Hariyanto Wijoyo
|
8
komentar
Assalamualaikum friends of blogger globally wherever you are. This time I want to share a story about a very memorable vacation memories and fun for me personally but also there is the scent of spooky and scary. Hey whats happened, kenapa liburannya jadi beraroma menyeramkan dan menakutkan, kalau sahabat-sahibit blogger sedunia penasaran ingin tahu silahkan membaca lanjutan kisahnya sampai tuntas ya ..yuuk keep smile ;-)
At that time I was still in high school, about twenty-eight years ago, dan sebagaimana kebanyakan orang dengan seusia saya saat itu yang konon kabarnya berdarah muda, always try venturing somewhere beautiful-beautiful, namun penuh dengan sesuatu yang unik dan sedikit menegangkan, setidaknya bisa memicu adrenalin semangat muda seragam putih abu-abu, namun jauh dari prilaku tawuran seperti yang marak dilakukan oleh pelajar-pelajar SMA saat ini.
Ketika liburan semesteran tiba saya pun membulatkan niat dan tekad di hati untuk liburan ke salah satu kampung halamanku, tempat lahirnya my lovely mother, yaitu Kabupaten Tana Toraja di Sulawesi Selatan. Tana Toraja memang terkenal sebagai destinasi wisata yang sangat eksotik dan sudah terkenal ke manca negara. Dengan beragam keindahan adat budaya serta tempat-tempat indah nan menakjubkan yang dimilikinya, Tana Toraja menjadi dream land bagi penggemar dunia kepariwisataan. Dan salah satu obyek wisata yang sangat menarik untuk dikunjungi di Toraja adalah kuburan.
So this article tells about my
Unforgettable Vacation In Stone Graves Of Toraja :-)
Kuburan dijadikan tempat wisata, ohhhsraaaammmm, mungkin begitulah pendapat para sahabat-sahibit blogger sekalian saat pertama kali mendengar tentang kuburan yang dijadikan obyek wisata di Tana Toraja. Tapi setelah berkunjung ke kuburan-kuburan tersebut yang keberadaannya sangat banyak di Tana Toraja, ternyata aura seram-nya tidak terlalu kelihatan. Yang ada malahan keunikan, keindahan, dan kesan yang tak terlupakan, dan itulah juga yang saya mulanya alami saat mengunjungi salah satu kuburan di Tana Toraja. Tapi ternyata dugaan dan pemikiranku semula itu salah besar...., saya malahan mendapatkan suatu pengalaman yang sungguh tak terlupakan. Pengalaman apakah itu, kita lanjutkan saja kisah tentang
Unforgettable Vacation In Stone Graves Of Toraja ini.
Kematian adalah suatu hal yang cepat atau lambat pasti mendatangi setiap mahluk yang bernyawa, tentunya hal ini juga berlaku bagi masyarakat yang ada di Tana Toraja. Namun tidak seperti kebiasaan di daerah-daerah lain di Indonesia bila meninggal dunia jenazahnya di makamkan dengan dikubur dalam tanah, sedangkan bagi sebahagian besar masyarakat Tana Toraja bila meninggal ada empat pilihan cara pemakaman, yaitu peti mati dapat disimpan di LIANG atau dalam gua , atau di makam batu berukir, atau digantung di tebing jenazahnya, yang terakhir di simpan dalam ‘PATANI”, rumah khusus yang dibuatkan untuk meyimpan jenazah.
Nah, ketika saya di Tana Toraja, saya berkesempatan mengunjungi salah satu LIANG tersebut yang letaknya tak jauh dari rumah nenekku di Pong Taru Kampung Mandetek, Makale – Tana Toraja. Kebetulan di Liang ini ada satu LIANG yang letaknya tidak tinggi, sehingga mudah dijangkau oleh orang-orang yang datang berkunjung. Tapi Liang disini tidak sepopuler kuburan adat lainnya seperti LONDA dan LEMO sehingga tak seorang turispun yang terlihat, mungkin karena jalan menuju LIANG ini yang harus melewati pematang sawah dan menyeberangi sungai serta melintasi hutan bambu baru bisa tiba di LIANG, sehingga membuat turis-turis malas datang, atau karena para guide-nya yang malas berkotor-kotor takut celananya kena lumpur di sawah dan basah oleh air sungai.
Dari penuturan pamanku, “Om Pasang”, adik lelaki dari almarhum mamaku, yang menemaniku, rupanya riwayat LIANG ini sudah sangat tua usianya, terlihat dari beberapa ERONG yaitu peti mati yang tergeletak berserakan disekitar liang, erong-erong itu sudah sangat lapuk termakan oleh waktu. Dan disekitar erong-erong itu ada tumpukan tulang belulang serta tengkorak dari orang yang sudah meninggal, bahkan ada yang tertutup tanah, namun tulang-tulang serta tengkorak itu masih kelihatan menyembul keluar. Ya mungkin karena semangat putih abu-abu masing menguasai diriku, iseng-iseng aku menggali, dan ternyata sangat mudah menggalinya, karena tulang plus tengkorak itu hanya tertutup selapisan tanah saja.
Setelah menggali selama lima belas menit, I succeed to collect a few bones and skulls, dan menggabungkannya dengan yang ada dalam erong atau peti mati yang lapuk, kemudian menyusunnya hingga berjejer rapi di atas sebuah ERONG. Keren juga pikirku, aku meminta bantuan om ku untuk memotretku dengan kamera saku yang masih menggunakan film. Waktu itu belum ada kamera digital atau handphone berkamera, jadi rada iritlah saat memotret, habisnya harga filmnya sangat mahal, dan isi kantongku juga sangat pas-pasan, pas ada isinya pas habis terpakai. Alhasil aku bisa berpose narsis di samping tengkorak-tengkorak itu sambil memegang sebuah tengkorak dan sebuah tulang tangan orang yang sudah mati.,,and even then one pose only, tak bisa banyak gayalah seperti saat sekarang ini.
Saya lagi pose narsis di antara jejeran tulang tengkorak
“Om, kalau LIANG ini usianya sudah sangat tua, kira-kira ada nggak kisah atau legenda tentang tempat ini yang sering diceritakan orang-orang dari mulut ke mulut?” tanyaku sesaat setelah selesai berpose narsis. “Iya ada beberapa kisah.” Jawab Om Pasang.
“Kisah apa saja om ?” tanyaku lagi, sambil tetap memegang tengkorak dan tulang orang mati. Sekilas kulihat mata om-ku melirik ke tengkorak yang aku pegang, lalu kemudian om ku bertutur, “Pernah ada seorang turis dari Belanda yang datang kesini, turis itu sepertinya seorang professor ahli antropologi, kejadiannya sudah sangat lama sekali.” Akupun mendengarkan dengan seksama, sambil mengetuk-ngetukkan tulang ke tengkorak yang aku pegang, sehingga terdengar bunyi tuk, tuk tuk tuk.
“Setelah datang kesini, turis itu juga sempat menggali beberapa tulang dan tengkorak, sama seperti yang nak Yan lakukan.” Senang juga saya mendengar hal ini, karena tindakanku menggali tulang dan tengkorak ternyata serupa dengan tindakan turis mancanegara. ”Namun rupanya turis itu setelah menggali, juga secara sembunyi-sembunyi mengambil salah satu tengkorak yang masih lengkap rahang atas dan rahang bawahnya, yang ada di sini untuk di bawa pulang ke negrinya.” Busyet, benar-benar kurang ajar turis Belanda itu, demikian pikirku.
“Turis Belanda itu setelah berhasil mengambil tengkorak, langsung kembali ke Kota Makassar.” lanjut om-ku. Kemudian kulihat om-ku menghela napas perlahan, dan melajutkan kembali kisahnya, “Setelah tiba di salah satu hotel, kemudian turis itu mengeluarkan tengkorak yang dicurinya, lalu meletakkannya di meja kecil di samping tempat tidurnya. Ketika malam tiba dan saat turis itu hendak tidur, tiba-tiba turis itu mendengar suara teriakan yang kedengarannya sangat dekat dengan dirinya. Turis itu kaget, lalu menyalakan lampu, dan melihat tengkorak yang dicurinya, mulutnya bergerak-gerak sambil mengeluarkan teriakan “Pulangkan aku !!! Pulangkan aku !!! Pulangkan aku !!! secara terus menerus.
Hah, aku juga ikut kaget mendengat cerita om-ku, spontan tengkorak dan tulang kupegang kulepaskan seketika itu juga. “Turis itu akhirnya terbirit-terbirit lari keluar dari kamarnya sambil berteriak-teriak seperti orang gila, dan melapor ke pegawai hotel tentang apa yang terjadi.” Lanjutkan om-ku. “Lalu apa yang terjadi om, setelah turis itu melaporkan semua kepada pegawai hotel itu, apakah turis itu akhirnya ditangkap karena mencuri ??” tanyaku.
“Turis itu tidak bisa ditangkap.” Kata om-ku.
“Kok tidak bisa, kan dia sudah melakukan pencurian !!??”
“Iya tidak bisa, karena turis Belanda itu akhirnya menjadi gila dan kemudian meninggal dunia tak lama setelah kejadian yang dialaminya di hotel tersebut.” Mendengar akhir cerita yang mengerikan itu, akupun bergegas mengajak om-ku meninggalkan LIANG tersebut secepatnya, entah kenapa tiba-tiba muncul aura dan aroma yang sangat menyeramkan hadir menguasai diriku saat itu...benar-benar
Unforgettable Vacation In Stone Graves Of Toraja , sungguh kenangan perjalanan yang tak terlupakan ;-)
Tabe' salama' ki'
Mari Ki' Di'....keep happy blogging always, salam :-)
Category
:
Celebes
,
INDONESIA RAYA
,
Kabupaten Tana Toraja
,
Lomba Blog
,
My Life
,
Sulawesi Selatan
,
The Winner
,
tour and travelling
,
Traveler Blogger
tempat wisata keramat yang tidak bisa sembarangan orang melakukan hal2 yang tidak baik..
Mungkin karena tempatnya unik dan ternyata kuburan, maka itulah menjadikan tempatnya unforgettable (langsung nyanyi...)
Ini benar-benar perjalanan wisata yg luar biasa. Ada perasaan merinding karena rasa takut gak ya sewaktu memasuki liang itu?
Dan, cerita tentang turis Belanda itu cukup bkin bulu kuduk saya berdiri...
Salam,
wah sepertinya menarik sekali nih daerah toraja, sayang tempatnya jauh dari daerah saya :)
Terkadang di setiap tempat daerah yang masih memiliki sebuah cerita budaya dan mitos yang kuat, hal yang kecil selalu di anggap sepele. sedangkan prilaku kepada toleransi norma untuk saling menghargai bila digunakan tidaklah sesulit dari efek yang bisa dirasakan.
Salam
saya sempat kaget, kontennya pake english jadi muter kepala. EH ternyata di bawahnya pake bahasa Indonesia hehe..
seram sekali ya mas....saya sih selalu mendengar tentang tana toraja yang memang terkenal dengan daya magic nya..entah karena apa yang jelas begitu banyak cerita yang berbau seram dari sana
wah itu gak ngeri ya pak difoto dekat tengkorak2 seperti itu ?? :O