momen seperti ini......
isnpiratif
Sungguh artikel dengan tehnik tulisan yang indah menyentuh sekali Mas serasa baru saja saya lepas SMA padahal sudah 10 tahun ayang Lalu.
Postingan ini membuat saya jadi rindu pada akar2 yg dulu membuat saya tersandung, bebatuan yg melukai lutut, tanah basah yg mengotori celana lapangan dan sepatu tracking, semua yg dulu setia menemani hari2 indah di alam raya nan mempesona.
Terima kasih telah berpartisipasi di GA ini, good luck :)
Ajakin aku kesana dong paakk. :D
Makasih sudah ikut GA ku yaa... Salam sukses, salam dari Serang
selamat ya sudah menang, sukses teruss :)