Hariyanto Wijoyo
|
46
komentar
Hari minggu pagi, sekitar pukul 08.00, kami sudah berkumpul di jalan Gunung Bulukunyi, Makassar. Rumah kediaman temanku yang bernama Didi, yang bertindak sebagai tuan rumah. Pagi itu kami datang dengan masing-masing mengendarai sepeda. Ada lima orang yang hadir, yaitu saya sendiri, Ricky, Iwan, Didi dan salah seorang sepupunya.
Kejadian itu terjadi pada tahun 1980, saat itu saya baru masuk Sekolah Menengah Pertama. Seperti biasa, kami selalu berkumpul bersama dan menghabiskan waktu bersama di hari Minggu. Setiap minggu, selalu berganti yang menjadi tuan rumah, minggu lalu rumahku, minggu sebelumnya rumahnya Ricky, dan minggu ini rumahnya Didi. Tahun 1980 Kota Makassar belumlah seramai sekarang, angkutan dalam kota belum terlalu banyak, demikian juga kendaraan bermotor. Boleh dikatakan, jalanan masih aman untuk ditelusuri dengan menggunakan sepeda roda dua.
Seperti anak kelas satu SMP satu itu, tampilan kami hanyalah berpakaian apa adanya, bercelana pendek dan bersepatu. Saya sendiri tampil dengan cirri khasku saat itu, yang selalu mengenakan topi. Dan sepeda adalah kebanggan kami saat itu, sebagai sarana transportasi ke sekolah, dan juga sarana untuk bergaul bersama-sama teman-teman SMP. Semua temanku yang hadir saat itu menjadikan sepeda mini sebagai tunggangannya, dan hanya saya yang memilih sepeda balap sebagai tungganganku.
Hari itu entah ide siapa, tiba-tiba saja kami semua sepakat untuk pergi ke rumah salah seorang teman SMP kami yang bernama Win, rumahnya terletak di sekitar Daya, sekitar 14 kilometer dari Kota Makassar. Kalau sekarang sich Daya itu tidak terlalu jauh, bisa ditempuh berapa menit saja dengan kendaraan bermotor. Namun pada tahun 1980-an, Daya itu bagi kami lumayan jauh, apalagi kami harus menempuhnya dengan menggunakan sepeda roda dua.
Namun karena memang jiwa dan semangat kami masih sangat muda, maka jarak tempuh sejauh itu tak jadi masalah. Akhirnya kamipun beramai-ramai mengayuh sepeda kami menuju rumah Win. Saking semangatnya, kamipun lupa untuk menyiapkan bekal maupun uang jajan , bahkan kami juga lupa meminta izin kepada orang tua, terlebih kepada orang tua teman kami Didi, tempat di mana kami berkumpul.
Cukup lama juga kami mengayuh sepeda, hingga akhirnya kami tiba di rumah Win. Belum kering keringat yang membasahi pakaian kami, entah ide siapa lagi yang muncul, akhirnya kami sepakat, termasuk Win, untuk melanjutkan perjalanan kami menuju kawasan wisata Taman Nasional Bantimurung yang terletak di Kabupaten Maros. Jaraknya sekitar 40 kilometer kalau dari Kota Makassar, kalau dari rumahnya Win, jaraknya sisa ekitar 26 kilometer.
Kawasan Wisata Taman Nasional Bantimurung kami hanya dengar dan baca dari buku-buku di sekolah, tanpa pernah sekalipun kesana. Dan sekarang, kami ingin melihat secara langsung, bagaimana sebenarnya Bantimurung itu. Kebetulan Win mengetahui jalan menuruh arah ke Bantimurung. Besarnya keingintahuan kami, sehingga perjalananpun kami lanjutkan dengan semangat yang menyala-nyala, dan lagi-lagi kami lupakan persoalan tentang bekal dan uang jajan. Pokoknya, mengayuh sepeda terus hingga tiba di Bantimurung. Perjalanan ke rumah Win lalu berlanjut menuju Kawasan Wisata Taman Nasional Bantimurung, benar-benar merupakan perjalanan pertama kali bagiku dengan menggunakan sepeda, its realy My First Jounery.
Selama ini saya hanya menikmati pemandangan di Kota Makassar saja, sehingga pemandangan indah yang terlihat sepanjang perjalanan sungguh membuat saya terkagum-kagum. Rasanya seperti seekor katak yang keluar dari tempurung, terpesona akan keindahan dunia. Angin yang meniup membelai kulitku selama bersepeda membuat diriku, juga teman-temanku tidak merasa capek. Sepeda kami kayuh dengan santai, sembari berkelakar sepanjang perjalanan, saya dan kawan-kawan merasa seperti
Six Gang Riding a Bicycle to Bantimurung, hingga akhirnya kami tiba di Kawasan Wisata Taman Nasional Bantimurung.
Kawasan Wisata Taman Nasional Bantimurung benar-benar menjadi magnet kuat yang mengagumkan bagi kami semua. Air terjunnya, kupu-kupu nya, dan goa-goanya yang menakjubkan, membuat kami terlena, hingga tak terasa matahari sudah mulai bergerak ke ufuk barat. Seusai menikmati semua keindahan itu, kami mendapat signal yang sangat kuat, bahwa kami semua dalam keadaaan darurat.
Signal itu datangnya dari perut kami, yang ramai-ramai menyanyikan lagu kebangsaan berirama keroncongan. Perlahan-lahan kami saling menatap sambil menjilati bibir kami yang mulai kekeringan, dan tangan mulai memegang perut yang kelaparan minta di isi. Tak ayal, kami mulai merogoh saku celana kami, mencari tahu siapa tahu ada uang jajan yang terselip di dalamnya. Kami menyesali, mengapa tak terpikirkan untuk menyiapkan bekal atau membawa uang jajan yang cukup selama melakukan perjalanan ini.
Kami juga baru sadar, ternyata kami semua belum ada yang meminta izin kepada orang tua kami masing-masing, ach…tentunya orang tua kami akan gelisah dan akan mencari kami kemana-mana. Waktu itu belum ada sama sekali yang namanya Handphone, yang ada hanyalah telepon kabel. Sudah terbayang wajah panic orang tua kami masing-masing, ketika mereka sadar, anak-anak mereka belum kembali pada jam seperti ini.
Untunglah ada terkumpul sedikit uang, namun itupun hanya cukup dibelikan minuman untuk kami berenam, serta dua mangkok nyuknyang. Nyuknyang adalah makanan sejenis bakso, namun lebih kecil dan lebih halus. Dua mangkok nyuknyang kami bagi untuk enam orang, dan seusai menghabiskan minuman, kami pun bergegas mengayuh sepeda untuk kembali ke rumah kami di Makassar.
Perjalanan pulang dari Kawasan Wisata Taman Nasional Bantimurung terasa sangat berat, kami sudah kehilangan separuh semangat kami. Apalagi seluruh tubuh kami terasa capek, dan membayangkan berapa jauh jarak yang harus kami tempuh untuk kembali ke Kota Makassar, membuat kami menjadi begitu tertekan, sehingga mengayuh sepeda pun kami seperti menjadi orang yang malas. Dalam perjalanan pulang topiku hilang diambil oleh pengendara sepeda motor yang melintas mendahului kami. Aku hanya bisa memaki, karena mencoba mengejar mereka niscaya kan sia-sia.
Akhirnya dengan sisa-sisa semangat dan tenaga yang ada, kami terus mengayuh sepeda hingga akhirnya, menjelang manghrib kami semua tiba di rumah Didi. Belum hilang capek yang kami rasakan, nafas kami masih ngos-ngosan, peluh masih mengalir membasahi seluruh tubuh kami, ibu Didi muncul dengan raut muka yang penuh dengan kekesalan. “Kalian dari mana !!!” tanya ibu Didi dengan nada marah. Blum sempat kami menjawab, ia sudah melanjutkan ucapannya “Cepat pulang, kembali ke rumah masing-masing. Orang tua kalian sudah kemari mencari kalian, tapi saya juga tidaj tahu kalian ke mana.”
“Kalau saja sampai malam kalian tidak pulang, Bapaknya Didi sudah siap-siap minta bantuan polisi untuk mencari kalian!!!” Lanjut ibu Didi masih dengan nada marah. Waduh polisi, saat itu bila mendengar kata Polisi, maka kami pasti akan terdiam, bagi kami Polisi adalah sosok yang sangat terhormat dan mengagumkan, sungguh berbeda dengan kebanyakan polisi-polisi di masa sekarang. Akhirnya kami pun mengayuh sepeda pulang ke ruman masing-masing, sambil membayangkan apa yang akan kami terima dari orang tua kami.
Ibunya Didi saja sudah marah sekali terhadap kelakuan kami, lalu bagaimana pula dengan orang tua kami sendiri, apakah mereka juga akan marah seperti ibunya Didi., atau bahkan lebih marah lagi. Membayangkan hal itu, aku cepat-cepat mengayuh sepedaku yang bergerak secepat angin menuju ke rumah ku.
Tabe, salama' ki'
Keep Happy Blogging Always, mari ki' di'..salam :-)
Category
:
INDONESIA RAYA
,
Kabupaten Maros
,
kontes GA
,
My Life
,
Sulawesi Selatan
,
Taman Nasional Bantimurung
Waktu kecil memang masa masa yang penuh kenangan ya pak,rasanya ingin mengulang kembali
Waktu kecil memang masa masa yang penuh kenangan ya pak,rasanya ingin mengulang kembali
Jadi kangen sama Batimurung untuk main di sungainya Kang, Sukses kontesnya.
Salam
bang har jago juga ng'gambarnya euy...
gimana caranya bisa begitu coba?
pengen bersepeda juga nih jadininya sepertinya seru ya,,jalan2 dgn bersepeda,,bisa nyantai gitu :)
Kapan2 ajak saya sepedanan naik gunung dong pak. xixixi "D
Nyepeda memang keren ya om, dulu selama SMP juga naik sepeda ke sekolahnya. Banyak kisahnya, dari putus rante, pecah ban, lepas pedal, sampe lepas stang pernah :(
3 Tahun terakhir ga pernah nyentuh sepeda lagi selama udah kuliah :D
Klo saya bersepeda gk pernah sejauh itu..
Unforgettable moment.... :)
Wah.. Jauh kali tuh, Bang. Apalagi untuk ukuran anak SMP.. Heheh.. Saking semangatnya jadi banyak lupa ya. Syukurlah bisa pulang dengan selamat walopun harus kena omel dulu. :D
Masa-masa yang indah bersama teman2 masa kecil memang sangat membahagiakan ya Om...walo lapar plus dimarahi ortu sptnya gak masalah...hihi...
14 km untuk anak SMP mah (seharusnya) memang jauh Pak, hehe....
Memang begitu ya anak-anak, berani dan penuh semangat. Bikin orangtua deg deg ser... :D
trsu critanya nyampai rymah di omalin ga ni, hehehehe. harusnya di omelin dunk, kan pada bande main sampai magrib blum pada pulang. hehehe
btw kuliner Nyuknyang itu boleh pak dibahas pada artikel mendatang.....
seru juga ya, anak - anak selalu mencoba dengan hal - hal yang baru dan seru
memang waktu kecil itu petualangan merupakan hal yang paling menyenangkan.. :). tapi jadi penasaran juga ujungwnya kena marah ga pa.. :D
Mari bersepeda...
wah asyik nih Mas, sebagai alternatif kalo pas ke Makasar. selama ini udah apal kalo ke makasar, mentok ke tana toraja. nah ini dia mas Hary menawarkan alternatif yang asyik punya yang saya belum pernah kesana
win itu gadis kah ? seperti waktu aku jaman SMP suka apel ke ruamh cewek cantik dengan sepeda walau jarahnya jauh. karena memang jaman dulu punyanya sepeda buntut.
Bantimurung masuk dalam list travelku semoga kesampaian ke sana
Keingat dulu waktu di Ungaran pengen banget sepedaan keliling kampung tapi krn jalanannya menurun menanjak jd gowesnya dipending, ehh sekarang dah di bali masih aja blm mulai2 spedaan. hahaha
pengalaman yang mengasyikkan meskipun capeknya setengah mati ya mas, jadi membayangkan bagaimana wajahnya dulu ketika di marahi ibunya Didi hehe...
Hehe seru mas goesnya hehe
wow ... keren mas :)
seru kayaknya bersepeda :D
selamat malam pak hariyanto, mohon maaf baru bisa berkunjung dan singgah di blog pak :)
luar biasa ya pak perjalanannya pasti sangat mengasyikkan nih bisa jalan jalan bareng teman dan keluarga di seuatu tempat :)
wahh seruh banget pak bisa bersepeda gini apa lagi zonanya sangat menantang... pasti jadi seru tuh pak....
wah tempatny indah nih sepertinya...belum pernah nyoba main ke sini...dan ingin sekali rassanya, ke bantimurung
wuih seru yaa jalan-jalanya...apalgi bareng gang.jadi penasaran pengen jalan-jalan kesana
rute yg ditempuh berapa Km jauhnya kang? bsa sekalian olahraga ya :)
ceritanya seru deng, sya belum pernah naik sepeda ke bantimurung, terakhir ke bantimurung pas acara perpisahan SMP, setelah itu udah gk pernah kesana sampai sekarang....
Beuuh, gantengnyaaaaa..
Btw, fotonya kurang banyak paaak, masa cuma satu sih? Hahhaha..
Semoga menang giveawaynya yaaa..
Disaat lagi menulisakan cerita ini seperti nostlagia ya Pak? hehehe
ceritanya seru sob....
Pengalaman yang sangat berkesan ya. Bang Hariyanto dimarahi juga sama ibunya?
Batimurung panas nya juara, kalo pake sepeda dijamin hitam kulit hahaha
maen lagi kesini kangen sama adminnya yang ganteng sekalian mo minta air panas buat ngopi ...:o)
salam sehat dan ceria selalu
seruuuuu.... kalo aku bersepeda ramai2 keliling Jakartanya sama teman2 SMA... ih, tulisan ini bikin aku kangen sama teman2 dan masa2 itu. Seru ya...
Serunya bisa gowesan. Tar kalo anakku yang kecil sudah besar, aku pun mau gowes-gowesan lagi. TFS, Pak. :)
orang tua pasti khawatir dengan anaknya ya pak
sejak lama suka gatel kalo ada yang cerita bantimurung
kayaknya eh pastinya asik banget buat jeprat jepret
kalo jepret kupu kupu malem ada gak pak?
*sambit panci
26 kilometer. jauh banget, mgkn sebulan baru nyampe :)
aku pernah juga main kelewat lama ampe sudah dicari polisi
Aehhh, jaman segitu saya masih belum lahir bang, kece banget dan jadi pingin buat tulisan tentang jaman sekolah juga nih :D
wah..., wah..., saya membacanya jadi ikut berdebar-debar Pak, pengalaman yang luar biasa, hehe... dulu waktu kecil saya juga suka bersepeda, bahkan beberapa kali sampai keluar kabupaten :)
ending ceritanya bikin penasaran.. jadi pengen berkunjung ke TN Bantimurung. :D
mau ke makasaaarrr :)
agar selalu hidup sehat persepeda adalah salah satu solusinya... semoga aja bisa selalu sehat seperti mas hariyanto.....
#Blogger_Yang_Menjalin_Persahabatan