Hariyanto Wijoyo
|
42
komentar
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti ALLAH akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya ALLAH Maha Kuasa atas segala sesuatu." [QS. Al Abaqarah 148]
Haqiibatun,
thooirotun,
sallatun,
thooqiyyatun, ..kata-kata dalam kosa kata bahasa Arab itu terdengar riuh dan fasih pengucapannya, menghiasi suasana menjelang fajar pada hari Minggu (01062014) di Desa Leang-leang, Kelurahan Tompobalang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, tepatnya di
Pondok Pesantren Mambaululum.
Kosa kata bahasa Arab itu mengalir dari mulut delapan belas orang santri laki laki yang semuanya duduk di atas sajadah panjang dalam masjid, secara serentak mengucapkannya, sekaligus dengan artinya dalam bahasa Indonesia, haqiibatun – tas, thooirotun – pesawat terbang, sallatun – keranjang, thooqiyyatun – topi, dan banyak lagi hafalan kosa kata lainnya, tentunya dalam bahasa Arab. Melihat dan mendengarkan para santri berlatih bahasa Arab, membuat diriku ikut bersemangat, dan berhasil mengusir rasa ngantuk yang sedari tadi mencoba menggoda selepas sholat Subuh.
Sebelumnya, Saya bersama ustadz Ahmad Sudirman, tiba di Pondok Pesantren Mambaululum pada hari Sabtu sekitar jam 23.00 malam, setelah menempuh jarak kurang lebih 40-an kilometer dari Kota Makassar, dengan menggunakan sepeda motor kesayanganku, si merah Kawasaki athlete. Kami berangkat dari Gedung Menara Bosowa, sabtu malam (31052014), jam 10 malam kurang lima belas menit. Udara malam yang dingin tak menyurutkan niat kami, bahkan ustadz Ahmad Sudirman sudah menyiapkan sarung sebagai pembungkus dirinya untuk melawan udara dingin tersebut.
Ini adalah lanjutan perjalanan memupuk bekal akhirat kami setelah melakukan perjalanan
Syiar dan Dakwah Islam di Pulau Lakkang, yang kisahnya dapat dilihat
di sini. Selepas kota Maros, memasuki jalan poros Bantimurung, kami menjumpai beberapa bagian jalan yang rusak dan berlobang, suasana jalan yang gelap hampir saja membuat motorku kena musibah gara-gara lobang dan jalan yang rusak, untunglah ALLAH SWT masih melindungi kami. Hingga akhirnya kami tiba di tujuan dengan selamat, dan saat kami masuk kedalam masjid yang terletak dalam kompleks Pondok Pesantren, nampak beberapa santri rebah berbaring pulas dalam mimpinya. Akhirnya kamipun juga ikut berbaring di atas bentangan sajadah panjang, mengistirahatkan diri.
Usai sholat subuh, ustadz Sudirman membawakan kultum, lalu melanjutkan dengan mengajarkan bahasa Arab kepada para santri, baik santri wanita maupun pria. Karena kebetulan saya ada di situ, maka saya kebagian bertugas di kelompok santri laki-laki, dan uztads Ahmad Sudirman di bagian santri wanita. Tempat santri wanita dan santri laki-laki dibatasi oleh hijab hijau.
Sebenarnya saya hanya membantu mengawasi saja, karena saya juga sedang belajar dan tidak terlalu fasih bahasa Arab. Namun dengan banyak mendengar ucapan dan kosa kata bahasa Arab, tentunya saya berharap bisa membuat telinga saya lebih peka akan kosa kata Bahasa Arab. Jadi seperti metode
learning by listen, atau belajar dari mendengar. Kesimpulannya, para santri bisa lancar bahasa Arab, demikian juga saya...sambil menyelam minum air, sambil mengajar ya belajar juga, asyik kan :-)
Kini giliran para santri untuk maju satu persatu guna mengucapkan kosa kata yang telah dihafalnya. Awalnya ke delapan belas santri itu tak ada yang mau maju, sehingga akhirnya saya mengatakan pada mereka, “ Kalau di depan teman-teman sesama santri kalian tidak perlu takut salah, bagaimana kalian bisa menjadi benar bila tidak diketahui kesalahannya. Dan yang kaian harus cegah adalah jangan sampai melakukan kesalahan di hadapan orang luar atau di depan masyarakat. Karena di sini kita semua sama-sama sedang dalam proses belajar mengajar, saling membetulkan bila ada teman-teman yang melakukan kesalahan."
Setelah saya mengucapkan hal tersebut, majulah seorang santri bernama Muhammad Dedy, lalu saya minta santri lainnya untuk mencatat apakah hafalan Dedy benar atau salah, dan Alhamdulillah ternyata dengan lancar Dedy mengucapkan semua kota kata yang menjadi bahan hafalannya. Sesudah itu, saya lalu meminta Dedy untuk menunjuk seorang kawannya untuk maju ke depan guna mengucapkan hafalannya.
Semua hal ini saya lakukan, semata-mata agar diantara para santri terjadi ikatan pertemanan kuat, tidak saling menonjolkan diri, bahkan saling membantu. Dan terbukti, akhirnya para santri itu, yaitu Syaifullah, Burhanuddin, Rahul, Andi, Awaluddin, Nurdin, Wahid, Arsan, Ashar, Zaldy, Gunawan, Fajar, Ismail, Wahir, Kahar,Asrullah dan Usair, mulai berani untuk maju, bahkan ada yang maju ke depan hingga dua kali demi membetulkan hafalannya.
Suasana di Pondok Pesantren Mambaululum ini mengingatkanku akan
sebait kenangan tak terlupakan di Pesantren Hidayatullah Sorowako, yang kisahnya dapat dibaca
di sini. Suasana keakraban, kekeluargaan, kemandirian dan tentunya suasana ukhuwah islamiah yang kental selalu hadir mewarnai pesantren-pesantren yang sempat aku singgahi. Sama seperti pesantren Hidayatullah, santri di Pondok Pesantren Mambaululum ini juga tidak dipungut biaya alias digratiskan.
Akhirul kisah, setelah Muhammad Dedy memimpin teman-temannya ramai-ramai mengucapkan hafalan kosa kata bahasa Arab, lalu kegiatan ajar mengajar diakhiri dengan mengajak para santri membaca Al Fateha dan surah Yasin serta beberapa surah pendek, lalu ditutup dengan membagi-bagikan buah jeruk dan salak yangsebelumnya sempat kami beli di jalan poros Bantimurung, lalu di lanjutkan dengan foto bersama.
Sementara usai sudah kisah proses
Ajar Mengajar di Pondok Pesantren Mambaululum Kabupaten Maros. Sebelum kembali ke Kota Makassar, saya dan ustadz Ahmad Sudirman dijamu sarapan pagi oleh pimpinan pondok pesantren, bapak Haji Andi Anwar DM. Lalu motorku pun kembali melaju melindas aspal dan kami-pun kembali ke Kota Makassar, karena beberapa kegiatan telah menunggu akan kehadiran kami, apalagi menjelang bulan suci Ramadhan, saya berusaha mengejar kegiatan-kegiatan yang lebih mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, sebagai bekal amal ibadah demi menggapai ridho-NYA di dunia maupun di akhirat.
Pondok Pesantren Mambaululum
Jalan Poros Leang-Leang No. 51
Tompobalang - Kabupaten Maros
Sulawesi Selatan - Indonesia
Pimpinan Ponpes : Drs. H. Andi Anwar
Cellular : 08124144239
Tabe. salama' ki'
Keep Happy Blogging Always, mari ki' di'..salam :-)
Category
:
Celebes
,
IBADAH
,
INDONESIA RAYA
,
Kabupaten Maros
,
My Life
,
Pesantren
,
Sulawesi Selatan
,
Traveler Blogger
Subhannallah...Alhamdulillah, bahagianya berkesempatan membagi ilmu agama pada generasi penerus bangsa khususnya di pesantren Mambaulum - Maros, semoga syiar Islam semakin kuat disana khususnya dan dibelahan dunia lainnya.
salam hangat dari Cilembu.
Alhamdulillah.. Bisa bersyiar gitu, gimana perasaannya, Bang? Pasti seneng banget ya.. :D
Assalamu'alaikum... Yup, semoga syiar Islam makin mantap..!! Salam
Alhamdulillah ya pak sudah bisa berperan lebih jauh lagi dalam perkembangan syiar dan dakwah, karena banyak diantara kami yang belum bisa melakukan apa2 :(
Waah beruntungnya mas, diberi kesempatan untuk bersyiar tentang Islam :)
pengalaman mengesankan, berbagi dan menambah wawasan agama...subhanallah
Pondok pesantrenb tempat paling tentram
Menggali dan berbagi ilmu Islam
Salam.. :)
Subhannallah.. sejuk sekali artikel ini...
pesantren memang tempat yg pas untuk memperdalam ilmu agama ya :)
klo di pesantren lebih cepat mengalami pendewasaan dari sisi spiritual ya kang :D
Asyik juga kalau langsung dipraktikkan ya, Pak. Supaya kalau ada salah lafadz bisa dibenarkan ustadznya.
Subhanallah.. semoga tetao semangat dengan syiar Islam nya pak.
Alhamdulillaah..., suasana di pondok pesantren senantiasa menjadikan kita untuk bersemangat belajar ilmu agama sekaligus bersemangat mendekatkan diri kepada Allah Swt.
luar biasa ya pesantren nya adem ayem dan tentram :)
Wah jadi ingat suasana nyantren pak,,,
Belum pernah masuk ke pesantren, pengen juga kapan2 masuk dan lihat kehidupan pesantren :D
Berbagi ilmu di poesantren ya pak. Maaf baru bisa berkunjung lagi pak, anak-anak sedang ujian, jadi libur dulu kegiatan ngeblog :)
point banget tuh Mas yang disampaikan Mas Hary. Kita nggak bakalan menjadi pernah benar kalo nggak tau posisi yang salah kayak apa. inspiratif banget buat dijadiin petuah hari ini nih. top Mas, keren. so, trial and error, therefore we go perfectly!
jadi ingat kembali ketika mondok mas, meskipun toh hanya tiga bulan lamanya, yang penting pernah merakan pesantrenkan hehe...
Melihat kegiatan ajar mengajar di pondok pesntren Mambaululum enak benar, dan buat hati tentram Kang. :D
Salam
kalau bahasa Arab, saya banyak belajar dr anak2 saya. Selama ini saya gak pernah belajar bahasa arab. Krn di sklh dpt pelajaran bhs arab, saya jadi belajar
kelihatannya nyaman belajarnya di pondok mabaululu itu yak
Assalaamu'alaikum wr.wb, mas Hariyanto...
Hadir menyapa untuk memaklumkan ada hadiah award (1) BLOG WALKING AWARD buat mas Hariyanto di laman saya.
http://webctfatimah.wordpress.com/2014/06/06/ct255-meraikan-award-2/
Semoga sudi menerimanya sebagai tanda penghargaan dan persahabatan di dunia maya.
Salam sejahtera dari Sarikei, Sarawak. :)
SITI FATIMAH AHMAD
Jadi mau belajar mengaji lagi :D berada di lingkungan yang thalabul 'ilmi itu teduh sekali :), semoga istiqamah pak Aamiin
Lihat gambar gambarnya jadi kangen tanah air nih mas aku
Alhamdulillah ya pak, aku jadi keingetan waktu masih di Pondok di daerah saya hehee... Salam Sukses Selalu ya pak :)
liat gambar diatas jdi pengen belajar agama lebih lagi nih,klo di ponpes memang sdh kuat agamanya..
blog ini sdh saya follow mas,folback ya :)
Subhannallah...Alhamdulillah... hebat!! Jujur saja, saya sebenarnya ingin belajar mengaji lagi, soalnya sampai sekarang belum bisa lancar baca Al Quran...
Seneng yah liat Masjid di sana masih ramai :)
sepertinya sejuk tuh daerah nya, kapan2 pengen melancong kesana juga nih hhe :)
subhanallah, semakin seru pengalamannya yah..semoga menjadi barokah dan menjadi bekal di Akhirat
Semoga pesantren tersebut terus mencetak generasi pejuang di jalan Allah :)
Alhamdulillah, ikut senang membacanya, bisa berbagi ilmu dan syiar ke pesantren.
Semoga ilmu yang disampaikan diserap dan diamalkan santrinya.
Artikel yang menarik hehe :)
wah hebat sekali bapak ini.
sukses sekali, bisa mengajarkan bahasa arab juga
semoga bisa menjadi bekal untuk akhirat nanti. Amin
Perjalanan yang mengesankan... bisa berkunjung di salah satu pesantren
Menarik sekali pak hariyanto :D
Wahh.. apalagi bentar lagi udah PUASA pasti kegiatannya lebih banyak nih. hehehe :D
sangat menarik ya gan para santri dengan khidmat beribdah di pesantren, ane jadi kepengen mondok gan, tapi usia sudah tua gan haha
Subhanallah pasti seneng banget yah om bisa mengajar sekaligus dapat ilmu juga ^^
Semoga ilmunya makin berkah yaaa om..
Jaman sekarang guru ngaji pada dipanggil ustadz ya, jamanku kecil dulu, cukup dipanggil "pak", mungkin agar rendah hati dan gak riya aja ya..
luar biasaaaa....salam takzim Pak...mudah-mudahan senantiasa dilancarkan oleh Allah SWT ya ...
pastinya pengalaman yang mengesankan ya bang :)