Hariyanto Wijoyo
|
50
komentar
Patriot, satu kata yang sudah sangat akrab terdengar di gendang telingaku. Kata yang selalu dikaitkan dengan sosok dan sikap serta pebuatan yang heroik. Bahkan beberapa film Hollywood yang dibuat juga menggunakan kata Patriot ini sebagai judul filmnya, antara lain The Patriot yang dibuat tahun 1928, dibintangi oleh aktor Emil Jannings, Patriot Games yang dibuat tahun 1992, dibintangi oleh Harrison Ford, The Patriot yang dibuat tahun 1998, dibintangi aktor Steven Seagal, The Patriot yang dibuat tahun 2000, dibintangi oleh aktor Mel Gibson dan The Patriot yang dibuat tahun 2011 dibintangi oleh aktor Julian Assange.
Tak ketinggalan juga sebuah film silat Hong Kong buatan tahun 2012, yang dibintangi oleh aktor Yue Fei juga menggunakan judul The Patriot, dan paling teranyar adalah film Hollywood yang berjudul Patriot Act yang dibintangi oleh aktor Donny Boaz dan aktris Mayra Leal yang diluncurkan pada tahun 2013 lalu. Dan konon kabarnya di Indonesia, sutradara Helmi Adam juga sudah selesai membuat sebuah film dokumenter dengan judul Sang Patriot. Film documenter yang berdurasi sekitar 30 menit itu, bisa ditonton oleh publik melalui situs You Tube di tahun 2014 ini.
Selain dijadikan judul film, kata Patriot juga dijadikan judul beberapa buku, diantaranya adalah Patriots karya James Wesley Rawles, terbitan tahun 1995, The Last Patriot, karya Brad Thor, terbitan tahun 2008, Sebelas Patriot, karya Andrea Hirata, terbitan tahun 2011. Dan paling anyar adalah buku berjudul Sang Patriot, karya mbak Irma Devita, terbitan tahun 2014, yang menjadi latar alasan sehingga saya membuat artikel ini.
Semua film dan buku yang telah disebutkan di atas adalah film-film yang dibuat dengan kemasan latar dan tema tentang perjuangan, kepahlawanan dan sosok heroisme. Dan kalau kita simak kata Patriot itu sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online artinya adalah “Pencinta (Pembela Tanah Air)", lalu kalau kata Patriot kita kembangkan menjadi kata Patriotik, maka kata ini bermakna “Bersifat Cinta Pada Tanah Air”, dan bila dikembangkan lagi menjadi kata Patriotisme, maka maknanya adalah “Sikap seseorang yang bersedia mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya; semangat cinta tanah air: nasionalisme dan -- amat diperlukan dl pembangunan. Semua ini masih menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia online.
Jadi berdasarkan hal tersebut, maka menurut saya secara pribadi, kata Patriot itu sebenarnya bukanlah menunjuk kepada person atau orang secara fisik. Akan tetapi kata Patriot itu lebih condong menunjuk kepada sikap seseorang, yang dengan segala cara dan upaya serta aktifitas yang dia lakukan sepanjang aktifitas hidupnya hingga akhir hayatnya, sehingga orang tersebut layak dikategorikan orang yang bersikap Patriot oleh orang-orang yang mengenal kisah hidupnya.
Dari definisi tersebut saya berkesimpulan, bahwa dalam kehidupan yang saya jalani, mulai sejak lahir hingga dewasa di saat kini, saya juga memiliki dan mengetahui orang-orang yang layak kusebut sebagai orang-orang yang memiliki sikap Patriot dalam kehidupanku. Bahkan jumlahnya sangatlah banyak, namun dalam artikel ini saya tidak bisa menyebutkan semuanya, saya hanya menyebutkan dua nama saja yang sangat berperan besar dalam kehidupanku. Karena dengan sikap Patriot yang dimiliki oleh keduanya itulah, yang tak dapat terlupakan olehku, sehingga saya bisa memiliki kehidupan seperti saat kini.
Kedua orang dengan sikap Patriot itu, tak lain tak bukan, adalah Bapak dan Mama-ku sendiri. Memang benar, begitu banyak orang-orang dalam kehidupanku yang juga berperan besar bagiku, namun apapun yang mereka lakukan sungguh tak dapat mengimbangi peranan kedua orangtuaku dalam kehidupanku bersama dengan saudara-saudaraku.
Bapak-ku bernama Samino Martosendjojo, berasal dari dari Kutoarjo, Jawa Tengah. Beliau awalnya adalah seorang tenaga tehnik sipil di Angkatan Laut, yang kemudian mengajukan pensiun dini di usianya yang sangat mudah. Mama-ku bernama Christina Manikallo, berasal dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan, beliau bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Departemen Penerangan, yang sekarang namanya telah berubah menjadi Departemen Kementrian Komunikasi dan Informatika.
Mengapa Bapak mengajukan pensiun dini, padahal usia Bapak saat itu masih sangat mudah, sekitar 30-an tahun, di mana karirnya juga baik, selalu mendapat kepercayaan dari atasannya untuk menyelesaikan pekerjaan dan proyek besar dari Angkatan Laut, yang membuat Bapak akhirnya melanglang keliling Indonesia demi melaksanakan amanah dan tugas dari negara. Hampir semua propinsi di Indonesia sudah pernah Bapak menjejakkan kaki-nya di sana, dan setiap Bapak pergi ke satu propinsi, apalagi yang melintasi udara dan lautan, maka hampir dipastikan hal itu akan berlangsung lama, hingga akhirnya Bapak kembali ke Makassar seusai pekerjaan atau proyek tersebut rampung.
Pernah sekali waktu Bapak pergi mengerjakan proyek di suatu propinsi dalam jangka waktu yang cukup lama, padahal waktu itu sekitar tahun seribu sembilan ratus lima puluh enam, umur kakak perempuanku yang bernama Triyatni baru sekitar empat bulanan, jadi masih bayi dalam gendongan Mama-ku. Ketika pekerjaan proyek Bapak rampung, Bapak-pun kembali ke Makassar, disaat Bapak kembali itulah, kakak perempuanku Triyatni sudah bisa berjalan. Jadi bisa dibayangkan, berapa lama Bapak-ku berada di seberang pulau, melintasi lautan dan udara, berpisah dari keluarga. Apalagi saat itu, komunikasi tidak selancar sekarang, belum ada yang namanya Handphone, apalagi internet. Semua komunikasi pada saat itu, hanya dilakukan melalui surat meyurat serta melalui telegram.
Namun Mama-ku tak sedikitpun pernah mengeluh atau marah bila ditinggal pergi oleh Bapak dalam jangka waktu yang cukup lama. Dalam kesibukan Mama sebagai pegawai negeri, Mama tetap saja meluangkan waktu merawat dan menjaga serta mendidik kami semua, anak-anaknya yang berjumlah sembilan orang dengan telaten dan penuh kasih sayang. Yang kami ketahui bahwa Mama memang orangnya penyabar, tak pernah sedikitpun keluar kata-kata kasar atau kata-kata amarah dari mulutnya, hingga akhir hayatnya. Bahkan semua saudara-saudara kandung Mama serta sepupu dan kerabat serta orang-orang yang mengenal Mama juga mengakui akan hal itu.
Kalaupun Mama merasa tidak senang dengan kelakuan dan sikap seseorang, maka Mama selalu memberitahukan kepad orang itu dengan sikap dan kata-kata yang sopan dan santun. Hingga usia saya saat ini, tak pernah sekalipun saya pernah mendengar Mama membentak atau menghardik seseorang, bahkan terkadang suara kami anak-anaknya lah yang terdengar lebih keras dari suara Mama. Seorang diri merawat dan menghadapi sembilan orang anak, dengan sembilan kelakuan dan sifat, sikap, kenakalan serta kebutuhan yang berbeda setiap anak, tentunya sungguh sangat merepotkan dan teramat menguras tenaga dan pikiran, namun semua itu dihadapi dan dijalani Mama selalu dengan penuh senyuman di bibirnya.
Mungkin karena Mama tak pernah mengeluh itulah yang menjadi salah alasan yang menyebabkan Bapak mengambil keputusan untuk pensiun dini, agar Bapak bisa lebih dekat dengan anak-anak dan istrinya, bisa menjaga dan merawat serta membesarkan kami semua.
Dari kisah-kisah yang diceritakan oleh saudara-saudaraku, kebetulan saya anak bungsu, saya bisa tahu betapa Bapak setelah pensiun dini dari Angkatan Laut, akhirnya bergabung dengan perusahaan swasta yang bergerak di bidang kontraktor fisik. Setiap hari Bapak berangkat kerja menggunakan sepeda onthel, menempuh jarak puluhan kilometer demi menghidupi keluarga. Tubuh Bapak yang sejak dulu ramping, menjadi semakin ramping saja, kulitnya yang dulu putih kinclong, kini menjadi hitam legam terbakar matahari.
Meskipun tubuh Bapakku kerempeng, tapi Bapak termasuk orang pemberani. Suatu waktu di lingkungan, di lorong jalan tempat kami tinggal, didatangi oleh kawanan perampok. Saat itu memang lingkungan tempat kami tinggal masih sangat sepi, hanya berapa rumah saja, yang lainnya adalah tanah kebun, ditambah lagi tidak ada penerangan jalan, jadi kalau malam benar-benar gulita. Mengetahui bahwa, lingkungan kami akan disantroni perampok, Bapak lalu keluar rumah bersama empat orang tetangga, masing-masing membawa perlengkapan berupa senjata tajam, menunggu kawanan perampok itu. Kawanan perampok itu yang entah berapa jumlahnya rupanya hanya berhenti di ujung lorong saja, tak berani melanjutkan langkah kaki mereka ke dalam lorong, saat mengetahui ada Bapak serta empat orang tetangga, yang menunggu kedatangan mereka dalam siap tempur.
Perhatian Bapak kepada kami anak-anaknya sangatlah besar, tak satupun yang bakalan luput dari perhatiannya. Apa saja kebutuhan kami, Bapak senantiasa berusaha memenuhinya, yang penting kebutuhan itu memang masuk akal dan bermanfaat buat kami. Kami tak pernah berani menyampaikan berita ataupun kabar buruk mengenai kami anak-anaknya, bila Bapak sedang bekerja, karena kami tahu, pekerjaan Bapak akan menjadi kacau karenanya. Bagi Bapak, tak ada yang penting penting daripada mengurus kepentingan anak-anaknya.
Pernah kejadian, saat Bapak sedang hendak istirahat dan makan siang bersama, tiba-tiba saya yang saat itu masih kelas satu SD, dan kebetulan berada di situ, nyeletuk tanpa sadar, dan mengatakan bahwa kakakku Hartoni, masuk Rumah Sakit gegara jatuh di selokan. Spontan, saat itu juga Bapak langsung tidak jadi makan, dan bergegas berangkat ke Rumah Sakit tempat di mana kakakku di rawat. Sejak saat itulah, kami sepakat, bilamana ada kabar yang kami anggap buruk, kami akan menyampaikan bila memang pada saat itu Bapak sudah menyelesaikan semua pekerjaannya.
Bapak dan Mama-ku adalah pekerja keras, dan semua itu mereka lalukan semata demi menghidupi keluarga dan demi masa depan kami anak-anaknya. Mereka selalu mengingatkan, agar kami menjadi diri sendiri, jangan menjadi orang lain, dan menjadi orang yang bermanfaat di tengah masyarakat, serta tidak pernah lupa kepada AllaSWT.
Kesibukan luarbiasa yang dijalani kedua orang tuaku dalam mencari nafkah tidak membuat mereka berdua lupa akan budaya asal mereka. Di rumah, kami memiliki audio system berupa tape player dan pemutar piringan hitam. Setiap hari Sabtu malam dan hari minggu pagi, audio system itu selalu difungsikan untuk memutar gending-gending jawa serta rekaman wayang orang, baik dari lakon Mahabarata atau lakon Ramayana. Sambil mendengarkan itu, Bapakpun duduk santai, ditemani secangkir kopi, sepiring pisang goreng dan sebungkus rokok. Terkadang bila di Makassar, ada yang lagi nanggap pagelaran wayang kulit, maka kamipun di ajak Bapak ramai-ramai kesana buat menonton.
Mama-ku pun juga demikian, tak pernah lupa akan budaya Tana Torajanya, setiap ada kesempatan ataupun bila hari libur, kami sekeluarga selalu diajak ke Tana Toraja untuk menyaksikan acara adat, baik itu ritual Mappasonglo atau Rambu Tuka. Mama selalu menekankan pada kami anak-anaknya, agar tidak pernah melupakan leluhur dari mana kami berasal. Selalu harus ingat dan menjaga silaturahmi dengan rumpun keluarga dari Tana Toraja serta dari Tanah Jawa, agar kami tidak kehilangan akar budaya tanah ibu pertiwi.
Disamping itu, Bapak dan Mama selalu menonjolkan kebanggaannya akan Indonesia bila bertemu dengan orang asing. Seingatku, saat pembangunan menara TVRI di Makassar pada tahun 1970-an, Bapak beserta kakakku (alm) Margono dan Purwanto, mengajak tamu-tamunya yang datang dari negeri Jepang ke rumah kami untuk makan siang. Orang-orang Jepang itu adalah para insinyur yang terlibat dalam proyek pembangunan TVRI Makassar. Di rumah Bapak bercerita kepada orang-orang Jepang itu tentang kekayaan alam Sulawesi, terutama laut beserta isinya yang tak ada bandingannya di dunia.
Kakakku Purwanto dan (alm) Margono bersama orang Jepang di depan Menara TVRI
Bapak-ku dan kakakku (alm) Margono makan bersama orang Jepang di sebuah restoran
Sambil Bapak dan orang-orang Jepang itu bercerita, Mama pun menyajikan untuk mereka beragam masakan aneka seafood yang dimasak sendiri oleh Mama-ku, mulai dari cumi-cumi, kepiting hingga beragam ikan laut. Orang-orang Jepang yang terkenal suka makanan yang serba seafood itu namun ternyata mereka belum pernah mencoba makanan asli Makassar. Dan merekapun menyantap dengan lahap semua yang disajikan Mama, dan sambil makan mereka tiada hentinya memuji kelezatannya, hingga akhirnya orang-orang Jepang itu mengibarkan bendera putih, tanda kekenyangan. Saat orang Jepang itu bertanya, kenapa masakan seafood bisa begitu lezat, beda dengan masakan yang mereka di Jepang, padahal ada juga hasil laut yang dibawah ke Jepang, maka Bapak dan Mamapun langsung menerangkan dengan rasa bangga, bahwa itu karena ikan, cumi-cumi dan kepitingnya asli dari laut Indonesia, serta semua bumbu-bumbu yang dipakai masak juga asli dari Indonesia.
Cerita dan kisah Bapak dan Mama serta orang-orang Jepang itupun berlanjut, Mama bercerita tentang adat budaya Tana Toraja dan Bapak bercerita tentang adat budaya Jawa sambil memainkan wayangan kulit sosok Bima dan Khrisna yang ada di rumah kami. Orang-orang Jepang itu berada di Makassar hingga pembuatan menara TVRI selesai, dan mereka berapa kali di ajak juga makan di restoran seafood yang terkenal asli Makassar, yang ada di Kota Makassar, dan di manapun mereka makan, Bapak selalu bercerita tentang kehebatan alam laut dan masakan serta adat budaya Indonesia yang tiada bandingannya di dunia, hingga merekapun kembali ke negeri Jepang dengan berbekal pengetahuan adat budaya tentang Indonesia.
Semua dan segala sesuatu yang kedua orang tuaku lakukan selama hidup mereka, menjadi pembelajaran dan panutan serta suri tauladan bagi saya dan saudara-saudaraku dalam menjalani hidup ini. Selalu terngiang nasihat kedua orang tuaku, bahwa hidup ini sudah susah, jangan lagi dibuat susah. Nikmati dan syukurilah apa yang diberikan oleh Allah SWT. Jangan memaksa diri untuk mencari yang bukan hak-mu, karena hal itu akan membuatmu menderita dan sengsara.
Hingga saat ini, menara TVRI Makassar yang dikerjakan oleh Bapak, masih berdiri tegak dan kokoh. Setiap saya lewat di depan gedung TVRI yang terletak di Jalan Kakaktua itu, dan melihat menara itu, saya langsung teringat kepada Bapak dan Mama beserta orang-orang Jepang itu. Menara TVRI itu seakan menjadi monument kedua orang tuaku yang telah tiada kini, yang telah berjasa merawat dan mendidik kami hingga menjadi seperti saat ini.
Mereka adalah
Dua Patriot Dalam Kehidupanku Yang Tiada Terlupakan, patriot-patriot sebenarnya bagi kami anak-anaknya, dan juga mereka berdua adalah patriot-patriot yang tak pernah tersebutkan dalam sejarah kehidupan bangsa ini, yang mewakili negara dan bangsa ini, dalam menunjukkan kepada bangsa asing akan kebanggaan dan kecintaannya pada negeri Indonesia.
Tabe, salama ki’
Keep happy blogging always, mari ki’ di’ :-)
Category
:
kontes GA
,
Lomba Blog
,
My Life
,
The Winner
Dua patriot dalam kehidupan yang bisa menjadi kebanggaan bagi orang tua dan keluarga nantinya kelak ya Kang. Amiiiin,,,,,,
Salam
This comment has been removed by the author.
benar , beliu adalah sosok yang tak tergantikan sampai dunia berakhir, karena selain kasih sayang dan perjuangannya. misi dan visi untuk membuat anak anak tumbuh dewasa mandiri dan selamat, tak pernah putus walau sampai tak berdaya,, beliu selalu memikir anak dan semua trah yang dititipkan padanya..
salam takdim buat keduanya pak.. thx
Suami teladan dan idaman banget bapakmu ya. Pensiun dini agar bisa lebih dekat dg istri dan anak2. Itu keputusan yg luar biasa banget. Hebat malah. Dan istri yang tidak permah mengeluh? Itu juga luar biasa.
Wah sosok yang tak tergantikan
Untuk kedua orang tua kita selain kata patriot, ada lagi kata yang menurutku sangat pas di"label"kan kepada mereka yaitu... Malaikat Pelindung :),
Karena yang saya rasakan orangtua itu khususnya orang tua saya selalu berusaha melindungi, menjaga dan mensupport saya, meskipun kadang semua perhatiannya itu agak bertentangan dengan saya... tapi gak dipungkiri, segal bentuk perhatian dan perlakuan mereka kepada saya itu selalu tepat untuk saya.... :)
rasa-rasanya kata seindah apapun tak kan mampu menggambarkan kebaikan orangtua kita... mereka sungguh malaikat bagi kita... hmmm aku gak sanggup deh nahan haru kalo bicarain jasa2 orang tua... soalnya bapakku lagi sakit nih dan ibuku lagi susah... hmm doain aku yaaa pak :-D
kisahnya cukup panjang juga ya, ternyata orang tualah yang menjadi patriot dalam kehidupan :)
jd teringat alm.ortu nih
sosok Ayah memang pantai sebagai seorang insfirasi ya om :)
Mama Papa adalah patriot-patriot yang tak akan pernah tergantikan ya :)
Sukses buat GA-nya.
nanti kalau saya lewat depan menara tvri makasar pst jd ikut ingat Bapaknya Om Hariyanto juga hehee
Sak keluarga patriot semua, Pak. Berjasa. . .
Mamanya jago masak ya, Pak. :)
Cerita yang luar biasa Bang. Membuat saya terharu juga nih,
Makasih pak Har.. sudah turut menyemarakkan Tasyakuran Sang Patriot
memang kedua orang tua itu merupakan patriot bagi anak-anaknya dan wajib bagi seorang anak untuk memuliakan mereka..
melihat model foto2 diatas jadi ingat foto2 yang ada di album foto kakek saya pak
Saya jadi pengin ikutan nulis tentang patriot dan butriot. Tapi skg sdh april masih ada ngga kontesnya, pak?
Wah benar benar keluarga yang menarik, super sekali pak
selalu kirim do'a buat orang tua pak,,,
perjuangan seorang bapak yg berasal dr tanah jawa,,,,,,,,
saya jadi paham soal menera TVRI Makassar yang erat dengan sejarah ayahanda Mas Hary. hebat Mas. saya akan mendoakan beliau, patriot yang berjasa untuk kita bersama.
sosok mereka memang paling hebat dan keramat ya bang har :)
bapa saya telah meninggal dunia hampir 20tahun yang lalu ketika saya masih kecil.. memang banyak jasa bapa dan ibu kita sejak kita dilahirkan hingga ke saat ini.. darah yang mengalir dalam tubuh kita juga sebahagian dari darah ibu dan bapa kita.. hargailah mereka ketika masih hidup dan doakan mereka yang telah meninggal.. kerana merekalah dua patriot dalam kehidupan kita..
dua sosok yang tak bisa digantikan oleh siapapun bagi anak-anaknya ya mas, apalagi jejak beliau yang telah banyak berkarya bagi negeri ini
Assalaamu'alaikum wr.wb, mas Hariyanto....
Sungguh saya terharu membaca coretan peribadi tentang dua patriot hebat dalam hidup mas Hariyanto. Beruntung sekali anak-anak yang memiliki orang tua yang tahu tanggungjawab dan sayangkan anak-anak melebihi nyawa sendiri. Tentu penilaian dari kaca hati dan kaca mata anak yang amat menyayangi orang tuanya sahaja dapat membuktikan betapa kedua patriot hebat itu tenyata sangat dihargai dan dihormati oleh anak-anaknya seramai 9 orang.Tentu keduanya bahagia jika masih hidup dan mengetahui hebatnya cinta anak-anak kepada mereka.
Salam hormat takzim dan sejahtera dari Sarikei, Sarawak.
SITI FATIMAH AHMAD
luar biasa pak dua patriot tersebut berjuang dan berkorban untuk keluarga. Sangat pantas untuk mendapatkan apresiasi yang tinggi dan sangat tidak dianjurkan untuk dilupakan jasa-jasanya. Keep happy blogging. Sukses selalu untuk dua patriot yang bisa dijadikan motivasi dan inspirasi untuk kita semua. Terimakasih untuk pak hariyanto atas share nya yang sangat luar biasa :)
Jasa kedua orangtua memang ngga akan pernah bisa dibalas ya, Bang.. :) Beliau-beliau juga sosok panutan yang wajib diteladani, pengorbanan dan kerja keras demi anak-anak..
Sya sangat terharu sekali membaca arikel ini...
Saya sangat beryukur karena saya pun demikian, mempunyai sosok yang tak akan mungkin bisa dilupakan yakni kedua orang tua.
selamat Pagi Mas, saya sangat Setuju dengan Artikelnya, Ke dua orang Tua kita memang bisa dikatakan sebagai Patriot karena Mulai dari kita dalam Kandunggan hingga Kita Lahir hingga nanti, Ke dua Orang Tualah yang selalu memberikan Kita Sesuatu yang tak Ternilai Harganya...
Tanpa mereka kita tak akan seperti sekarang ini .sungguh besar jasa orang tua
Oh ternyata keturunan dari Kutoarjo, Jawa Tengah ya Kang....
Benar sekali Kang, sekarang ini kita banyak menuntut pada negeri ini tapi kita tidak pernah berfikir seperti Orang terdahulu 'apa yang sudah kita perbuat buat negeri tercinta ini'
Kalau saya ditanya patriot saya dalam kehidupan saya, pasti jawabannya sama Pak. Dua orang tersebut memang patut untuk diberikan penghargaan yang lebih melalui perhatian kita. Salut sekali Pak. Salam untuk patriot Bpk Hariyanto ya.
baca dari awal sampe akhir...jadi brebesmili,kangen sama bapak deh tuh ah....sejak september tahun lalu bapak menghadap-NYA...baru kerasa betapa kita anak-anaknya belum dapat berbuat apapun untuk bapak dan ibu....
pulang ah bang...asli brebesmili air mata nih.
Patriot sebenarnya...
Wah, saya awalnya nyangka kalau "Patriot" itu adalah orang yang heroik bukan sifatnya hehe :D
Ternyata Bang Hariyanto punya darah Toraja dari pihak Ibu. Saya belum pernah menginjakkan kaki di bumi Toraja tapi selalu senang mendengar kisah-kisah budayanya.
Tulisan ini tidak membosankan. Terima kasih atas partisipasinya :)
Wah artikel yang sangat menarik sekaligus mengharukan gan..
trims
pantes mas Hariyanto orgnya pinter karena org tuanya dari keluarga pegawai dan berpendidikan tinggi waktu itu :)
ceritanya sangat menharukan jika mengenang jasa2 kedua org tua, semoga beliau mendapat tempat mulia disisi Allah SWT, amin :)
setiap insan didalam memberikan apresiasi kepada kedua orang tua akan berbeda-beda.karena seberapapun balasan yg kita berikan tidak akan mampu membayar jasa yg kita terima.dan cerita dari mas hari layak mendapatkan 2 jempol nih,karena sangat menyentuh hati dan menggunakan bahasa yg mudah dimengerti
wah sejarah tentang keluarga mas hariyanto ini bener2 mengharukan
Wanita toraja memang terkenal sabar kalau pria jawa pemberani, ini baru pertamakali saya tau karena pria jawa juga terkenal kalem dan gak suka cari masalah.
Saya menyimak dan membacanya pelan-pelan sejarah keluarga Anda dari awal sampai akhir. Satu yang saya pahami, kerja sama itu buahnya manniss asal nanamnya gak salah tempat.
Artikel ini membuat pikiran saya melanglang buana kembali ketanah jawa, dimana ayah dan ibuku tinggal. Ketika diawal awal saya pikir mas haryanto, ingin membicarKan idola2nya dalam flm patriot, tapi ternyata semakin kebawah artikel ini semakin berisi, pengorbanan seorang ayah,dan kesabaran seoang ibu yang tiada batas.
Jiwa patriot memang selalu ada pada sosok seorang ayah bahkan mungkin walaupun kataorang lain ayah kita itu seorang jahat sekalipun.
Makasih ayah makasih ibu... dan makasih blogs of haryanto...
hebat dan semoga sukses untuk calon-calon patriot bangsa ini
dua sosok yang sangat mengisnpirasi mas, sosok seorang Bapak yang bisa menjadi tauladan buat anak2nya dan tentunya kita semua..
semoga sukses buat tulisannya ya mas....
sebuah cerita yg sangat menginspirasi, kang. Pengorbanan dan perjuangan orang tua untuk anaknya tidak akan bisa terbalaskan.....
Ayah dan ibu memang patriot yang sejati
Dan yang wajib anak hormati
Sampai ahir hayat kita, kita nggak akan bisa membalas kebaikan orang tua kita ya mas..
kasih sayang orang tua kita seperti udara yang memberikan kehidupan kapada kita
thanks mas sudah mengingatkan untuk selalu berbakti kepada orang tua
terkadang seorang anak memang meragukan kasih sayan gorang tua, karena terlalu keras dalam mendidik. tapi pada akhirnya setelah anak itu dewasa dan menjadi orang tua, baru dia sadar, betapa kasih sayang orang tua sangat besar dan tak terbatas. ayah, ibu,,, maafkan anakmu ini yang tak pernah bisa membalas kasih sayangmu, maafkan anakmu ini yang selalu melawanmu. kalian adalah patriot sejati, yang tak mungkin bisa digantikan oleh apapun. dan sampaikapaun aku tak mungkin bisa membalas budi kalia, ilove you ayah ibu. buat pemilik blog.. maksih untuk artikelnya yang luar biasa ini. salam kenal.
Kedua Orang tua kita memang patriot sejati bagi kehiduan kita, jasamu tak ternilai, hanya beribu terimakasih yg bisa terucap..
Salam sukses mas har