Hariyanto Wijoyo
|
27
komentar
Dominasi warna merah bertebaran di mana-mana saat perayaan Tahun Baru Imlek atau Tahun Baru China or Chinese New Year. Mulai dari baju, celana dan rok yang dipakai serba merah, lilin, mercon dan lampion serta interior eksterior bangunan hingga ke beragam pernak-pernik kelengkapan perayaan Imlek.
Rasa-rasanya Imlek sangat lekat dan identik dengan warna merah, sehingga cocok banget kalau dikatakan bukan imlek kalau tidak pakai warna merah. Akan tetapi, tahukah sahabat-sahibit blogger se-dunia, mengapa warna merah selalu hadir dalam setiap perayaan Tahun Baru Imlek setiap tahunnya???
Kalau belum tahu, mari sini saya akan beritahu dan yang pasti bukan beri tempe :-D Dari berbagai sumber yang layak dipercaya dan bantuan mbah Google, saya menemukan jawabannya, ternyata satu kisah klasik menjadi penyebab Asal Muasal Imlek identik dengan warna merah. Silahkan dibaca sampai tuntas artikel ini yaa, jangan dibaca sepotong-potong, agar bisa memahami isinya secara keseluruhan, apalagi kalau hanya baca judulnya, bisa-bisa nggak nyambung dech nantinya.
Oke, kita mulai yaaa!!! Alkisah once upon a time in China, sebelum tanggalan kalender Cina secara lunisolar dimulai, tersebutlah ada kisah legenda tentang sejenis mahluk mytologi berukuran raksasa bernama Nian, yang berkepala singa, berbadan lembu dan bertanduk satu serta ekornya berapi dan mengenakan baju zirah. Mahluk ini sangatlah ganas dan buas serta kejam tak beperikebinatangan, tinggalnya di rimba pegunungan dan setiap akhir tahun, tepatnya di malam tahun baru imlek, akan turun gunung, masuk ke daratan Cina untuk mencari manusia yang akan menjadi mangsanya.
Menurut kisah legenda, awal tahun baru Cina dimulai dengan melawan mahluk raksasa ini. Karena manusia pada zaman itu sangatlah takut kepada mahluk raksasa Nian ini, dan tak satupun orang yang mampu mengalahkan apalagi membunuhnya. Ini menjadikan setiap tahun baru Cina merupakan masa penderitaan dan ketakutan bagi masyarakat di daratan Cina
Meskipun sudah banyak pendekar yang datang dari seluruh Cina telah mencoba membasmi mahluk ini, akan tetapi semua menemui kegagalan, dan para pendekar itu hanya menemui ajalnya dimangsa raksasa Nian. Oleh karena itu setiap menjelang malam pergantian tahun, penduduk akan beramai-ramai pergi meninggalkan tempat tinggal mereka, pergi ke tempat yang dirasa aman untuk bersembunyi dan menghindar agar jangan sampai menjadi korban terkamannya yang mengerikan.
Hingga suatu ketika, di malam menjelang pergantian tahun, saat penduduk daratan Cina sedang bersiap-siap mengungsi meninggalkan tempat tinggal mereka, untuk menyelamatkan diri dari serangan mahluk raksasa Nian, muncullah seorang biksu Tao yang mengenakan jubah serba merah, bernama Hongjun Laozu. Penduduk juga mengajak pendeta itu untuk ikut dengan mereka mencari tempat yang aman, agar terhindar dari maut yang ditebarkan mahluk buas tersebut. Akan tetapi pendeta itu menolak, dan menyuruh agar para penduduk saja yang pergi, dan mengatakan bahwa ia akan menangkap mahluk raksasa Nian.
Penduduk pun menasihatinya dan menjelaskan bahwa sudah banyak yang berusaha membasmi mahluk itu, namun semua menemui ajalnya, akan tetapi biksu Tao itu tak bergeming sedikitpun. Akhirnya semua penduduk pergi meninggalkan pendeta itu yang duduk bersemedi di sebuah rumah yang letaknya persis di tengah-tengah daratan Cina. Dan tepat tengah malam, di waktu menjelang pergantian tahun, terdengarlah suara derap nan gemuruh dari arah pegunungan . Raungan dan auman keras seiring suara derap itu memecah malam, membangkitkan rasa kengerian teramat sangat bagi yang mendengarnya.
Akan tetapi tidak bagi biksu Hongjun Laozu, tak ada ketakutan di wajahnya sedikitpun jua. Wajahnya terlihat teduh dan tenang, bibirnya terus berkomat-kamit dan tangannya memegang sebuah tasbih berukuran besar. Di ujung pintu gerbang desa nampaklah mahluk raksasa Nian bergerak dengan cepat, suara kakinya menghentak bumi menimbulkan suara yang sangat bergemuruh. Tiba-tiba saja mahluk raksasa Nian berteriak keras saat mendekati tempat di mana biksu Tao itu duduk bersemedi. Suaranya seperti binatang yang ketakutan ketika melihat jubah warna merah yang dikenakan sang biksu.
Takut akan warna merah, mahluk raksasa Nian berpaling hendak meninggalkan perkampungan itu. Namun ketika ia berbalik terlihat kertas-kertas berwarna merah bersaput warna keemasan tertempel di setiap pintu rumah yang ada di kampung tersebut. Kemanapun ia menoleh, matanya selalu bertemu dengan kertas warna merah, maka semakin keraslah jeritan dan erangan raksasa Nian.
Biksu Tao itu berdiri dari semedinya, dia bergerak dengan cepat, dan tiba-tiba saja ratusan lilin warna merah menyala terang mengelilingi mahluk raksasa Nian. Setelah itu Biksu Tao mengeluarkan benda yang mengeluarkan cahaya terang dan bunyi ledakan yang sangat keras saat dibakar. Semua itu membuat mahluk raksasa Nian mengerang-ngerang kesakitan dan ketakutan, tubuhnya menggelepar hingga akhirnya menjadi lemas tak berdaya lagi.
Melihat hal itu, biksu Hongjun Laozu pun mendekatinya, membisikkan sesuatu di telinganya, kemudian naik kepunggung mahluk itu dan menungganginya serta menjadikan mahluk raksasa Nian itu sebagai kendaraannya. Tak lama kemudian berangkatlah biksu Hongjun Laozu beserta kendaraannya berupa mahluk raksasa Nian meninggalkan daratan China. Sebelum pergi dia memanggil seluruh penduduk dan mengatakan bahwa mahluk raksasa Nian sangat takut akan warna merah, dan memberitahukan bagaimana cara ia mengalahkannya. Adapun segala peralatan yang dipakai untuk mengalahkan mahluk raksasa Nian ditinggalkannya untuk digunakan oleh penduduk daratan Cina.
Kisah tentang bagaimana cara biksu Tao Hongjun Laozu mengalahkan mahluk raksasa Nian kemudian dengan cepat menyebar dari mulut kemulut di seluruh daratan Cina saat itu dan menjadi legenda hingga saat kini bagi bangsa Cina di seluruh dunia. Demikianlah sahabat-sahibit blogger se-dunia satu legenda mitologi yang menjadi penyebab warna merah mendominasi dan identik dalam setiap perayaan Tahun Baru Imlek.
Selain itu rakyat Cina juga menyalakan lilin merah, membakar mercon yang menghasilkan suara keras, menyalakan kembang api dan lentera setiap malam jelang pergantian tahun baru Imlek. Semua itu untuk mengenang warisan pengalaman dari Biksu Tao Hongjun Laozu saat mengalahkan mahluk raksasa Nian, sekaligus untuk mengusir mahluk raksasa itu bila suatu waktu akan datang lagi meneror bangsa Cina.
Tabe’ salama’ ki’
Keep Happy Blogging Always, mari ki’ di’ :-)
Category
:
Fiksi
,
Legenda
,
Tahun Baru Imlek
Waduh ilmu baru pak Har, saya kurang memperhatikan fenomena yang sekarang udah jadi budaya yakni IMLEK... Makasih sharenya
ALHAMDULILLAH PERTAMAX
oh ternyata begitu ya sejarahnya. hewan raksasa itu mungkin seperti dragon ya pak? identik dengan warna merah juga ada kaitannya. seperti kalau dihubungkan sama buah yang menyerupai dragon nanas atau buah naga biasanya suka banyak dipajang pas acara imlek seperti ini.
Yg jd pertanyaan, kenapa nian takut warna merah? Apa dulu pernah diikat sma kain merah???
Pantas saja budaya ini seperti tak pernah punah ternyata berkaitan erat dengan keyakinan turun temurun
jadi demikianlah sejarah perjalanan panjang dari perayaan Imlek dengan warna merah menyalanya ya pak, suka membayangkan jika warna kuning yang menjadikannya...tentu jadi imlek kuning dong?
sekalian mohon ijin follow pak
wah nambah ilmu pak gak tau kalo ceritanya seperti itu :D
Ini ada hubungannya dengan barongsai yang selalu diberi angpau warna merah gak ya? Apa jangan2 barongsai itu perwujudan dari Nian?
Warna merah emang selalunya di takutin ya... termasuk sama raksasa ini
ahai, saya jadi teringat makhluk jumbo yang namanya NIAN
tapi penokohan biksu Tao Hongjun Laozu kayaknya hampir nggak terdengar ya Mas, misal di film atau di komik atau di novel yang cerita legenda cina?
aaak! ini artikel yang aku cari-cari, thanks mas!
Wah, ternyata begitu ya asal-muasalnya. Selama ini cuma sekedar taunya kalo imlek itu identik sama warna merah. Udah gitu aja.
Pengetahuan baru :))
asyik juga baca cerita nya :D
memang masyarakat china sekarang bisa mengalahkan nian dengan warna merah, trus gimana kalo ada banteng?yang malah suka nyeruduk warna merah.hehe
TErnyata lilin berwarna merah juga ada ceritanay ya pak, saya pikir hanya sebatas warna saja
saya sih pernah juga mendengarnya dari cerita teman saya yang merayakannya....pantasan nuansa merah sangat kental ya pak....jadi itu maksudnya
Menarik kisahnya, peradaban Cina selalu memberi warna setiap legenda nya, terlepas itu benar atau tidak. Tapi bener2 menarik :)
Pantesan ya warnanya merah.. :D
menambah pengetahuan tentang budaya imlek ya sekedar tahu saja karena kita indonesia bukan China
jadi begitu ya sejarahnya
ternyta raksasa nian takut sama warna merah ya gan....pantesan pada malam imlek banyak orang menghias rumahnya dengan berbagai atribut warna merah, seperti lampion, kerja mantera, dan membunyikan petasan. ok makasih ya bang infonya. jadi faham sekarang
Pantesan tiap pintu rumah orang Cina
Tertempel kertas merah dg tulisan emasnya
ternyata menakuti makhluk raksasa
yang kini telah jadi cerita...
Merah kan artinya berani
jadi menakut-nakuti
yang jahat hati
Hmmm...
jadi gitu ternyata..
emang belum pernah denger sih legenda asal usulnya hi hi hi
thanks for sharing mas ^^
Hampir semuanya merah saat Imlek datang, bahkan lilin merah kecil juga ada ceritanya..
Rumah aku warna merah tapi aku tidak merayakan Imlek karena Orang jawa tulen
warna merah, lilin identik merah, dan hampir semua warna background dasarnya merah ya kang :D
semua banjir warna merah tiap imlek ya