Hariyanto Wijoyo
|
6
komentar
Suara bacaan Sholawat Tarhim dari loudspeaker masjid subuh itu, mengiringi langkah kakiku menelusuri jalanan beraspal yang penuh dengan polisi tidur di lorong tujuh belas, menuju Masjid Miftahul Khayr. Gelap pekat masih menyelimuti langit, udara dingin terasa menusuk-nusuk jubah panjang berlapis sweater yang kukenakan.
Kulihat “Kak Giman” juga baru keluar dari rumahnya yang berjarak sekitar lima rumah dari tempat tinggalku selama berada di Kota Makassar. Sosoknya yang tinggi kurus, terlihat agak membungkuk dalam baju koko biru dan sarung coklat yang dipakainya. Sejenak dirapikannya kopiah putih yang dikenakannya, sambil matanya melirik ke arahku.
Begitu pandangan kami bertemu, spontan segaris tipis membentuk senyuman hadir tersungging di bibirnya. Saya pun membalas dengan senyuman dan memberi salam, “Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh”.
“Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.”, balasnya, seusai saling memberi salam, kami pun berjalan beriringan menuju masjid untuk mendirikan sholat subuh berjamaah.
Begitulah suasana keakraban yang terjalin antara saya dan “Kak Giman”, bukan hanya pada waktu sholat subuh saja, bahkan setiap saat kami bertemu, maka saya dan dia akan saling menyapa, bila ada kesempatan kami ngobrol sejenak, berkisah tentang apa saja.
Sedari kecil saya sudah mengenal sosok lelaki berdarah Jawa, beranak tiga ini yang berprofesi sebagai penjahit pakaian. Kak Giman adalah salah satu pelaku Usaha Mikro dan Kecil yang ada di kota Makassar. Dia belajar menjahit hingga mahir dari seorang penjahit asal Banjar, almarhum Pak Djufri , yang kemudian menjadi ayah mertuanya.
Profesi Kak Giman sebagai seorang penjahit dan pelaku Usaha Mikro dan Kecil sangat berkesan dalam kehidupanku, betapa tidak, begitu banyak kenangan yang tak kan terlupakan selama pergaulanku dengan Kak Giman hingga saat ini, dan entah sudah berapa banyak celana dan bajuku yang dijahitkan olehnya. Sungguh saya sangat terbantukan dan sangat berterimakasih karenanya.
Celana dan baju yang sempat kubeli di toko atau di departement store, kebanyakan ukuran bahu, pinggang dan panjang-nya tidak pas dengan ukuran pinggang dan panjang kaki-ku, jadi mau tak mau harus ku-permak dengan bantuan ketrampilan Kak Giman sebagai penjahit, agar bisa kupakai.
Itulah sebabnya saya lebih suka membeli bahan kain saja, lalu membawa-nya ke Kak Giman untuk dijahitkan jadi celana atau baju. Jahitan-nya pas dengan ukuran tubuhku, enak dipakai, dan kuat, meskipun dipakai jongkok dan berdiri berkali-kali, jahitannya tidak bakalan sobek. Sungguh berbeda dengan celana dan baju di toko, baru berapa kali dipakai jahitannya terkadang mudah sobek.
Bukan itu saja, kerap saya mendesain model celana yang kuinginkan, dan Kak Giman bisa membuatkan sesuai desain-ku. Bahkan Kak Giman juga pernah menisik beberapa celana jeans-ku yang sudah mulai sobek, sehingga terlihat lebih modis mengikuti mode yang ada saat saya masih remaja.
Kak Giman sedang menyelesaikan jahitan celana pelanggan kecil-nya
Seluruh keluarga besar Kak Giman sangat akrab denganku, karena mereka semua merupakan tetangga satu lorong ku. Apalagi semenjak saya masuk Sekolah Lanjutan Atas, hampir setiap hari saya mampir ke tempat ia membuka usaha menjahit pakaian.
Bukan hanya mampir membawa kain untuk dijahitkan jadi baju atau celana, tapi juga sekedar mampir untuk ngobrol, bercerita membahas apa saja, dari yang ringan dan santai hingga ke hal yang berat dan menguras energi untuk berpikir.
Nama usaha jahitan-nya adalah "Penjahit Ridho", alasan pemilihan nama Ridho sederhana saja, kata Kak Giman agar usahanya selalu diridhoi Allah SWT. Dan itu memang terbukti, usaha jahit menjahitnya laris manis, pelanggannya banyak, datang dari segala penjuru kota, dan dari berbagai tingkatan sosial.
Mulai dari anak sekolahan, pegawai negeri atau swasta, polisi,tukang, pedagang kelontong, pemain orkes, hingga dokter dan anggota dewan. Bahkan beberapa orang dokter yang jadi klient-ku, ternyata sudah lama jadi pelanggan Kak Giman.
Padahal mereka tinggal-nya jauh dari Penjahit Ridho, bahkan ada yang di ujung kota tinggalnya. Namun mereka tetap mencari Kak Giman, kalau mau menjahit pakaian atau celana mereka.
Sebabnya, karena jahitan Kak Giman itu terkenal bagus dan kuat, selain itu, kak Giman mereka nilai orangnya ramah, supel dan mudah bergaul, serta selalu menjaga kepercayaan pelanggan. Apabila dia menjanjikan jahitan bisa diambil tiga hari kemudian setelah jahitan diterima, maka tiga hari kemudian,,jahitan pelanggan benar-benar bisa diambil dengan kualitas yang tetap terjaga.
Kak Giman termasuk orang yang rajin bersedekah, meskipun sedekahnya tidak selalu dalam bentuk uang. Misalnya saja, keponakan saya "Khrisna" pernah membawa celana-nya untuk dipermak, setelah selesai, lalu dibayar ongkos jahitnya dan beberapa hari kemudian, ternyata celana itu sobek pada pangkal paha akibat bersepeda.
Ketika dibawa ke Kak Giman, begitu selesai dijahit sobekannya, tak ada sepeserpun biaya yang diminta saat keponakanku "Khrisna" datang mengambilnya, dan hal itu sudah sering ia lakukan kepada siapa saja, Bahkan kalau pelanggannya belum ada uang untuk membayar jahitannya, maka kak Giman memperbolehkan pelanggannya mengambil jahitannya, dan mengatakan silahkan bayar kalau sudah punya uang.
Dan ia tak pernah menagih atau mengingatkan kepada pelanggan akan utang jahitan-nya yang belum terbayar, hingga tiba masanya pelanggan tersebut membayar utang-utangnya.
Tahukah kalian, bahwa hal itulah yang paling sering saya lakukan, jahit dulu di Kak Giman, meskipun belum ada uang, nanti kalau ada uang baru dilunasi. Hal itu benar-benar sangat menolongku, apalagi kalau jahitnya pas tanggal tua :-)
Bila warga ada kegiatan, entah kerja bakti atau acara tujuh belasan, maka Kak Giman dengan ringan tangan dan senang hati akan memberikan bantuan. Bahkan bila ada warga yang butuh pertolongan maka Kak Giman juga dengan senang hati kan memberikan bantuan.
Dalam bermasyarakat pun, Kak Giman sekeluarga tak pernah menutup diri. Misalnya saja, setiap ada undangan, baik lisan maupun tulisan, maka Kak Giman, atau diwakili oleh anak atau istrinya selalu datang memenuhi undangan tersebut.
Kak Giman juga pandai menempatkan diri, ia bisa bergaul dengan siapa saja, tua atau muda, lelaki atau wanita. Bahkan anak-anak kecil usia Sekolah Dasar pun kerap dijadikannya teman ngobrol dan bercanda, tanpa ada rasa canggung sedikitpun.
Awalnya “Penjahit Ridho” bertempat di pinggir jalan sungai walanae, karena usaha jahitannya semakin berkembang, lalu kak Giman membangun sebuah ruko tiga lantai di dalam lorong tujuh belas, jalan sungai walanae. Di ruko itulah kak Giman memindahkan usaha jahitannya, lantai dua dan tiga untuk tempat tinggal, dan lantai satu untuk usaha “Penjahit Ridho”.
Mungkin karena pemilihan nama yang pas, usaha jahitannya semakin maju saja, lalu Kak Giman mulai mengembangkan usaha, dengan menggandeng adik iparnya "Munsyi", ia membuka usaha Air Minum Isi Ulang dengan nama “Ridho” juga, yang bertempat di pinggir jalan Sungai Walanae, persis di samping bekas tempat usaha jahitannya dulu.
Air minum isi ulang itu dijalankan oleh adik kandungnya bernama “Darmin” yang seumuran dengan-ku. Dalam menjalankan bisnis-nya, Kak Giman tak pernah sungkan untuk mengantar galon air yang sudah di isi kerumah pelanggan, dengan menggunakan troley.
Semakin maju usaha-nya, tak membuat Kak Giman menjadi lupa diri, malahan ibadahnya semakin menjadi-jadi. Selain ibadah sholat berjamaah di masjid yang tak pernah lepas setiap waktu, sekitaran 4 tahun lalu ia dan istrinya berangkat menunaikan ibadah haji. Dan pada tahun ini, saat tulisan ini dibuat Kak Giman dan istrinya sedang melakukan ibadah umroh.
Usaha Depot Air Minum Isi Ulang "Ridho"
Dari kiri ke kanan, pak H. Sahlan, Kak Giman dan saya berfoto di Masjid Miftahul Khayr
Melalui artikel ini saya sekali lagi ingin mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada "Kak Giman" atas segala jasa, sumbangsih dan kebersamaannya bersama saya beserta seluruh masyarakat di Jalan Sungai Walanae dan Lorong Tujuh Belas Kota Makassar selama ini. Semoga kesuksesan selalu menyertai Kak Giman, dan tetaplah menjadi
Penjahit Ridho yang selalu mengharap ridho Allah, terimakasih mass market.
Tabe' salama' Ki'
Keep Happy Blogging Always, Mari Ki' Di' :-)
Category
:
Celebes
,
INDONESIA RAYA
,
kontes GA
,
Lomba Blog
,
Makassar
,
My Life
,
Sulawesi Selatan
Jadi pengen ikutan nulis juga.
wah,,, lengkap sekali pak.. semoga beruntung :)
ceritanya panjang, saya sampai kengantukan bacanya..he..he..., ok sukses selalu buat bpk penjahitnya ya mas.
Inspiring banget ya beliau
Sederhana tapi berhasil
Ah, semoga kita semua bisa meneladani beliau ya mas
Jadi mau ikut nulis juga nih aku Kang Har..hahhaay
Bisa menemukan penjahit baju yg cocok dan bisa memahami apa yg diinginkan oleh pelanggan, itu sesuatu banget Bang. Apalagi jika tarifnya bersahabat, dijamin bakal banyak pelanggan setianya.