Hariyanto Wijoyo
|
64
komentar
Sore itu belum terlalu merapat pada tepian senja, saat lalu lalang kendaraan masih belum ramai berkeliaran liar di depan “Flamboyan”, salah satu tempat penata rambut favoritku di Jalan Sungai Poso, kota Makassar. Seperti biasa saya duduk mengikuti antrian di sebuah bangku kayu panjang yang terletak di dalam ruangan, sambil membaca Koran Tribun Timur. Selain saya, ada empat orang yang ikut mengantri, menunggu gilirannya untuk ditata rambutnya oleh mas “Hendra”, yang juga adalah pemilik tempat itu.
Ada tiga kursi yang biasa digunakan oleh para pelanggan “Flamboyan” untuk ditata rambutnya, namun sore itu hanya satu kursi yang terpakai, dua kosong melompong. Saat saya bertanya mengenai kosongnya kursi itu kepada mas Hendra yang memilki raut wajah mirip Sophan Sophiaan, aktor kawakan Indonesia yang sudah tiada, dia hanya tersenyum dan berkata, biasalah anak muda sekarang, maunya santai kerjanya, tapi mau penghasilan besar. Saya pun ikutan tersenyum getir mendengar jawaban itu.
Satu orang sudah selesai rambutnya digarap dan ditata oleh mas Hendra., kini giliran pengantri berikutnya, bapak yang berkaca mata, setelah itu giliran saya. Belum sekitaran lima belas menit mas Hendra beraksi dengan gunting dan sisirnya, sebuah motor matic yang dikendarai oleh seorang pria berboncengan dengan seorang wanita, berhenti di pinggir jalan, di depan jalan masuk ke “Flamboyan”.
Pengendara motor itu beteriak memanggil nama mas Hendra sembari menanyakan ada berapa orang lagi yang menunggu giliran, teriakannya cukup keras. Saya dan orang-orang yang antri ikutan menoleh kea rah pengendara motor itu, yang tak mau turun dari motor maticnya, dan mesin motornya pun tetap dalam keadaan hidup. Jendela kaca di “Flamboyan” sangat bening dan transparan, tak mungkinlah Mas Hendra tidak melihat orang itu, dan tak mendengar teriakannya. Dan saya rasa pengendara motor itu juga bisa melihat mas Hendra dari jendela itu.
Entah berapa kali orang itu berteriak-teriak, tapi mas Hendra seolah-olah tak mendengarnya, ia lebiih asyik tenggelam dalam kesibukannya menata rambut pelanggannya. Saya sampai menegur mas Hendra, kalau ada yang berteriak-teriak memanggilnya, namun mas Hendra acuh saja, pura-pura tak mendengarkan. Akhirnya setelah teriakannya tak digubris. pengendara motor itu pergi berlalu begitu saja. Setelah pengendara motor itu berlalu, terdengarlah suara Mas Hendra. “Sungguh tidak sopan sekali orang itu, bertanya dengan berteriak-teriak, dan tidak mau turun dari motornya.” Nada kesal terdengar dari suaranya mas Hendra.
“Lagipula dia kan pasti bisa melihat saya dari jendela, kalau saya sedang sibuk dengan rambut pelangganku. Apa sich susahnya
bila bertanya sebaiknya turun dari motor sebentaran saja.” Sambil berkata demikian, mas Hendra melirik kepada kami satu persatu, seakan-akan mencari pembenaran atas apa yang dia ungkapkan. “Kalau begitu caranya seperti tadi, biar dia berteriak-teriak sampai menangis darah pun, saya tidak akan mau menanggapinya.”
Astagfirullah, ternyata itu toch alasannya sehingga Mas Hendra tak mau menjawab panggilan dan teriakan orang itu. Karena alasan kesibukan dan juga karena Mas Hendra melihat dan menilai sikap ketidak sopanan yang ditunjukkan oleh pengendara motor matic tadi. Memang beragam macam cara pandang kita dalam menilai sikap dan prilaku seseorang, ketika sedang mengajukan pertanyaan saat sedang berkendara.
Bukan hanya mas Hendra saja yang mengalaminya, dan bukan hanya di kota Makassar, kejadian seperti ini bisa terjadi. Mungkin saja di kota lain kisah serupa dan sejenis ini pernah terjadi, bahkan mungkin saja salah satu dari sahabat-sahibit blogger sedunia pernah mengalami hal yang serupa. Patut atau tidak patut, tentunya pendapat setiap orang berbeda-beda.
Nach, bila memang benar kalian pernah mengalaminya, atau bakalan akan bertemu dengan orang yang bersikap seperti pengendara motor matic tadi, kira-kira bagaimana anda menyikapinya??? Haruskah,
bila bertanya sebaiknya turun dari motor, atau bukan masalah bagi anda bila pengendara motor itu tetap berada di atas motornya sambil berteriak-teriak???
>mksr hw26082014<
Tabe, salama’ ki’
Keep Happy Blogging Always, Mari’ Ki’ Di’ :-)
Category
:
Flamboyan
,
humaniora
,
Sosial Budaya
lebih sopan klo turun dulu dari motor,lalu baru bertanya ya mas..
Ada juga lho orang yang gak mau jawab kalau kita tanya dari atas motor apalagi dari dalam mobil
saya pernah juga kang,karena buru2 nanya sambil duduk di motor nggk sempet turun :)
iya bener,,, etikanya emang begitu, turun dan matikan mesin motor
ya, orang sini memang banyak yang kurang beradab mas
kalau menurut saya pribadi lebih sopan dengan mematikan mesin motor, terus turun dari motor, menyapa yg mau ditanya, kemudian bertanya pak. kalau memakai helm, ya lepas dulu helm nya.
kalau saya sih liat sikonnya mas,bila membawa beban berat dan repot bila harus turun dulu sih nggak papa nggak turun,seperti anak yg masih dalam gendongan.cukup matikan mesinnya.tp kalau nggak bawa apa2 ya tetep saya jawab tp jawaban sekenanya.hehehe
memang sebaiknya turun dari kendaraan. kecuali keadaan genting. dan itupun kalau sama orang yang tidak kita kenal juga kurang etik rasanya
supaya lebih sopan juga ya pak kesannya :)
kadang suka ada juga sob yg seperti itu malah anak" muda kebnykan nya
sepakat bang, cara seperti itu adalah adat tak tertulis yang wajib kita paketiap kali kita mo nanya sama orang lain.
kalau saya naek sepeda, sepedanya ngga ada standarnya...kalau turun sepedanya disandarin dipohon dulu gituh ya ?...repot deh ih
Kalau aku sudah tak semprot tuh orang. Jadi disuruh turun motor dulu baru boleh nanya. Misal bilang begini, "Mas, kalau nanya turun dulu, ke siniiii... " tapi sambil senyum lo ya..
lebih baik matiin motor terus trun,, baru deh nanya .... biar sopan dikit
Terkadang hal-hal sepele seperti itu terjadi pada diri kita tanpa kita sadari. Mungkin ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua
harusnya sopan.. sebaiknya turun dulu.
hehe....gambar atas itu yang terlihat tidak sopan sekali bang, cewek naik motor laki2 pasti banyak masyarakat yang mengguncingkannya, karena di Indonesia memang agak aneh kalo melihat pemandangan itu.
Ada baiknya juga adat ini dijaga sampai kapan pun, tidak usah mengikuti budaya barat yang ugal-ugalan tersebut. Tapi anehnya budaya yang baik itu selalu saja sulit untuk diikuti, beda sekali dengan budaya yang jelek, tidak usah disuruhpun juga pasti ngikut.
Termasuk ya budaya bertanya alamat, banyak yang tidak sopan dengan tidak membuka helm dan tidak mau turun dari kendaraan. Apa mereka takut hilang kendaraannya kalo turun sebentar saja kali ya... Budaya turun dari kendaraan ketika bertanya alamat kepada seseorang ini musti tetap dijaga terus sampai akhir.
Kalo orang tua tidak mengajari yang baik-baik, nanti bagaimana denga sopan santun anak turun kita, ya kan?
Harusnya begitu Pak, apalagi ada jarak dan pembatas kaca,
kecuali mungkin dipinggir jalan yang padat, tapi tetaplah harus minggir dan mendekat ke yang ditanya.
Aku juga gerah lho klu ada orang bertanya dgn tidak sopan seperrti itu. Tindakan mas Hendra sdh tepat utk memberi pelajaran mengenai etika. Kelihatannya sih itu hal kecil dan sepele. Tetapi sikap yg dilakukan pwngendara motor itu pun sungguh tak etis. Kalau aku mau bertanya alamat saat mengendarai motor aku bela2in utk turun dari motor.
Saya sangat setuju Mas....
Kalo kita lagi jalan pakai motor, terus ada yang ngasih tau kalo STANDAR nya belum terlipat. kita juga harus berhenti dan dibetulin pakai tangan, jangan ditendang pakai kaki. Ngak sopan he...
seharusnya sih turun dulu untuk bertanya, tp terkadang banyak juga (yg dlm posisi mas hendra) tidak mempermasalahkan apabila ada orang bertanya dengan berteriak seperti itu...
lebih sopan kalo kata saya..
Kalo saya ditanya dari atas motor atau dari dalam mobil tetap saya jawab. Akan tetapi, bila saya bertanya, biasanya saya mematikan turun dari motor, lalu bertanya dengan sopan.
Dan parahnya sambil teriak-teriak lagi.
Tergantung kondisinya kalau menurut saya. Misalkan kita tengah berdiri di pinggir jalan, trus ada pengendara motor yang tiba-tiba berhenti dekat kita dan langsung menanyakan arah jalan tanpa turun dan mematikan sepeda motornya, saya rasa tidak melanggar kesopanan dan kepatutan.. Tapi, dalam kasus di atas, memang sama sekali tidak patut.. :)
iya om,,lebih sopan turun dari motornya,,kadang mereka juga acuh tak acuh sama kita gegara kita nggak turun dari motor,,#pernah aku alami sendiri,,dan ampun nggak akan ngulangi lagi,,,
lupa deh tuh...mo ngapain tadi kesinih teh ya?
Ngga sopan emang.. :(
saya rasa banyak kejadian serupa dan begitulah saya jika menemui hal demikian, Kecuali dalam keadaan yang tidak memunkinkan untuk pengendara turun dari motornya
Saya juga benci kalau ada yang bertanya jalan tidak turun dari kendaraan, kadang tak acuhkan kadang saya sesatkan. hihihi
kalo didikan isteri saya ke anak-anak saya, bahkan harus mendekat ke orang yang bersangkutan, lalu membungkuk, dan baru bertanya. jadi Insya Allah nggak akan pernah kita2 masih di mobil atau motor, lalu nanya ke orang yang baru dikenal, misal nanya soal jalan etc. top Mas, inspiratif nih tulisannya
Paling gak punya sopan santun kalo bertanya sambil berhenti dan turun dari kendaraan, tetapi jangan di tempat sepi atau tengah hutan y karena rawan juga tuh kejahatan hehe...
Salam dari Pulau Dollar
Sebenarnya saya tidak jadi masalah mau naik apa turun, yang jadi masalah terkadang bagi saya adalah intonasi dalam bertanya. Tapi baiknya ya turun dari motor untuk menghormati.
sebaiknya turun sih menurut saya
Bisa liat sikond nya juga ya bang.. kiranya emang perlu turun..ya hrs memang turun :)
kalo bertanya ke orang yang kebetulan ada di pinggir jalan, tidak turun dari motor pun gak apa-apa..
teriak-teriaknya itu mas yang kurang etis~~ bukan budaya kita
Kalo saya mau tanya selalu turun dulu dari kendaraan
karena terlihat sopan
dan yang jawab merasa nyaman
oh Tentu saja turun dan mendekati dong. Di Jepang sama sekali tidak boleh berteriak pada orang lain, kecuali kecopetan :D
Tapi kalau bertanya jalan, tergantung apakah orangnya jauh atau tidak. Biasanya kita menepi dan bertanya pada orang terdekat kan?
Nah, biasanya saya yang duduk di kursi penumpang yang tanya, bukan pak supir. Karena pak supir jaraknya akan lebih jauh kan?
Lagipula secara psikologis, pasti si abang becak/ojek/pemilik warung akan lebih senang menjawab pertanyaan seorang wanita, apalagi diberikan senyuman tulus kan? hehehe
Tabe'
mang sih.. kalau bertanya itu sebaiknya turun dulu dari motor. jadi duduk aja di motor jadinyakan.... :D
#Semangatnya_Buat_Para_Blogger
lebih dihargai dan sopan kalau turun ya pak. Pak maaf saya baru bisa bw lagi
nabi besar kita, nabi muhammad telah mengajarkan adab dan berbicara termasuk dalam hal naik kendaraan sekalipun, tapi mau gimana lagi toh belajar masalah yg terlihat sepele aja rasanya ogah-ogahan, iya ngga saudara-saudara?
tambahin suaranya hehehe
Iya sih bener. Lebih sopan jika ingin bertanya turun dulu dari motornya drpd teriak teriak gak jelas
Eh iya pernah, ada orang yang tanya alamat di perumahanku, enggak turun, helmnya gak dilepas, berasa diintrogasi, untung aku gak teriak :D
Kalau menurut saya sih nggak sopan banget. Mas Hendra juga pasti merasa ngga dihargai.
sopan santunnya memang sebaiknya turun dulu.
Kalau udah gak turun ditambah teriak2, enggak banget, deh
hehe, kesindir juga nih. tapi aku nggak pernah teriak2. palingan cuma nanya jalan dan orang yang ditanya lagi berdiri dipinggir jalan.
saya ngg amu komentarin ah...mau nongkrong ajah disini sambil sruput kopi
Menurutku sih, lebih baik turun dari motor klo mau bertanya. Tidak sopan rasanya, apalagi sampe teriak 2 seperti itu.
lebih baik tun mas lebih sopan, dan menghargai orang yang akan di tanyai, logikanya, orang kita yang butuh kok masak harus orang lain yang sibuk. sudah sepatutnya kita menjaga adat ketimuran yang selalu mengedepankan rasa saling menghormati.
duh ini pasti acaranya bapak2 lagi cukur rambut heheh :)
saya tahu perasaan mas hendra dan saya juga pernah mengalami kejadian serupa cuman enggak sampai teriak - teriak berkali - kali... well saya gak marah, saya biasa aja dan mencoba memaklumi sifat setiap orang asalkan bertanya nya jangan sambil bawa golok atau cerulit aja hahahah kan itu serem heheh :D
Saya setuju mas Har, BNahkan pernah di lingkungan saya, ada pengendara bertanya kepada warga yang sedang nongkrong pinggir jalan, dalam jarak 2 meter tidak diguvris sama sekali, gara-gara tidak turun dari kendaraan.
membiasakan turun dari motor itu lebih sopan, kita kan hidup di timur :)
Assalaamu'alaikum wr.wb, mas Hariyanto...
Tidak masalah kok kalau bertanya tanpa turun dari motor. Sikap seperti ini harus ada tolak ansurnya kerana kita tidak tahu apa kesibukannya. Saya biasa juga bertanya dari dalam mobil tapi tidak berteriak. Alhamdulillah, orang yang ditanya dengan baiknya memberi khidmat tanpa membuat muka kurang senangnya. Hal sebegini akan menjadikan kita suka datang semula untuk ke sekian kalinya.
Salam sejahtera dan hormat dari Sarikei, Sarawak. :)
SITI FATIMAH AHMAD
Sepertinya budaya sopan dalam bertanya ketika mengendarai kendaran bermotor sudah mulai luntur dari masyarakat kita.
Sebenarnya kita sebagai makhluk sosial yang pastinya membutuhkan bantuan dari orang lain juga tentunya mempunyai etika dan sopan santun yang seharusnya dijunjung tinggi oleh kita sebagai masyarakat Indonesia
ga sopan sekali ya , padahal kalo turun dulu dari motor juga rasanya tidak akan menghabiskan waktu lama ko
memang sebaiknya turun dulu dari kendaraan baru bertanya, kesannya terlihat tdk sopan kalau tdk turun dulu
iya sering banget nemuin orang yang kaya gitu, nanya tapi ga turun dari kendaraannya, ga sopan
emang ga sopan
jadi ingat ini Karaeng..!, kejadian seperti ini,, kalw tidak sopan ya..dibuat tersesat sj....hehehhe
Emang bener sih nggak sopan.
Kurang tata krama.
Zaman sekarang banyak banget tuh yang begitu.
Nilai-nilai luhur yang dulu kental di indonesia udah encer banget, hanyut terbawa arus modernisasi.
#Ceilaaahh
bang betis ibu-ibunya udah kudu diganti tuh..
iya bang, mnrt saya etikanya klo bertanya turun dr motor trs ucapkan salam dan lepas helm. Tappiii, saya kdg gak lepas helm jika kiranya pertanyaannya singkat. Oia, tak lupa ucapkan terima kasih sambil tersenyum.
sebaiknya memang harus turun, tapi kalau kita sudha kenal baik dengan org yg bertanya tadi mungkin harus juga ada permakluman :D
Ya setuju dengan postingannya, sopan santunnya si penanya harus turun dari motor