Hariyanto Wijoyo
|
14
komentar
Ini cerita tergali dari sekian banyak endapan data dalam memory otakku, yang berkisah tentang sekilas kenangan lucu nan indah semasa masih berseragam putih abu-abu. Saat itu saya mengenyam pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri Satu Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Masa sekolah yang tak terlupakan, begitu banyak kawan dan sahabat-ku dari berbagai suku yang ada di Indonesia, tentunya juga ada dari suku bangsa terbesar di dunia, yaitu bangsa Tionghoa, dulu sich saya lebih akrab dengan istilah bangsa China.
Dalam bergaul bersama kawan dan sahabatku, rasanya tak sulit membedakan yang mana bangsa Tionghoa dan mana yang bukan. Yang pasti bukan dalam perbedaan bahasa, karena saya rasa agak sulit membedakannya sebab sebagian besar bangsa Tionghoa yang hidup di Makassar, fasih berbahasa Makassar. Adapun mereka akan bercakap dalam bahasa Mandarin bila dengan sesama Tionghoa saja.
Cara yang paling tokcer adalah dengan melihat secara fisik, sebab bangsa Tionghoa memiliki tampilan khas, seperti kulit yang biasanya lebih putih daripada orang Indonesia asli, kemudian raut wajahnya, terutama mata-nya yang pada umumnya bermata sipit. Dan celaka-nya, menurut kawan dan sahabatku, saya juga kelihatannya memiliki ciri-ciri fisik seperti itu.
Memiliki kemiripan secara fisik dengan bangsa lain efeknya benar-benar dahsyat, membuat banyak kawan dan sahabatku yang terkecoh dengan raut wajah dan warna kulitku, terutama mataku yang konon kabarnya terlihat agak sipit seperti mata bangsa Tionghoa. Sehingga mereka beramai-ramai menyelamatiku sembari mengucapkan Gong Xi Fat Cai, Selamat Imlek ketika hari hari raya Imlek tiba, padahal saya ini Indonesia tulen, sebab almarhum Bapak-ku berasal dari Jawa Tengah dan almarhumah Mama-ku berasal dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Lebih gawat lagi karena ternyata ada juga kawan dan sahabatku dari bangsa Tionghoa yang ikut-ikutan memberi ucapan selamat Imlek kepada diriku, alamak…bangsa Tionghoa saja bisa terkecoh, apalagi orang Indonesia. Mereka baru tersadar kalau salah duga dan salah orang ketika tak ada air minum, kue keranjang dan manisan tersaji serta angpao, seperti yang biasa disajikan oleh bangsa Tionghoa yang merayakan Imlek. Apalagi ketika mendengar pengakuanku,
maaf kawan saya tidak Imlek karena Saya Indonesia tulen. Meskipun saat itu mereka tahu bahwa saya bukan orang Tionghoa, akan tetapi sungguh mengherankan, karena hal itu selalu berulang setiap tahunnya hingga kami menjadi alumni SMA :-)
Rupanya pengecohan itu masih saja terjadi di zaman sekarang, beberapa puluh tahun setelah masa-masa SMA. Seperti yang kualami saat bulan Ramadhan tahun lalu di Kota Makassar. Beberapa jamaah masjid Miftahul Khayr mengira saya adalah bangsa Tionghoa yang beragama Islam. Dan ketika beberapa remaja masjid menjelaskan kalau saya Indonesia tulen, barulah mereka manggut-manggut, entah mereka mengerti atau tidak..wallahualam :-D
Tabe salama’ ki’
Keep Happy Blogging Always, mari’ ki’ di’ :-)
Category
:
Celebes
,
humaniora
,
INDONESIA RAYA
,
Makassar
,
My Life
,
Sulawesi Selatan
,
Tahun Baru Imlek
Kalau gitu sama dong mas dengan cerita saya heheehe... sampai sekarang saya disebut engko sama orang yang baru ketemu tahu hehehe.
kalo saya koq nggak ya, nggak pernah tuh pada kasih selamat imlek ke saya
#terang aja wong saya item
iya sih Mas Hary kan memang putih seputih salju dong
makanya dengan ini saya ucapkan:
selamat ulang tahun ya Mas
#siapa tau pas ulang tahun
Saya juga Indonesia tulen, Bantul ketemu Sleman, lainya di Merauke... hehehehe
apalagi saya mas, masa sih saya disebut nci hihi.. jangankan ikutan imlekan ulang tahun yang lainnya tidak pernah mas.. versi kita itu #tak nyunah#
Gara-gara kulit putih dan mata sipit, jadi selalu di bilang bangsa Tionghoa. hahaha. pada salah persepsi ya mas,.. Padahal Asli orang makasar..
Jadi sampai sekarang masih banyak yang salah sangka ya Bang :)
Hehehe, ngga papa Bang, siapa tau malah bawa hoki :)
wah walau bukan tionghoa tapi harus saling menghormati sob
Maaf Kawan, saya juga tidak merayakan, saya juga jawa tulen :D
Huahuhauhaua... gak ah, masa kayak tionghoa sih? Menurutku enggak lah...
Saya termasuk yang ketipu bener deh sekilas mirip orang tionghoa taunya 100% Indonesia bangets
dari mamak ituh Karaeng..!,
mana palenna bagianku ampow...hehehe
huahahahaaaaa....memang saya juga pertama kalinya menyangkan abang ini tionghoa...tak taunya indonesia tulen yaa bang...kalau gitu saya mengucapkan selamat imlek...eh salah....selamat selalu dan ambil hikmahnya...heee
Mataku tak sipit
Warna kulit
Putih hanya sedikit
Tapi ucapan mereka kesaya tak pelit
Gong Xi Fat Cai
Angpao na lai
:)